Anda di halaman 1dari 36

Tax Planning Pada Withholding

Tax (Pph Potong Pungut)


Selain Pph Pasal 21
Nama Kelompok
Lia Imelda
Sri Yopita SaraSembiring
Wirdawati
Apa Itu Withholding
Tax???
Withholding Tax Merupakan sistem pemotongan atau
pemungutan pajak, dimana pihak ketiga baik Wajin Pajak
O P maupun wajib pajak badan dalam negeri yang diberi
kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk
melaksanakan kewajiban memotong pajak atas
penghasilan yang dibayarkan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan.
Jenis-jenis Withholding Tax

1
3 5
Pph Pasal Pph Pasal Pph Pasal
4 ayat 2 2 22
2 4 6
3
Pph Pasal Pph Pasal Pph Pasal
15 26 24
Pph Pasal 4 ayat 2
Pph pasal 4 ayat 2 merupakanPajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan
tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan
terutang.
No Objek pajak pph pasal 4 ayat 2 Tarif pajak

1 Bunga Deposito/Tabungan, diskonto SBI dan jasa giro 20%

2 Bunga Simpanan 10%

3 Deviden 10%

4 Hadiah Undian 25%

5 Transaksi Derivatif, kontrak berjangka yang diperdagangkan 2,5%


dibursa
6 Penjualan saham sendiri 0,5%
0,1%
Penjualan bukan saham sendiri
7 Persewaan atas tanah atau bangunan 10%

8 Pengalihan hak atas dan bangunan


5%
Wajib pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan
bangunan 1%
Pengalihan rumah sederhana dan rumah susun sederhana oleh
WP yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan bangunan

9 Transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal 0,1%


Tarif Pajak Pph Pasal 4 ayat 2

Bunga
Deposito/Tabungan/Obligasi/ Utang PPh 4 ayat (2) = 20% x
SUN Bunga Koperasi penghasilan bruto
Transaksi Derivatif

Sewa Tanah/ Bangunan ke Utang PPh 4 ayat (2) = 10% x


Orang Pribadi atau Badan penghasilan bruto

PP 46/2013 tentang
pengusaha dengan Utang PPh 4 ayat (2) = 1% x
penghasilan tertentu penghasilan bruto
lainnya
Omzet Penjualan (peredaran Tanggal 15 bulan berikutnya Jika sudah validasi NTPN, WP
bruto) setelah masa pajak berakhir tidak perlu lapor lagi. Cukup
menyertakan lampiran laporan
PPh Final 0,5% pada pelaporan
SPT Tahunan Badan/Pribadi (SPT
1770)
Bunga, deposito/tabungan, Tanggal 10 bulan berikutnya 20 hari setelah masa pajak
diskonto SBI, bunga/ diskonto setelah masa pajak berakhir berakhir

Transaksi penjualan saham Tanggal 20 bulan berikutnya Tanggal 25 bulan berikutnya


setelah terjadinya transaksi setelah bulan terjadinya transaksi
penjualan saham penjualan saham

Hadiah Undian Tanggal 10 bulan berikutnya 20 hari setelah masa pajak


setelah bulan saat terutangnya berakhir
pajak
Persewaan tanah dan/ atau Tanggal 10 (bagi pemotong pajak) 20 hari setelh masa pajak
bangunan atau tanggal 15 (bagi WP berakhir
Pengusaha persewaan dari bulan
berikutnya setelah masa pajak
berakhir)
Jasa Kontruksi Tanggal 10 (bagi pemotong pajak) 20 Hari setelah masa pajak
dan tanggal 15 (bagi WP Jasa berakhir
Kontruksi) bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
Sanksi
Adapun untuk sanksi atas
keterlambatan pelaporan SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2) atas
persewaan tanah dan/atau
bangunan ke Kantor Pajak
dikenakan sanksi administrasi
sebesar Rp. 100.000,- (seratus
ribu rupiah)
Pph Pasal 15
Jenis pajak penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib pajak yang bergerak pada
industri pelayaran, penerbangan international dan perusahaan asuransi asing.

Norma Perhitungan Khusus untuk golongan wajib pajak tertentu, antara lain :
1 2 3 4 5

Perusahaan Perusahaan Perusahaan Perusahaan Perusahaan


pelayaran asuransi luar pengeboran dagang asing yang
atau negeri minyak, gas melakukan
penerbangan dan panas investasi
internasional bumi dalam
. bentuk
bangunan –
guna – serah
( build,
operate, and
transfer/BOT
)
Objek dan Subjek Pajak
No Golongan WP Objek Pajak Subjek Pajak
1 Charter Penerbangan Dalam Semua imbalan atau nilai penggantian berupa uang 1. WP Perusahaan Pelayaran
Negeri atau nilai uang yang diterima Dalam Negeri / Luar
dari charter penerbangan dalam negeri Negeri / internasional
2. WP Perusahaan Asuransi
2 Pelayaran Dalam Negeri Penghasilan yang diperoleh dari pengangkutan Luar Negeri
orang dan/atau barang termasuk penyewaan 3. WP Perusahaan
kapal, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri Penerbangan Dalam
untuk usaha pelayaran Negeri / Luar Negeri /
Interrnasional
3 Pelayaran dan/atau Semua nilai pengganti atau imbalan berupa uang 4. WP Pekerja asing di
Penerbangan Luar Negeri atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau perusahaan pengeboran
barang yang dimuat dari suatu pelabuhan ke migas di Indonesia
pelabuhan lain di Indonesia maupun luar negeri 5. WP yang melakukan
untuk usaha pelayaran dan/atau penerbangan luar investasi dalam bentuk
negeri BOT
4 Kantor Perwakilan Dagang Nilai ekspor bruto, yaitu semua nilai pengganti 6. WP Perusahaan dagang
Asing (representative atau imbalan yang diterima atau diperoleh wajib asing luar negeri yang
office/liaison office) di pajak luar negeri yang punya kantor perwakilan di memiliki kantor
Indonesia Indonesia dari penyerahan barang pada orang perwakilan di Indonesia
pribadi atau badan di Indonesia 7. WP Perusahaan jasa
maklon internasional di
bidang produksi mainan
5 Wajib Pajak yang melakukan Jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan anak-anak
kegiatan usaha jasa maklon barang tidak termasuk pemakaian bahan baku 8. WP Perusahaan
internasional di bidang pengeboran migas dan
produksi mainan anak-anak panas bumi
Tarif Pajak Pph Pasal 15
No Golongan WP Tarif Pajak

1 Perusahaan Charter Penerbangan Dalam Negeri 1,8% x Peredaran Bruto

2 Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri 1,2% x Peredaran Bruto

3 Perusahaan Pelayaran Asing atau Penerbangan Luar 2,64% dari Peredaran Bruto dan
Negeri bersifat final

4 Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai Kantor 0,44% dari Nilai Ekspor Bruto dan
Perwakilan Dagang di Indonesia bersifat final

5 Pihak yang melakukan kerjasama dalam bentuk 5% x Jumlah Bruto Nilai Tertinggi
Perjanjian Bangunan Guna Serah (Build Operate and Nilai Pasar dengan Nilai Jual Objek
Transfer) Pajak (NJOP)

6 Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon 2.1% dari jumlah seluruh biaya
internasional di bidang produksi mainan anak-anak pembuatan atau perakitan barang
tidak termasuk biaya pemakaian
bahan baku.
Contoh Soal
Penerbangan Dalam Negeri :
T Y mencharter pesawat terbang dari
perusahaan penerbangan dalam
negeri yakni PT Z Airline dengan nilai
sewa Rp 750.000.000.
PPh Pasal 15 yang harus dipotong atas
sewa pesawat
= 1,8% x Rp 750.000.000 = Rp
13.500.000
PPh tersebut bersifat tidak final,
kemudian dipotong dan disetor oleh
PT Y selaku pemberi penghasilan.
Pph Pasal 23

Pajak yang dipotong dari


penghasilan wajib pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap
yang berasal dari pemanfaatan
modal,jasa, atau penyelenggara
kegiatan
Pemotong Pph Pasal 23

• Penyelenggara kegiatan
• Badan Pemerintah
• Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
• Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
• Badan Usaha Tetap
• Wajib Pajak Orang Pribadi DN tertentu yang ditunjuk
oleh DJP
Tarif dan Objek pajak
Pph Pasal 23

1.Deviden 1.Sewa dan penghasilan lain


2.Bunga yang sehubungan dengan
harta
3.Royalti 2.Jasa Teknik, jasa
4.Hadiah, penghargaan, manajemen, jasa
Bonus dan sejenisnya konsultan, jasa lain

15 % 2%

Jumlah Bruto Tidak Termasuk PPn


(Dalam hal penerima penghasilan tidak ber NPWP, dikenakan tarif
100% lebih tinggi)
Pph Pasal 26

Pajak yang dipotong atas


penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak Luar
Negeri, selain Bentuk Usaha
Tetap (BUT) yang bersumber dari
Indonesia.
Adapun pihak yang dipotong PPh Pasal 26 adalah
Wajib Pajak Luar Negeri (Badan dan Pribadi)
selain BUT di Indonesia. Sedangkan pemotong
PPh Pasal 26 meliputi Badan Pemerintah, Subjek
Pajak Dalam Negeri (Badan Dalam Negeri
maupun Orang Pribadi Dalam Negeri),
Penyelenggara Kegiatan, Bentuk Usaha Tetap
dan Perwakilan Perusahaan Luar Negeri Lainnya.
Kapan saat terutang
Pph pasal 26?

Terjadi pada saat pembayaran, saat


disediakan untuk dibayarkan, telah
jatuh tempo pembayarannya dan
saat ditentukan dalam kontrak
perjanjian
Objek Pajak Pasal 26

1. Dividen
2. Bunga
3. Royalti, sewa dan penghasilan
lain.
4. Imbalan dengan sehubungan
dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
5. Hadiah, dan penghargaan.
6. Pensiun dan pembayaran
berkala.
7. Premi swap, dan transaksi
lindung nilai.
Berapakah tarif untuk Pph Pasal 26?

1.Tarif 20% dari penghasilan


bruto
2.Tarif 20% dari perkiraan
penghasilan neto
3.Tarif 20% dari penghasilan
kena pajak setelah dikurangi
PPh terutang
Contoh
Seorang atlet dari China yang ikut mengambil
bagian dari perlombaan lari maraton di Indonesia
berhasil meraih juara dan memperoleh hadiah uang
tunai sebesar Rp100.000.000. Atas penghasilan dari
hadiah tersebut dikenakan PPh Pasal 26. Hitunglah
PPh Pasal 26?
Tarifnya adalah 20% dari penghasilan bruto dengan
perhitungan, PPh Pasal 26 = 20% x Rp100.000.000 =
Rp 20.000.000. Maka, atas penghasilan yang
diterima oleh atlet dari China tersebut akan
dipotong PPh Pasal 26 sebesar Rp20.000.000.
Pph Pasal 22

Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh)


Nomor 36 tahun 2008, Pajak Penghasilan
Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk
pemotongan atau pemungutan pajak
yang dilakukan satu pihak terhadap
wajib pajak dan berkaitan dengan
kegiatan perdagangan barang.
Contoh Soal
PT ABC (memiliki API) mengimpor mesin dengan harga US$ 500.000
dengan biaya masuk 20% ,asuransi US$ 10.000, dan biaya angkut US$
40.000 . Diketahui kurs KMK (Kurs Menteri Keuangan) Rp 15.000.
Jawaban :
Karena menggunakan API = 2.5% x Nilai impor (CIF+by)

Diketahui :
Nilai import = CIF + BM + pungutan pabean lainnya
CIF = (500.000+10.000+40.000) = 550.000
BM = 550.000 x 20% =110.000
Jadi total nilai impor 550.000 + 110.000 = 660.000

Maka pph pasal 22 impor = 2.5% x 660.000 x Rp 15.000 = Rp


247.500.000
Pph Pasal 24

Pph pasal 24 adalah peraturan pajak


yang mengatur hak wajib pajak
untuk memanfaatkan kredit pajak
mereka diluar negeri untuk
mengurangi nilai pajak terutang
yang dimiliki Indonesia.
Subjek Pajak Pasal 24

.
Subjek Wp dalam negeri yang
terutang pajak atas seluruh
penghasilan termasuk
penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri.
Objek pajak : penghasilan yang
berasal dari luar negeri.
Sumber penghasilan kena pajak yang dapat
digunakan untuk memotong hutang pajak

1. Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya, serta


keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan
dengan penggunaan harta-benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda tidak bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa,
pekerjaan, serta kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan atau tanda keikutsertaan dalam pembiayaan
atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari
suatu bentuk usaha tetap (BUT).
Contoh
Tn. A memiliki penghasilan sebagai
berikut :
Penghasilan neto dalam negeri Rp
200.000.000
Penghasilan Luar Negeri Pemotongan
USA Rp 100.000.000 40% Rp 40.000.000
Singapore Rp 150.000.000 10% Rp 15.000.000

Berapa perhitungan pph pasal 24?


Ketentuan pengkreditan adalah menggunakan
nilai yang lebih rendah yaitu :

1. Sebesar pajak yang dipotong di luar negeri

2. Penghasilan di luar negeri x pph terutang


Penghasilan kena pajak
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai