Pasal 15
UU PPh Nomor 7 Tahun 1983 sttd UU Nomor 7 Tahun 2021
Bunga/diskonto
Bunga deposito/
Transaksi penjualan obligasi dan surat
tabungan, diskonto
saham di Bursa Efek perbendaharaan
SBI, jasa giro
PPh Pasal negara
4 ayat (2)
Persewaan tanah
Hadiah undian dan/atau bangunan Jasa konstruksi
Penghasilan
Kontraktor Usaha
PPh final Penghasilan dari Hulu Migas berupa
0,5% Selisih Lebih
Usaha yang diterima uplift / imbalan
/ diperoleh WP sejenis dan
Revaluasi Aset Tetap
dengan peredaran penghasilan
tertentu kontraktor dari
pengalihan
participating interest
PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2) FINAL
Pasal 4 AYAT (2) UU PPh & PERATURAN PEMERINTAH
BADAN PEMERINTAH / BADAN LAINNYA /ORANG PRIBADI YG
DITUNJUK
SEWA TNH/BGNAN,JASA
KONSTRUKSI,HADIAH Rekanan
PEMBAYAR UNDIAN
PEMOTONGAN PENYETORAN
Saat pembayaran kpd Paling lambat 10 hari setelah bulan
Rekanan dilakukannya Pembayaran, bila hari
WP diberi Bukti Potong (F.1.1.33.12) libur pada hari kerja berikutnya.
LEMBAR KE-1 REKANAN
Menggunakan SSP ke Bank
LEMBAR KE-2 LAMP. SPM 4 (2) Persepsi/Kantor Pos SSP dan
LEMBAR KE-3 ARSIP PEMOTONG penyetor diisi identitas
Bendaharawan/KPPN
Tdk Dipot. KODE MAP LIHAT SPT MASA PPh 4(2)
Maka Harus Setor Sendiri
SSE LB KE-3
PELAPORAN KE KPP/KTR POS/KURIR BUPOT 4(2) LB KE-2
Paling lambat 20 hari setelah bulan dilakukan DAFTAR BUPOT 4 (2)
pembayaran, bila hari libur pada hari kerja
berikutnya. LAMPIRAN
Menggunakan SPT Masa PPh Psl 4 Ayat (2)
7
(F.1.1.32.04)
PPh ATAS BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN,
DISKONTO SBI, JASA GIRO
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN dan LN
2. Badan DN dan LN
3. Bentuk Usaha Tetap
Objek pajak:
4. Bunga deposito
5. Bunga tabungan
6. Diskonto SBI
Pemotong, penyetor, pelapor:
7. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
8. Cabang bank luar negeri di Indonesia
9. Bank Indonesia
10. Dana Pensiun dan bank yang menjual kembali SBI kepada pihak lain yang
bukan bank atau kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan
oleh Menteri Keuangan
OBYEK, SUBJEK DAN TARIF PPh ATAS BUNGA UU No 7 THN 2021
PENGHASILAN BUNGA
DEPOSITO, KOPERASI
OBJEK GIRO,SBI/SU OBLIGASI LEBIH DARI SELAIN KE-3
N Rp240.000/BLN
20% X 10 % X 10 % X 15 % X
TARIF
Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto
PPh Psl 4 (2) PPh Psl 4 (2) PPh Psl 4(2) PPh Psl 23
▪ Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah pokok
deposito dan tabungan serta SBI nya tidak melebihi Rp.7.500.000,00 dan
bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
▪ bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank dalam negeri;
▪ Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sbb :
→ iuran pemberi kerja;
→ iuran peserta;
→ hasil investasi; dan
→ pengalihan dari Dana Pensiun lain.
▪ bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
10
Tarif 20% (bunga
PPh
deposito & tabungan) Dasar pengenaan pajak =
Jumlah bruto bunga = tarif × Jumlah bruto
Tarif 10% bunga
bunga
obligasi
LN
ua
Objek pajak:
1. Bunga obligasi
2. Diskonto obligasi
WPLN
Tarif 10
% atau
Tax
Treaty
Contoh obligasi
Pada tanggal 1 Juli 2022, PT AAA (emiten) menerbitkan
Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai
berikut:
- Nilai nominal Rp12.000.000,00 per lembar.
- Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli
2027).
- Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh
tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
- Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT BBB (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10
lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at
discount, yaitu sebesar Rp10.500.000,00 per lembar.
Pada tanggal 31 Mei 2023, PT BBB menjual seluruh Obligasi
yang dimilikinya kepada PT CCC dengan harga jual
Rp10.666.667 per lembar termasuk bunga berjalan, melalui
perantara.
Contoh obligasi
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang
oleh PT BBB pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2023
adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (5/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 lembar
= Rp6.666. 670
Orang
WP LN WP Badan WP Badan
SUBJEK Pribadi
selain BUT termasuk BUT /Orang Pribadi
WP DN
Pasal 17 X 20 % X 15 % X 25 % X
TARIF Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto
PPh Psl 17 PPh Psl 26 PPh Psl 23 PPh Psl 4 (2)
Objek pajak:
Hadiah undian : hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan melalui undian
Nilai hadiah adalah nilai uang / nilai pasar apabila hadiah tersebut
diserahkan dalam bentuk natura
Tarif : 25%
Pemotong, penyetor, pelapor:
1. Penyelenggara undian (orang pribadi, badan, kepanitiaan,
penyelenggara kegiatan)
PPh ATAS HADIAH UNDIAN
Contoh
Bank Mutiara mengadakan penarikan undian bagi para nasabah.
Penerima hadiah undian adalah CV Sukses dan Sdr. Anton,
masing-masing 1 unit mobil seharga Rp210.000.000 dan 1 unit
sepeda motor seharga Rp15.000.000. CV Sukses memiliki NPWP,
sedangkan Sdr. Anton tidak.
Objek pajak:
1. Perencanaan Konstruksi : mewujudkan pekerjaan dalam bentuk
dokumen perencanaan pembangunan fisik lain
2. Pelaksanaan Konstruksi : mewujudkan hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain
3. Pengawasan Konstruksi :pengawasan sejak awal sampai
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Pemotong, penyetor, pelapor:
4. Pengguna jasa konstruksi
5. Penyedia jasa konstruksi dalam hal pengguna jasa bukan
pemotong pajak
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI
IMBALAN JASA
KONSTRUKSI
JASA JASA
PERENCANAAN
PELAKSANAAN & PENGAWASAN
2% 4% 3% 4% 6%
Nilai Kontrak
Penyedia Jasa PPh
(Termasuk PPN)
Jawab:
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang diterima dari
pengguna jasa sebagai pemotong pajak dipotong PPh yang
bersifat final oleh pengguna jasa dengan tarif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dalam hal terdapat selisih kekurangan PPh atas penghasilan
yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan
PPh yang telah dipotong berdasarkan pembayaran yang telah
dipotong, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh
Penyedia Jasa. Dengan demikian kekurangan PPh yang bersifat
final atas penghasilan dari jasa kontruksi sebesar
Rp1.000.000,00 harus dilunasi oleh PT Tanjungsari Konstruksi.
Contoh Perhitungan Penyetoran Kekurangan
Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas Usaha Jasa
Konstruksi
Tarif PPh atas penghasilan dari jasa pengawasan konstruksi:
Ojek pajak:
1. Persewaan tanah/bangunan
Sewa atas tanah dan / atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan atau gedung
pertemuan termasuk bagiannya, rumah, kantor, took, rumah toko, gudang dan
bangunan industry {tidak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya (contoh asrama, rumah kost)}
PPh = Tarif 10% x Jumlah bruto nilai persewaan
Jumlah bruto nilai persewaan = semua jumlah yang dibayarkan atau terutang
oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
berkaitan dengan tanah dan / atau bangunan yang disewa, termasuk biaya
perawatan, keamanan dan “service charge”, baik yang perjanjiannya dibuat
secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanijian persewaan yang
bersangkutan.
Pemotong, penyetor, pelapor:
1. Penyewa
2. Penerima sewa
OBYEK, SUBYEK DAN TARIF PPh ATAS SEWA HARTA
JUMLAH BRUTO NILAI SEWA adalah semua jumlah yg dibayarkan atau terutang oleh
pihak yg menyewa dgn nama dan dlm bentuk apapun baik yg perjanjiannya dibuat
scr terpisah maupun yg disatukan dgn perjanjian persewaannya.
TIDAK TERMASUK OBJEK
PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN
YANG
MERUPAKAN
10% • Tarif
tor g
kan dun
an
tan a
per a ge
ah
Sew
• Dasar
Sew
Jumlah
bruto sewa pengenaan
pajak
me a
apa Sew
n
rum wa
tok a
gud a
Sew
Sew
o
ah
ang
rte
Se
10% x jumlah
bruto sewa • PPh
Contoh
Tuan Ananda mempunyai 2 ruko disewakan. Apotek
Sehat Farma dan Pusat Oleh-Oleh Enak sebagai
penyewa, masing-masing sebagai pemotong pajak dan
bukan pemotong pajak. Nilai sewa masing-masing
sebesar Rp50.000.000 dan Rp25.000.000 pada 2016.
Wahyu adalah seorang dokter spesialis anak yang telah ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh atas penghasilan
dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Wahyu menyewa rumah toko
dari Nanang untuk membuka apotik dengan biaya sewa sebesar
Rp60.000.000,00 untuk jangka waktu 1 tahun. Pembayaran sewa dilakukan
Wahyu pada tanggal 4 Januari 2013.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi
tersebut?
Jawab:
Dokter berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-50/PJ./1996 merupakan salah satu profesi orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan. Sehingga Wahyu wajib melakukan pemotongan
PPh atas pembayaran sewa rumah toko tersebut.
Contoh Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh
PP Nomor 51
PENGALIHAN HARTA
tgl 20 Juli 2008
TANAH/BANGUNAN SELAIN TNH/BGNAN
Seblm
PPh FINAL Pasal 4 (2) TDK DIPOT. PPh SAAT
2009 TERIMA TP AKHIR THN
Tdk Final OBJEK PPh
kecuali
2,5% 1%
WP LN
dipot PPh 26
Orang Badan Real Estat RS & RSS
Pribadi selain RS & Oleh Real 20% x 25% x Hg Jual
RSS Estat atau P3B
Seblm 2009
SETOR
NILAI TERTINGGI ANTARA HARGA JUAL DENGAN NJOP PBB SENDIRI
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
JUMLAH BRUTO
PENGECUALIAN
▪ orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya
kurang dari Rp60.00O.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang
dipech-pecah;
▪ orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara
hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu dera.iat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
▪ badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN
PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGECUALIAN
▪ pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;
▪ badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau
pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk
menggunakan nilai buku
▪ orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta
berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun
guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik
negara berupa tanah dan/ atau bangunan; atau
▪ orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak
Orang Pribadi
Pada tanggal 12 Agustus 2013 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto
Residence Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan bangunan tersebut yang
tertera pada SPPT PBB Tahun 2013 adalah Rp1.500.000.000. Harga transaksi yang
disepakati adalah Rp1.700.000.000. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan
penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 15 Agustus 2013 di hadapan PPAT
Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.
Bagaimana kewajiban PPh atas transaksi penjualan rumah tersebut?
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak
Orang Pribadi
Kewajiban Rahmat atas transaksi tersebut adalah:
1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar
Rp42.500.000 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013 sebelum ditandatanganinya Akta
Jual Beli;
2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September
2013.
Sebelum menandatangani Akta Jual Beli, Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn. selaku PPAT
wajib memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan oleh Rahmat dengan bukti fotokopi SSP yang telah
diteliti oleh KPP.
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan kepada Pemerintah guna Pelaksanaan
Pembangunan
Dinas Perhubungan dan Transportasi melakukan pembelian tanah di Bogor
untuk pembangunan kantor baru. Nilai tanah berdasarkan keputusan
pejabat pengadaan adalah Rp750.000.000,00. Budi Suharsono sebagai
pemilik tanah bersedia menjual dengan harga tersebut. Oktova sebagai
Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar sejumlah
Rp750.000.000,00 pada tanggal 13 Juni 2013 kepada Budi Suharsono atas
pembelian tanah tersebut.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas pembelian
tanah tersebut?
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
kepada Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang Memerlukan Persyaratan Khusus
Dalam rangka proyek pembangunan bandar udara, Kementerian Perhubungan akan
melakukan pembebasan tanah. Tanah milik Noorman merupakan salah satu tanah yang
terkena pembebasan tersebut. Nilai ganti rugi per meter persegi ditetapkan sebesar
Rp700.000.
Bagaimana perlakuan PPh atas pembebasan tanah tersebut?
Jawab:
Penghasilan dari pembebasan tanah oleh pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu untuk proyek-proyek:
jalan umum; saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya,
saluran irigasi; pelabuhan laut; bandar udara; fasilitas keselamatan umum seperti tanggul
penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya; dan fasilitas Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia,
dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Penghasilan yang diterima oleh Noorman dari pembayaran ganti rugi tanah tersebut
dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Pengecualian dari kewajiban pembayaran
atau pemungutan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tersebut diberikan secara langsung tanpa Surat Keterangan Bebas.
Contoh Pengalihan BTS
Objek pajak:
1. Transaksi penjualan saham di BEI
Contoh Perhitungan :
PT. Emprit Airways melepas saham pendirinya dalam IPO sebesar 10%, dengan nilai per
lembarnya setelah dianalisis oleh berbagai pihak sebesar Rp1.000 per lembar dan jumlah
sahamnya 100 juta lembar saham. Seluruh saham yang ditawarkan di pasar perdana,
berhasil dijual.
Saham PT Emprit Airways dimiliki oleh PT Anu, Tn. Banu, Tn. Canu, dan Ny. Danu,
masing-masing sebesar 25%.
Setelah IPO, saham PT Emprit Airways ditransaksikan di Bursa Efek.
Ny. Kamu adalah salah satu pembeli saham PT Emprit Airways saat IPO. Karena sedang
mengalami gangguan likuiditas, Ny. Kamu memutuskan untuk menjual sahamnya melalui
perantara perdagangan efek PT Nyaman Securities. Saham Ny Kamu sebanyak 100 lot dan
dijual dengan harga Rp1.100 per lembar.
Hitunglah besarnya Pajak yang terutang dan mekanisme penyetorannya!
Contoh Perhitungan Penjualan Saham Di Bursa
Efek
Atas saham pendiri
Jumlah saham yang dijual: 10% x 100juta = 10.000.000 lembar
Harga penjualan saham di pasar perdana = 10.000.000 x Rp1.000 = Rp10.000.000.000
Yang diterima oleh masing-masing pendiri adalah 25% x Rp10.000.000.000 = Rp2.500.000.000
PPh Pasal 4 (2) atas saham pendiri (masing-masing) = 0,5% x Rp2.500.000.000 = Rp12.500.000
Ditambah PPh Pasal 4 (2) = 0,1% x Rp2.500.000.000 = Rp2.500.000
PPh Pasal 4 (2) yang terutang disetor oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri
Saham pendiri:
Saham yang dimiliki oleh pendiri dengan harga kurang dari 90% dari harga saham
yang beredar pada saat penawaran umum perdana
Contoh
Pada 10 Oktober 2016, saham-saham Davina dinyatakan sebagai berikut.
1. Sebanyak 3 lot saham PT Perdana dengan harga Rp50.000 per lembar.
2. Sebanyak 2 lot saham PT Ananda (saham pendiri) dengan harga Rp25.000 per
lembar. PPh atas transaksi tersebut dihitung sebagai berikut.
Saham PT Perdana:
1. PPh = 0,1% × 3 × 500 lembar × Rp50.000 Rp 75.000
Saham PT Ananda:
2. PPh = (0,1% + 0,5%) × 2 × 500 lembar × Rp25.000 Rp125.000
PPh Rp200.000
PPh ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA WP-OP
(tidak diinvestasikan di NKRI)
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN
yang menerima dividen
Objek pajak:
1. Dividen atas penyertaan saham pada perseroan
Jumlah
10% bruto PPh
dividen
Dividen Investasi
Investasi Dividen
Saham Saham
LUAR NEGERI
Investasi Dividen
Saham
OP dan Badan
Diinvestasikan di Ind
Bagian yang diinvestasikan:
Bukan Objek Pajak
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP
Subjek pajak:
1. Orang pribadi anggota koperasi penerima bunga
simpanan di koperasi
Objek pajak:
2. Bunga simpanan yang diterima anggota
> Rp240.000 sebulan
Kantor Perwakilan
Pelayaran/Penerbangan Dagang Asing di
Luar Negeri Indonesia
(Pasal 2 KMK-416/KMK.04/1996)
peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang
atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP perusahaan pelayaran
dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari
satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan
di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
TARIF PELAYARAN / PENERBANGAN LUAR NEGERI
Pelabuhan Pelabuhan
DN √ √
Pelabuhan √ Pelabuhan
LN
Pelabuhan Pelabuhan
DN √ √
Pelabuhan √ Pelabuhan
LN
Pelabuhan Pelabuhan
DN √ √
Pelabuhan √ Pelabuhan
PT. Bekasi Raya mencarter pesawat US Airlines
(maskapai internasional) untuk mengangkut
barang – barang hasil produksinya ke Amerika,
ongkos yang harus dibayar PT. Bekasi Raya
sebesar Rp 150 juta.
PPh Pasal 15 :
2,64 % x Rp150jt = Rp3.960.000,-
Soal 1
PT. Bekasi Raya juga mencarter pesawat dari
Emprit Airlines (maskapai dalam negeri) untuk
mengangkut barang – barang ke daerah –
daerah lain di Indonesia, dengan ongkos carter
Rp 100 juta
PPh Pasal 15 :
1,8% x Rp100jt = Rp1.800.000,-
Soal 2
Untuk menghemat biaya tinggi PT. Bekasi Raya
mencarter kapal dari Gabus Lines (maskapai
pelayaran nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar Rp 50 juta
PPh Pasal 15 :
1,2% x Rp50.000.000,- = Rp600.000,-
Soal 3
⦿ Penghasilan neto sebesar 1% (satu persen) dari nilai ekspor
bruto.
⦿ Pelunasan Pajak Penghasilan adalah sebesar 0,44% (empat puluh
empat per seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
⦿ nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari
penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
KPD “Sharaps” adalah kantor perwakilan dagang
WPLN di Indonesia. Pada bulan Maret 2008, nilai
ekspor brutonya adalah sebesar Rp. 5 milyar.
Berapa PPh pasal 15 terutang dan bagaimana
mekanisme administrasinya?
PPh Pasal 15 : 0,44% x Rp5M = Rp22.000.000,-
Soal 4
PPh terhadap WP Perusahaan
Pelayaran DN
SAAT TERUTANG DAN SAAT PEMOTONGAN
Atas penghasilan yang diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau
charter dengan pemotong pajak, PPh pasal 15 terutang dan wajib dipotong
pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti.
Jawab:
Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan
penyewaan kapal yang dilakukan dari:
PT Warna Warni Maritime adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran dalam negeri dengan bendera
Indonesia yang malayani rute Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni. Pada bulan Juli 2013 kapal milik PT
Warna Warni Maritime banyak yang sedang diperbaiki (naik dok) maka untuk menunjang kelancaran
pelayanan terhadap penumpang PT Warna Warni Maritime menyewa kapal selama 2 bulan dari PT Lautan
Indah Maritime yang akan digunakan untuk mengisi kekosongan jadwal akibat perbaikan kapal-kapal milik PT
Warna Warni Maritime. Harga sewa yang disepakati adalah Rp300.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 10 Juli
2013.
Jawab:
Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan
penyewaan kapal yang dilakukan dari:
Dengan demikian atas penghasilan yang diperoleh PT Lautan Indah Maritime dari PT Warna
Warni Maritime dari penyewaan kapal untuk pengangkutan orang dan/atau barang dari
pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua
persen) dari peredaran bruto dan bersifat final, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh
PT Warna Warni Maritime, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
1,2% X Rp300.000.000,00 = Rp3.600.000,00.
Kewajiban PT Warna Warni Maritime sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa penyewaan kapal tersebut
sebesar Rp3.600.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT
Lautan Indah Maritime;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau
bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20
Agustus 2013.
Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran
Luar Negeri yang Memiliki BUT di
Indonesia
PT Kayu Alami adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mebel.
Dalam rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Italia sejak tahun
2010 PT Kayu Alami membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar
Rp400.000.000,00 per sekali angkut dengan perusahaan pelayaran luar negeri
yaitu Dewys Lines Ltd .yang berdomisili di Swiss yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Domisili (SKD). Pada bulan Juli 2013dilakukan 1 (satu) kali
pengangkutan dan telah dibayar pada tanggal 25 Juli 2013. Dewys Lines Ltd. sendiri
memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia yaitu BUT Dewys Lines (BUT DL).
Bagaimana kewajiban PPh Pasal 15 dari penghasilan yang diperoleh BUT Dewys
Lines tersebut?
Jawab:
Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Alami beroperasi dalam lalu
lintas internasional (international traffic) sebagaimana dimaksud dalam P3B
Indonesia-Swiss, sehingga atas penghasilan dari persewaan kapal tersebut dapat
dikenai pajak di Indonesia namun tidak melebihi 50 persen dari pajak yang
dikenakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan PPh .
Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran
Luar Negeri yang Memiliki BUT di
Indonesia
Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia maka atas
penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas internasional tersebut
dipotong PPh yang bersifat final sebesar 50% x 2,64% dari peredaran bruto, yang dipotong oleh PT
Kayu Alami sebagai pihak yang mencarter.
Adapun penghitungan PPh-nya adalah sebagai berikut:
50% x 2,64% x Rp400.000.000,00 = Rp5.280.000.
Kewajiban PT Kayu Alami sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas penghasilan dari BUT Dewys Lines
adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa penyewaan kapal untuk
pengangkutan alat-alat mebel tersebut sebesar Rp5.280.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan tersebut kepada BUT Dewys Lines;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20 Agustus
2013.
Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
PT Bumi Nusantara menyewa pesawat dari PT Vidi Airlines yang merupakan perusahaan
penerbangan dalam negeri, yang akan digunakan dalam penerbangan Jakarta-Papua.
Dalam perjanjian sewa/carter tersebut, telah disepakati harga dan cara pembayaran. Pada
tanggal 5 Maret 2013 PT Bumi Nusantara telah membayar biaya carter sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Atas penghasilan yang diperoleh PT Vidi Airlines yaitu carter pesawat yang akan digunakan
untuk penerbangan Jakarta-Papua merupakan penghasilan berdasarkan perjanjian carter
terutang PPh sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari peredaran bruto dan dipotong
oleh PT Bumi Nusantara.
Perhitungan PPh-nya menjadi sebagai berikut:
1,8% x Rp500.000.000,00 = Rp9.000.000
Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam
Negeri
Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
PPh yang dipotong oleh PT Bumi Nusantara merupakan kredit pajak bagi
PT Vidi Airlines yang dapat dikreditkan terhadap PPh yang terhutang dalam
SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Kewajiban PT Bumi Nusantara sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas sewa
pesawat tersebut adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa
penyewaan pesawat sebesar Rp9.000.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan kepada PT Vidi Airlines;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama
tanggal 10 April 2013.
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Maret 2013 paling
lama tanggal 22 April 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada BUT
PT Cellia Boat Indonesia adalah perusahaan angkutan laut domestik, yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) dengan
perusahaan Singapura yang telah memiliki bentuk usaha tetap di Indonesia yang beroperasi
di perairan domestik untuk mendukung eksplorasi minyak di Laut Jawa yang dimiliki oleh
salah satu perusahaan minyak yakni BUT Charlie Flare Ltd. Adapun wilayah kerja kapal
tersebut mencakup Pulau Widuri, Pulau Pabelokan yang terletak di Laut Jawa. Harga sewa
yang disepakati adalah Rp250.000.000,00 yang dibayarkan pada tanggal 9 September
2013.
Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?
Jawab:
Kapal yang disewa oleh BUT Charlie Flare Ltd. sewa beroperasi semata-mata dalam wilayah
Indonesia sehingga tidak tercakup dalam pengertian lalu lintas internasional (international
traffic) yang diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Republik
Indonesia dengan Republik Singapura, maka atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa
awak (bareboat charter) termasuk penghasilan atas sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada BUT
dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas sewa dalam hal
perjanjian/charter tersebut mensyaratkan bahwa kapal tersebut hanya dapat digunakan
oleh Penyewa selama jangka waktu yang telah disepakati, PPh yang terutang tersebut
dipotong oleh BUT Charlie Flare Ltd., sehingga perhitungannya sebagai berikut:
2% X Rp250.000.000,00 = Rp5.000.000.
Kewajiban BUT Charlie Flare Ltd. adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp5.000.000 dan memberikan bukti
pemotongan tersebut kepada PT Cellia Boat Indonesia;
2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor Pos atau
bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Oktober 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa September 2013 paling lama tanggal 21
Oktober 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada Selain BUT
PT Bahtera Indah Nusantara adalah perusahaan pelayaran dalam negeri yang mengadakan
perjanjian sewa kapal tanpa awak (bareboat charter) sebesar Rp600.000.000,00 dengan
perusahaan pelayaran luar negeri yaitu Ocean Link Ship Pte. Ltd. Yang berdomisili di
Singapura yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD). Pada tanggal 27 Mei
2013 PT Bahtera Indah Nusantara telah membayar biaya sewa kepada Ocean Link Ship Pte.
Ltd.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan
Singapura, atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) tersebut
termasuk dalam pengertian royalty sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto, PPh
yang terutang dipotong PT Bahtera Indah Nusantara, sehingga perhitungannya sebagai
berikut:
Penghasilan atas Sewa Kapal
Tanpa Awak Kepada Selain BUT
15% x Rp600.000.000 = Rp90.000.000.
Kewajiban PT Bahtera Indah Nusantara adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas royalty sebesar
Rp90.000.000 dan memberikan bukti pemotongan tersebut
kepada Ocean Link Ship Pte. Ltd.;
2. menyetorkan PPh Pasal 26 yang telah dipotong ke kas
Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri
Keuangan paling lama tanggal 10 Juni 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Mei 2013
paling lama tanggal 20 Juni 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar
Dianjungan Lepas
Pantai (drilling rig)
PT Global Sea Transport adalah perusahaan pelayaran dalam negeri dengan SIUPAL nomor
BXXX-120/AL.57 tanggal 25 Januari 2002 yang melakukan usaha jasa pelayaran termasuk jasa
penyewaan kapal. PT Global Sea Transport melakukan kontrak persewaan kapal dengan PT Tanjung
Scorpa Tanker berupa persewaan kapal penyimpanan minyak mentah sementara yang bersandar
dianjungan lepas pantai (drilling rig) untuk menyimpan batubara sesuai jangka waktu dalam
kontrak. Harga sewa yang disepakati 150.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 14 Februari 2013.
Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?
Jawab:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Global Sea Transport dari PT Tanjung Scorpa Tanker
dari penyewaan kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak mentah dalam
jangka waktu tertentu dan bersandar di rig tidak termasuk sebagai penghasilan dari penyewaan
kapal yang dilakukan dari:
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainya di Indonesia;
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar
Dianjungan Lepas
Pantai (drilling rig)
Dengan demikian atas penghasilan tersebut termasuk sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23
dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto, PPh yang terutang
dipotong PT Tanjung Scorpa Tanker, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
2% X Rp150.000.000,00 = Rp3.000.000,00.
Kewajiban PT Tanjung Scorpa Tanker adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp3.000.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Global Sea Transport;
2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Maret
2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Februari 2013 paling lama tanggal
20 Maret 2013.