Anda di halaman 1dari 165

Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 dan PPh

Pasal 15
UU PPh Nomor 7 Tahun 1983 sttd UU Nomor 7 Tahun 2021

MELA NURDIALY, S.E, M.Ak

Sekolah Vokasi IPB

Tangguh Terampil Berkualitas


Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat
final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
PPh Pasal c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di
4 ayat 2 bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
(UU HPP) pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa
tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi,
usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau
bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
PENGERTIAN

Pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final


(berakhir) sehingga tidak dapat dikurangkan (dikreditkan)
dari total pajak terutang pada akhir tahun pajak.
Objek pajak umum Objek pajak umum
Penghasilan Objek pajak final

Bukan objek pajak PPh terutang

PPh dibayar melalui PPh tidak final Kredit pajak:


pihak lain PPh tidak final
(DN & LN)
PPh final
PPh kurang (lebih)
bayar
PENGHASILAN Karakteristik PPh Final :

YANG • Semua Usaha dianggap memiliki laba


• Laba kotor/margin laba sudah ditentukan
DIKENAKAN PPh • Umumnya tidak menggunakan tarif progresif
FINAL (kecuali PPh Ps. 21)
• Pengenaannya diatur dengan atau berdasarkan PP
• Jumlah PPh Final yang telah dibayar sendiri atau
dipotong pihak lain sehubungan dengan
penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan
• Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang
pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat
dikurangkan
JENIS PPh FINAL

Bunga/diskonto
Bunga deposito/
Transaksi penjualan obligasi dan surat
tabungan, diskonto
saham di Bursa Efek perbendaharaan
SBI, jasa giro
PPh Pasal negara
4 ayat (2)
Persewaan tanah
Hadiah undian dan/atau bangunan Jasa konstruksi

PPh Pasal Pengalihan hak atas


Bunga simpanan
yang dibayarkan Dividen yang
15 tanah dan / atau
koperasi kepada diterima WP-OP
bangunan
anggota WP-OP

Penghasilan
Kontraktor Usaha
PPh final Penghasilan dari Hulu Migas berupa
0,5% Selisih Lebih
Usaha yang diterima uplift / imbalan
/ diperoleh WP sejenis dan
Revaluasi Aset Tetap
dengan peredaran penghasilan
tertentu kontraktor dari
pengalihan
participating interest
PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2) FINAL
Pasal 4 AYAT (2) UU PPh & PERATURAN PEMERINTAH
BADAN PEMERINTAH / BADAN LAINNYA /ORANG PRIBADI YG
DITUNJUK

YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN


KEPADA ORANG PRIBADI / BADAN

PPh PASAL 4 (2) FINAL


JASA KONSTRUKSI YANG BERGERAK 2%,3%,4%
DI BIDANG KONSTRUKSI 4% ; 6%

SEWA TANAH (LAHAN) DAN/ATAU


BANGUNAN (RUANGAN) 10% TIDAK
BER-NPWP
HADIAH UNDIAN 25% DIKENAKAN
10%,15%,20% PPh
PENGHASILAN INVESTASI/MODAL TARIF
0,1% ; 2,5%
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH NORMAL
1%,5%
DAN/ATAU BANGUNAN

REVALUASI AKTIVA TETAP 10%,


TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh ATAS
PHSLAN DARI PERSEWAAN TANAH/BANGUNAN,JASA KONSTRUKSI,&
HADIAH UNDIAN

SEWA TNH/BGNAN,JASA
KONSTRUKSI,HADIAH Rekanan
PEMBAYAR UNDIAN

PEMOTONGAN PENYETORAN
Saat pembayaran kpd Paling lambat 10 hari setelah bulan
Rekanan dilakukannya Pembayaran, bila hari
WP diberi Bukti Potong (F.1.1.33.12) libur pada hari kerja berikutnya.
LEMBAR KE-1 REKANAN
Menggunakan SSP ke Bank
LEMBAR KE-2 LAMP. SPM 4 (2) Persepsi/Kantor Pos SSP dan
LEMBAR KE-3 ARSIP PEMOTONG penyetor diisi identitas
Bendaharawan/KPPN
Tdk Dipot. KODE MAP LIHAT SPT MASA PPh 4(2)
Maka Harus Setor Sendiri
SSE LB KE-3
PELAPORAN KE KPP/KTR POS/KURIR BUPOT 4(2) LB KE-2
Paling lambat 20 hari setelah bulan dilakukan DAFTAR BUPOT 4 (2)
pembayaran, bila hari libur pada hari kerja
berikutnya. LAMPIRAN
Menggunakan SPT Masa PPh Psl 4 Ayat (2)
7
(F.1.1.32.04)
PPh ATAS BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN,
DISKONTO SBI, JASA GIRO
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN dan LN
2. Badan DN dan LN
3. Bentuk Usaha Tetap
Objek pajak:
4. Bunga deposito
5. Bunga tabungan
6. Diskonto SBI
Pemotong, penyetor, pelapor:
7. Bank yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia
8. Cabang bank luar negeri di Indonesia
9. Bank Indonesia
10. Dana Pensiun dan bank yang menjual kembali SBI kepada pihak lain yang
bukan bank atau kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan
oleh Menteri Keuangan
OBYEK, SUBJEK DAN TARIF PPh ATAS BUNGA UU No 7 THN 2021

PENGHASILAN BUNGA

DEPOSITO, KOPERASI
OBJEK GIRO,SBI/SU OBLIGASI LEBIH DARI SELAIN KE-3
N Rp240.000/BLN

20% X 10 % X 10 % X 15 % X
TARIF
Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto
PPh Psl 4 (2) PPh Psl 4 (2) PPh Psl 4(2) PPh Psl 23

JENIS FINAL FINAL FINAL TIDAK FINAL


9

Sebelum 2009 WP LUAR NEGERI


PPh Pasal 26 = 10 % X Pengh. Bruto atau P3B
PPh 23 Final = 15%
Pengecualian (tidak terkena PPh atas
bunga deposito, tabungan, dan diskonto SBI)

▪ Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah pokok
deposito dan tabungan serta SBI nya tidak melebihi Rp.7.500.000,00 dan
bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
▪ bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank dalam negeri;
▪ Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sbb :
→ iuran pemberi kerja;
→ iuran peserta;
→ hasil investasi; dan
→ pengalihan dari Dana Pensiun lain.
▪ bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun
sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

10
Tarif 20% (bunga
PPh
deposito & tabungan) Dasar pengenaan pajak =
Jumlah bruto bunga = tarif × Jumlah bruto
Tarif 10% bunga
bunga
obligasi

• Bunga dan diskonto atas deposito, tabungan,


dan SBI yang
≤ Rp7.500.000
• Bunga dan diskonto yang diterima atau
an

diperoleh bank di Indonesia atau cabang bank


lik

LN
ua

• Bunga dan diskonto yang diterima atau


ec

diperoleh dana pensiun yang disahkan Menkeu


Dik

• Bunga tabungan dalam rangka kepemilikan


Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat
Sederhana (RSS) berikut kavling siap bangun
Contoh
Indah adalah salah satu nasabah Bank Nusa. Ia memiliki
deposito berjangka 1 bulan sebesar Rp600 juta. Bunganya
sebesar 6% setahun. PPh dipotong oleh Bank Nusa saat
pembayaran bunga sebagai berikut.

Bunga deposito: 6% × 600.000.000 × 1/12 = Rp3.000.000


PPh dipotong: 20% × Rp3.000.000 = Rp600.000
Contoh Perhitungan Bunga
Tabungan
Alice Kein memiliki tabungan di PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang
Jakarta dengan saldo rata-rata bulan September 2013 adalah
Rp450.000.000,00. Bunga yang diberikan oleh PT Bank Moneytalk
Indonesia Cabang Jakarta adalah 9% per tahun. Pembayaran bunga
dilakukan pada saat jatuh tempo yaitu tanggal 30 September 2013. Bunga
yang diterima oleh Alice Kein pada bulan September 2013 adalah sebesar
Rp3.375.000,00
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi
tersebut?
Jawab:
Bunga tabungan yang diterima oleh Alice Kein dari PT Bank Moneytalk
Indonesia Cabang Jakarta termasuk penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4
ayat (2) oleh PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pihak
yang membayarkan penghasilan.
Contoh Perhitungan Bunga Tabungan

Besarnya pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:


20% x Rp3.375.000,00 = Rp675.000,00.
Kewajiban PT Bank Moneytalk Indonesia Cabang Jakarta sebagai pemotong PPh Pasal 4
ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp675.000,00 dan memberikan
bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Alice Kein;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat 10 Oktober
2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa
PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2013 paling lambat
tanggal 21 Oktober 2013.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil
Syariah
Ahmad Shodiq menempatkan dananya dalam tabungan mudharabah di Bank Amal
Syariah sebesar Rp100.000.000. Nisbah/bagi hasil yang disepakati adalah 70%
untuk bank dan 30% untuk nasabah. Pada bulan September 2013, Bank Amal
Syariah memperoleh keuntungan sebesar Rp100.000.000.000 dari total dana
nasabah yang dikelola Rp2,5 triliun. Pada tanggal 8 Oktober 2013 Bank Amal
Syariah membayarkan bagi hasil sebesar Rp1.200.000,00 kepada Ahmad Shodiq.
Bagaimana perlakuan PPh atas pembayaran bagi hasil tersebut?
Jawab:
Berdasarkan ketentuan perpajakan telah diatur mengenai penghasilan, biaya, dan
pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatan usaha perbankan syariah
berlaku mutatis mutandis ketentuan dalam Undang-Undang PPh.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh nasabah penyimpan atau nasabah
investor dari perbankan syariah dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk
bonus, bagi hasil, dan penghasilan lainnya atas dana yang dipercayakan atau
ditempatkan dikenai PPh sesuai ketentuan pengenaan PPh atas bunga.
Contoh Perhitungan Bagi Hasil
Syariah
Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia
dipotong PPh yang bersifat final sebesar 20% dari jumlah bruto.
Dengan demikian atas bagi hasil yang diterima atau diperoleh Ahmad Shodiq dari Bank Amal
Syariah terutang PPh atas bunga yang wajib dipotong oleh pihak yang membayarkan.
Besarnya PPh yang wajib dipotong oleh Bank Amal Syariah adalah:
20% x Rp1.200.000,00 = Rp240.000,00
Kewajiban Bank Amal Syariah sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen sebesar Rp240.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Ahmad Shodiq;
2. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 November 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal
4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat tanggal 20 November 2013.
PPh ATAS BUNGA/DISKONTO
OBLIGASI
Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN dan LN
2. Badan DN dan LN
3. BUT
yang menerima bunga/diskonto obligasi

Objek pajak:
1. Bunga obligasi
2. Diskonto obligasi

Pemotong, penyetor, pelapor:


3. Penerbit obligasi atau kustodian agen pembayaran atas bunga dan
diskonto yang diterima pemegang obligasi setiap periode
4. Perusahaan efek, diler, atau bank atas bunga dan diskonto yang
diterima penjual obligasi saat transaksi
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
(PP no 91 tahun 2021)

• Obligasi adalah surat utang, surat utang negara dan obligasi


daerah yang berjangka waktu lebih ader 12 bulan
Pasal 4 ayat (2) huruf a UU PPh
tentang Obligasi dikenakan PPh Final

• Penghasilan bunga dari Obligasi dengan kupon, diskonto dari


Obligasi dengan kupon, diskonto dari Obligasi tanpa bunga
dikenakan PPh Final 10% bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap dan 20% atau sesuai P3B bagi WP Luar Negeri selain
bentuk usaha tetap (PP no 91 tahun 2021)
PP No 91 Tahun 2021
Tgl 30 Agustus 2021
Catatan :
✔ Bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau
diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan:
1) 0% untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010;
2) 5% untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; dan
3) 15% untuk tahun 2014 sampai 2021
4) 10% untuk tahun 2021 dan seterusnya
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
(PP no 91 tahun 2021)

WPLN

Tarif 10
% atau
Tax
Treaty
Contoh obligasi
Pada tanggal 1 Juli 2022, PT AAA (emiten) menerbitkan
Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebagai
berikut:
- Nilai nominal Rp12.000.000,00 per lembar.
- Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli
2027).
- Bunga tetap (fixed rate) sebesar 16% per tahun, jatuh
tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
- Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT BBB (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10
lembar Obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at
discount, yaitu sebesar Rp10.500.000,00 per lembar.
Pada tanggal 31 Mei 2023, PT BBB menjual seluruh Obligasi
yang dimilikinya kepada PT CCC dengan harga jual
Rp10.666.667 per lembar termasuk bunga berjalan, melalui
perantara.
Contoh obligasi
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang
oleh PT BBB pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2023
adalah sebagai berikut:
Bunga berjalan = (5/12 x 16% x Rp10.000.000,00) x 10 lembar
= Rp6.666. 670

Diskonto = [(Rp 10.666.667 - Rp666.667) - Rp10.500.000} x 10


lembar
= (Rp5.000.000) Diskonto negatif/rugi

Perolehan diskonto negatif atau rugi dapat diperhitungkan


dengan penghasilan bunga berjalan. PPh terutang yang
bersifat final karena penjualan Obligasi, sebagai berikut:
PPh Final = 10% x (Rp6.666 .670 - Rp5.000.000) = Rp166.667
Contoh Perhitungan Bunga Obligasi yang
Diperoleh Wajib Pajak Badan
Pada tanggal 1 Juli 2022, PT Mekar Sejahtera menerbitkan obligasi
dengan kupon (interest bearing debt securities) sebagai berikut:
• Nilai nominal Rp10.000.000,00 per lembar.
• Jangka waktu obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 30 Juni 2027).
• Bunga tetap (fixed rate) sebesar 18% per tahun, jatuh tempo
bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Bank Koes & Dian merupakan kustodian yang ditunjuk sebagai
agen pembayaran.
PT Batavia Sentosa pada saat penerbitan perdana membeli 20
lembar obligasi dengan harga di bawah nilai nominal (at discount)
yaitu sebesar Rp9.000.000,00 per lembar.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh pada
saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember 2022?
Contoh Perhitungan Bunga Obligasi yang
Diperoleh Wajib Pajak Badan
Jawab:
Atas penghasilan yang diterima PT Batavia Sentosa berupa bunga
obligasi dikenai pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.
Besarnya PPh bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang menerima
penghasilan berupa bunga obligasi dengan kupon adalah 10% x jumlah
bruto bunga sesuai masa kepemilikan (holding period) obligasi.
PT Bank Koes & Dian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran wajib
memotong PPh atas bunga obligasi yang diterima oleh PT Batavia
Sentosa.
Penghitungan bunga yang diterima PT Batavia Sentosa pada saat jatuh
tempo bunga tanggal 31 Desember 2022 adalah:
(6/12 x 18% x Rp10.000.000,00) x 20 lembar = Rp18.000.000,00.
PPh yang wajib dipotong adalah:
10% x Rp18.000.000,00 = Rp1.800.000,00.
Contoh Perhitungan Bunga Obligasi yang
Diperoleh Wajib Pajak Badan

Kewajiban PT Bank Koes & Dian sebagai pemotong PPh


Pasal 4 ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp1.800.000,00 dan memberikan bukti pemotongan
PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT Batavia Sentosa;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2)
tersebut paling lambat 10 Januari 2023;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat
final Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2022
paling lambat tanggal 20 Januari 2023.
OBYEK, SUBJEK DAN TARIF PPh ATAS HADIAH
✔ Hadiah atau Penghargaan melalui suatu Hadiah Undian
perlombaan atau adu ketangkasan; melalui diundi
✔ Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kecuali yg diterima
dan kegiatan lainnya dalam nama dan
seluruh
OBJEK bentuk apapun;
✔ Penghargaan sehubungan dengan prestasi pembeli/diterima
dalam kegiatan tertentu. langsung pembeli

Orang
WP LN WP Badan WP Badan
SUBJEK Pribadi
selain BUT termasuk BUT /Orang Pribadi
WP DN

Pasal 17 X 20 % X 15 % X 25 % X
TARIF Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto Pengh. Bruto
PPh Psl 17 PPh Psl 26 PPh Psl 23 PPh Psl 4 (2)

SIFAT TIDAK FINAL TIDAK FINAL


FINAL FINAL 27
PPh ATAS HADIAH UNDIAN
Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang menerima hadiah undian

Objek pajak:
Hadiah undian : hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan melalui undian
Nilai hadiah adalah nilai uang / nilai pasar apabila hadiah tersebut
diserahkan dalam bentuk natura
Tarif : 25%
Pemotong, penyetor, pelapor:
1. Penyelenggara undian (orang pribadi, badan, kepanitiaan,
penyelenggara kegiatan)
PPh ATAS HADIAH UNDIAN

Contoh
Bank Mutiara mengadakan penarikan undian bagi para nasabah.
Penerima hadiah undian adalah CV Sukses dan Sdr. Anton,
masing-masing 1 unit mobil seharga Rp210.000.000 dan 1 unit
sepeda motor seharga Rp15.000.000. CV Sukses memiliki NPWP,
sedangkan Sdr. Anton tidak.

PPh yang dipotong Bank Mutiara adalah:


1. CV Sukses: 25% × Rp210.000.000 Rp52.500.000
2. Sdr. Anton: 25% × Rp15.000.000 Rp 3.750.000
Rp56.250.000
PPh ATAS HADIAH UNDIAN

Kewajiban Bank Mutiara sebagai pemotong PPh Pasal 4


ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp56.250.000 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada CV Sukses dan Sdr. Anton;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2)
tersebut paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas
transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh yang bersifat
final Pasal 4 ayat (2) paling lambat tanggal 20 setelah
Masa Pajak.
PPh ATAS USAHA JASA
KONSTRUKSI
Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
penyedia jasa konstruksi, berlaku WP khusus, kategori

Objek pajak:
1. Perencanaan Konstruksi : mewujudkan pekerjaan dalam bentuk
dokumen perencanaan pembangunan fisik lain
2. Pelaksanaan Konstruksi : mewujudkan hasil perencanaan menjadi
bentuk bangunan atau bentuk fisik lain
3. Pengawasan Konstruksi :pengawasan sejak awal sampai
berakhirnya pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Pemotong, penyetor, pelapor:
4. Pengguna jasa konstruksi
5. Penyedia jasa konstruksi dalam hal pengguna jasa bukan
pemotong pajak
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI
IMBALAN JASA
KONSTRUKSI

PPh FINAL Pasal 4 (2)

JASA JASA
PERENCANAAN
PELAKSANAAN & PENGAWASAN

YG MEMILIKI YG TIDAK YG MEMILIKI YG MEMILIKI YG TIDAK


KUALIFIKASI MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA KUALIFIKASI MEMILIKI
USAHA KECIL KUALIFIKASI MENENGAH ATAU USAHA KUALIFIKASI
USAHA KUALIFIKASI BESAR USAHA

2% 4% 3% 4% 6%

DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG


MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PT Bumen Jaya Sentosa merupakan perusahaan
yang mempunyai Sertifikat Badan Usaha Jasa
Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan
Konstruksi Bidang Sipil Sub Bidang
Contoh Bangunan-bangunan non perumahan lainnya
dengan kualifikasi besar gred 6.
Perhitungan PT Bumen Jaya Sentosa pada tahun 2013
Jasa ditunjuk oleh CV Lukulo selaku pemilik Rumah
Sakit Siti Khodijah untuk membangun gedung
Konstruksi baru yang akan digunakan sebagai unit
kesehatan ibu dan anak dengan nilai kontrak
sebesar Rp25.000.000.000,00 tidak termasuk
PPN. PT Bumen Jaya Sentosa menerima uang
muka kontrak pada saat dimulai pembangunan
yaitu pada tanggal 15 Juli 2013 sebesar
Rp5.000.000.000,00.
Contoh Perhitungan Jasa Konstruksi
Termin pembayaran akan dilakukan sesuai dengan tingkat penyelesaian,
yaitu:
▪ Termin pertama sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 25%;
▪ Termin kedua sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 50%;
▪ Termin ketiga sebesar Rp5.000.000.000,00 setelah pekerjaan selesai 75%;
▪Sisa Rp5.000.000.000,00 akan dibayarkan setelah pekerjaan dan masa
pemeliharaan selesai.
Pembangunan rumah sakit tersebut harus diselesaikan oleh PT Bumen Jaya
Sentosa paling lama tanggal 31 Desember 2015 dengan masa pemeliharaan
selama 6 bulan. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh
yang dilakukan oleh CV Lukulo terkait pembayaran:
1. uang muka kontrak; dan
2. termin pertama apabila dilakukan pada tanggal 31 Desember 2013?
Contoh Perhitungan Jasa Konstruksi
Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenai PPh yang bersifat final.
Dalam hal pengguna jasa merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari
usaha jasa konstruksi tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat
pembayaran bagian nilai kontrak jasa konstruksi.
1.Pembayaran uang muka kontrak:
Besarnya pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari jasa
konstruksi adalah sebesar = 3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp 150.000.000,00.
Contoh PPh USAHA JASA KONSTRUKSI

Nilai Kontrak
Penyedia Jasa PPh
(Termasuk PPN)

PT A, perencanaan Rp99.000.000 4% × (100/110 × Rp99.000.000) =


jasa konstruksi Rp3.600.000
PT B, pelaksanaan Rp880.000.000 2% × (100/110 × Rp880.000.000) =
jasa konstruksi Rp16.000.000
PT C, pengawasan Rp55.000.000 4% × (100/110 × Rp50.000.000) =
jasa kosntruksi Rp2.000.000
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi
Kewajiban CV Lukulo sebagai pengguna jasa adalah:
a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha
jasa konstruksi sebesar Rp150.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT
Bumen Jaya;
b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 12
Agustus 2013;
c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha
jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli
2013 paling lambat tanggal 20 Agustus 2013.
2. Pembayaran termin pertama:
Besarnya pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari jasa kontruksi
adalah sebesar = 3% x Rp5.000.000.000,00 = Rp150.000.000,00.
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi
Kewajiban CV Lukulo sebagai pengguna jasa adalah:
a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan
dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp150.000.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Bumen Jaya;
b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final
atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut paling
lambat tanggal 10 Januari 2014;
c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Desember 2013 paling lambat
tanggal 20 Januari 2014.
Contoh Perhitungan Penyetoran Kekurangan
Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas
Usaha Jasa Konstruksi
PT Tanjungsari Konstruksi sebagai Konsultan Pengawas pekerjaan pembangunan
unit kesehatan ibu dan anak Rumah Sakit Siti Khodijah yang dimiliki oleh CV Lukulo,
dengan nilai kontrak Rp500.000.000.
PT Tanjungsari Konstruksi merupakan perusahaan yang mempunyai Sertifikat
Badan Usaha Jasa Pengawasan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai Badan Usaha Jasa Pengawasan
Konstruksi Layanan Jasa Inspeksi Teknis Sub-layanan Jasa Enjiniring Fase Konstruksi
dan Instalasi Bangunan dengan kualifikasi besar gred 4.
Atas pembayaran nilai kontrak sebesar Rp500.000.000,00 yang dilakukan pada
tanggal 16 September 2013, CV Lukulo hanya memotong PPh yang bersifat final
atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp19.000.000,00 yang
seharusnya sebesar Rp20.000.000.
Atas kekurangan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha
jasa konstruksi sebesar Rp1.000.000 siapakah yang wajib melunasinya?
Contoh Perhitungan Penyetoran Kekurangan Pembayaran
PPh yang Bersifat Final atas Usaha Jasa Konstruksi

Jawab:
Penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang diterima dari
pengguna jasa sebagai pemotong pajak dipotong PPh yang
bersifat final oleh pengguna jasa dengan tarif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dalam hal terdapat selisih kekurangan PPh atas penghasilan
yang terutang berdasarkan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi dengan
PPh yang telah dipotong berdasarkan pembayaran yang telah
dipotong, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh
Penyedia Jasa. Dengan demikian kekurangan PPh yang bersifat
final atas penghasilan dari jasa kontruksi sebesar
Rp1.000.000,00 harus dilunasi oleh PT Tanjungsari Konstruksi.
Contoh Perhitungan Penyetoran Kekurangan
Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas Usaha Jasa
Konstruksi
Tarif PPh atas penghasilan dari jasa pengawasan konstruksi:

Pembayaran kontrak pengawasan jasa kontruksi sebesar


Rp500.000.000.
Contoh Perhitungan Penyetoran Kekurangan
Pembayaran PPh yang Bersifat Final atas Usaha Jasa
Konstruksi
Kewajiban PT Tanjungsari Konstruksi sebagai penyedia jasa
konstruksi adalah:
1. melakukan penyetoran kekurangan PPh yang bersifat final
atas penghasilan dari jasa konstruksi sebesar
Rp1.000.000,00 dengan SSP atas nama PT Tanjungsari
Konstruksi paling lambat tanggal 16 Oktober 2013;
2. melaporkan penyetoran PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September
2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi
Tuan Samidi Karsoutomo merupakan pengusaha yang bergerak dalam bidang
konstruksi. Tuan Samidi Karsoutomo memiliki sertifikasi yang diterbitkan oleh
LPJK sebagai pengusaha jasa pelaksanaan konstuksi gred 1. Tuan Samidi
Karsoutomo pada tahun 2013 mendapat pekerjaan untuk membangun pos
satpam di pintu depan dan pintu belakang perumahan Ceger Permai senilai
Rp50.000.000. Pembangunan pos satpam dimulai pada tanggal 15 Maret 2013
dan selesai pada tanggal 16 April 2013. Pembayaran atas pekerjaan
pembangunan pos satpam tersebut dilakukan oleh PT Jurangmangu Jaya
selaku pengembang perumahan Ceger Permai pada tanggal 17 April 2013.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Jurangmangu
Jaya terkait pembayaran pekerjaan pembangunan dua pos satpam kepada
Tuan Samidi Karsoutomo?
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi
Jawab:
Tuan Samidi Karsoutomo merupakan Wajib Pajak orang pribadi yang menyerahkan jasa kepada PT
Jurangmangu Jaya. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari
penyerahan jasa merupakan objek pemotongan PPh Pasal 21.
Namun demikian, dalam hal penghasilan dari pemberian jasa tersebut termasuk dalam objek PPh
yang bersifat final yang diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah, maka atas penghasilan
tersebut tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 tetapi dikenai PPh yang bersifat final sesuai
dengan pengaturan dalam Peraturan Pemerintah yang mendasarinya.
Mengingat jasa yang dilakukan oleh Tuan Samidi Karsoutomo kepada PT Jurangmangu Jaya
merupakan jasa konstruksi, maka atas penghasilan yang diterima oleh Tuan Samidi dikenai
pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi, bukan PPh Pasal
21.
Dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, pengusaha jasa pelaksanaan kontruksi
orang pribadi (gred 1) dikelompokan sebagai pengusaha yang memiliki kualifikasi usaha kecil.
Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Tuan Samidi Karsoutomo dari pekerjaan
pembangunan dua pos satpam di perumahan Ceger Permai dikenai pemotongan dengan tarif
sebesar 2%.
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:
2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000
Kewajiban PT Jurangmangu Jaya sebagai pengguna jasa adalah:
1. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari
usaha jasa konstruksi sebesar Rp1.000.000 dan memberikan bukti
pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi kepada Tuan Samidi Karsoutomo;
2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut paling lambat tanggal
10 Mei 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari
usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
Masa Pajak April 2013 paling lambat tanggal 20 Mei 2013.
Contoh PerhitunganPelaksanaan
Konstruksi Menara
Telekomunikasi
PT Metro Telemetrik merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan konstruksi menara telekomunikasi dan penjualan peralatan teknis
telekomunikasi serta jasa instalasi, perawatan, pemeliharaan, dan perbaikannya. PT
Metro Telemetrik mempunyai sertifikasi badan usaha dari LPJK untuk bidang
elektrikal sub bidang jaringan transmisi telekomunikasi dan atau telepon dengan
kualifikasi besar gred 7.
PT Metro Telemetrik mendapatkan kontrak untuk membangun menara
telekomunikasi dari PT Multiswara sebuah perusahaan telekomunikasi baru yang
sedang memperluas jaringannya. Nilai kontrak pekerjaan pembangunan menara
telekomunikasi tersebut adalah sebesar Rp26.000.000.000,00 dengan lingkup
pekerjaan:
• pelaksanaan konstruksi menara telekomunikasi,mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi menara telekomunikasi, yang mencakup juga
pemasangan perangkat telekomunikasi, land clearing, konstruksi sipil, sipil
mekanikal dan elektrikal, pembangunan shelter, koneksi listrik dan lain-lain;
Contoh PerhitunganPelaksanaan
Konstruksi Menara
Telekomunikasi
• pengadaan dan instalasi perangkat telekomunikasi pada menara
Telekomunikasi, meliputi pengadaan dan pengiriman perangkat, instalasi,
integrasi, testing and commisioning, uji terima, serah terima pekerjaan,
dokumentasi, dan pelatihan;
• masa penyempurnaan selama 3 bulan dan masa pemeliharaan selama masa
garansi.
Pembayaran atas nilai kontrak sebesar Rp26.000.000.000 tersebut dilakukan dalam
tiga termin:
• Termin pertama pada tanggal 1 Maret 2013 sebesar Rp10.000.000.000;
• Termin kedua pada tanggal 8 Agustus 2013 sebesar Rp10.000.000.000,00;
• Termin ketiga dilakukan setelah selesai masa pemeliharaan.
Pekerjaan pembangunan menara telekomunikasi tersebut dimulai pada tanggal 1
Februari 2013 dan harus selesai tanggal 31 Desember 2013.
Contoh PerhitunganPelaksanaan Konstruksi
Menara Telekomunikasi
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Multiswara
terkait pembayaran termin pertama dan kedua kepada PT Metro Telemetrik?
Jawab:
Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain, termasuk di
dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi, yaitu penggabungan fungsi
layanan dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan
pembangunan (engineering, procurement, and construction) serta model
penggabungan perencanaan dan pembangunan (design and build).
Dasar pengenaan PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dalam hal
merupakan pekerjaan konstruksi terintegrasi adalah nilai keseluruhan
pembayaran atas perencanaan, pengadaan, dan pembangunan.
Dengan demikian seluruh pembayaran nilai kontrak pembangunan menara
telekomunikasi sejumlah Rp26.000.000.000,00 merupakan penghasilan yang
dikenai PPh yang bersifat final dengan tarif 3%.
Contoh PerhitunganPelaksanaan
Konstruksi Menara
Telekomunikasi
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi:
• Pembayaran termin pertama:
3% x Rp10.000.000.000,00 = Rp300.000.000,00;
• Pembayaran termin kedua:
3% x Rp10.000.000.000,00 = Rp300.000.000,00.
Kewajiban PT Multiswara sebagai pengguna jasa adalah:
1. Atas pembayaran termin pertama:
a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
sebesar Rp300.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Metro Telemetrik;
b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha
jasa konstruksi tersebut paling lambat tanggal 10 April 2013;
c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Maret 2013 paling lambat tanggal 22
April 2013.
Contoh PerhitunganPelaksanaan Konstruksi
Menara Telekomunikasi

2. Atas pembayaran termin kedua:


a. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar
Rp300.000.000 dan memberikan bukti pemotongan PPh yang
bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
kepada PT Metro Telemetrik;
b. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat
final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi tersebut
paling lambat tanggal 10 September 2013;
c. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling
lambat tanggal 20 September 2013.
Contoh Perhitungan Jasa Instalasi Listrik oleh Pengusaha
Konstruksi yang Bersertifikasi
PT Jaya Teknik merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang usaha perdagangan perlengkapan instalasi
listrik beserta jasa pemasangannya. Pada tahun 2013 PT
Jaya Teknik mendapatkan order pembelian perlengkapan
listrik dari PT Gajah Makmur beserta pemasangannya
untuk mengganti instalasi listrik di gedung kantor pusat
PT Gajah Makmur di Jalan Gajah Mada Jakarta Barat.
Nilai kontrak pembelian material dan jasa instalasi listrik
sebesar Rp2.000.000.000 tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai dan dibayarkan pada tanggal 13
November 2013. PT Jaya Teknik mempunyai sertifikasi
dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi sebagai
Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi bidang
elektrikal sub bidang instalasi listrik gedung dan pabrik
dengan kualifikasi besar gred 7.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh
PT Gajah Makmur terkait pembayaran kontrak kepada PT
Jaya Teknik?
Contoh Perhitungan Jasa Instalasi Listrik
oleh Pengusaha Konstruksi yang
Bersertifikasi
Jawab:
Pekerjaan instalasi listrik selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi termasuk dalam jenis jasa lain
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008. Oleh karena PT Jaya Teknik mempunyai sertifikasi dari
LPJK sebagai Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi dan pekerjaan
instalasi listrik gedung termasuk dalam lingkup pekerjaan pelaksanaan
konstruksi dalam Peraturan LPJK yaitu bidang elektrikal sub bidang instalasi
listrik gedung dan pabrik maka atas penghasilan dari pekerjaan instalasi
listrik gedung yang diterima oleh PT Jaya Teknik tidak dikenakan
pemotongan PPh Pasal 23 tetapi dikenakan pemotongan PPh final atas
penghasilan dari usaha jasa kontruksi dengan tarif 3%.
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:
3% x Rp2.000.000.000,00 = Rp60.000.000.
Contoh Perhitungan Jasa Instalasi Listrik
oleh Pengusaha Konstruksi yang
Bersertifikasi
Kewajiban PT Gajah Makmur sebagai pengguna jasa adalah:
1. melakukan pemotongan PPh yang bersifat final atas penghasilan
dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp60.000.000 dan
memberikan bukti pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada PT Jaya Teknik;
2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh yang bersifat final
atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut paling
lambat tanggal 10 Desember 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak November 2013 paling lambat
tanggal 20 Desember 2013.
Contoh Perhitungan Jasa
Perbaikan Jaringan Listrik
Untuk perbaikan jaringan listrik di pabriknya, PT Gajah Makmur
menunjuk PT Sinar Elektrik untuk melakukan perbaikan jaringan
listrik dengan nilai kontrak Rp500.000.000,00. Dalam nilai kontrak
perbaikan jaringan listrik senilai Rp500.000.000 yang diajukan oleh
PT Sinar Eletrik tersebut tidak dipisahkan antara harga material
dengan jasa perbaikan jaringan listrik yang dilakukan. Pembayaran
pekerjaan perbaikan jaringan listrik dilakukan setelah pekerjaan
selesai, yaitu pada tanggal 16 September 2013. PT Sinar Elektrik
tidak mempunyai sertifikasi dari LPJK sebagai badan usaha jasa
pelaksanaan konstruksi.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh PT Gajah
Makmur terkait pembayaran pekerjaan perbaikan jaringan listrik
kepada PT Sinar Elektrik?
Contoh Perhitungan Jasa Instalasi Listrik
oleh Pengusaha Konstruksi yang
Bersertifikasi
Jawab:
Jasa perawatan/perbaikan jaringan listrik selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak
yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi termasuk dalam jenis jasa lain
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008. Oleh karena PT Sinar Elektrik tidak mempunyai sertifikasi dari
LPJK sebagai badan usaha penyedia jasa konstruksi maka atas jasa perbaikan
jaringan listrik yang dilakukan oleh PT Sinar Elektrik merupakan jenis jasa lain yang
dikenai PPh Pasal 23 dengan tarif 2% dari jumlah bruto.
Oleh karena nilai kontrak pekerjaan perbaikan jaringan listrik yang diajukan oleh
PT Sinar Elektrik tidak memisahkan nilai jasa perbaikan dan material yang
digunakan, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 adalah
sebesar nilai kontrak pekerjaan perbaikan jaringan listrik tersebut,
yaituRp500.000.000.
PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa perbaikan jaringan listrik:
2% x Rp500.000.000,00 = Rp10.000.000
Contoh Perhitungan Jasa Instalasi Listrik
oleh Pengusaha Konstruksi yang
Bersertifikasi
Kewajiban PT Gajah Makmur terkait pembayaran pekerjaan
perbaikan jaringan listrik kepada PT Sinar Elektrik adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa
perbaikan jaringan listrik sebesar Rp10.000.000 dan
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan
dari jasa perbaikan jaringan listrik kepada PT Sinar Elektrik;
2. melakukan penyetoran atas pemotongan PPh Pasal 23 atas
penghasilan dari jasa perbaikan jaringan listrik tersebut paling
lambat tanggal 10 Oktober 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas penghasilan dari jasa
perbaikan listrik tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 23 Masa
Pajak September 2013 paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh BUT
Bangun Internasional, Ltd. sebuah perusahaan yang termasuk
dalam definisi Badan Usaha Tetap (BUT) mempunyai bidang usaha
konstruksi. Dalam tahun 2013 menerima pembayaran atas jasa
konstruksi pembangunan hotel dari PT Pembangunan Sejahtera
mengingat telah memenuhi termin penyelesaian pekerjaan kedua
sebesar 50% pada tanggal 8 Oktober 2013 sebesar
Rp25.000.000.000.
Bangun Internasional, Ltd. tidak memiliki Sertifikasi Badan Usaha
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang diterbitkan oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan Pajak
Penghasilan yang dilakukan PT Pembangunan Sejahtera terkait
dengan transaksi tersebut?
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh BUT
Jawab:
Atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak maka penghasilan dari usaha jasa
konstruksi tersebut dipotong oleh pengguna jasa pada saat
pembayaran bagain nilai kontrak jasa konstruksi.
Mengingat PT Bangun Internasional tidak memiliki Sertifikasi
Badan Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi maka besarnya
pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas
penghasilan dari jasa konstruksi adalah sebesar:
4% x Rp25.000.000.000,00 = Rp1.000.000.000
Contoh Perhitungan Jasa
Konstruksi oleh BUT
Kewajiban PT Pembangunan Sejahtera sebagai pengguna jasa adalah:
1. melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi sebesar Rp.1.000.000.000 dan
memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final
atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi kepada Bangun
Internasional, Ltd.;
b. melakukan penyetoran atas pemotongan Pajak Penghasilan yang
bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut
paling lambat tanggal 11 November 2013;
c. melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas
penghasilan dari usaha jasa konstruksi tersebut dalam SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013 paling lambat
tanggal 20 November 2013.
PPh ATAS PERSEWAAN TANAH/BANGUNAN
Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang menerima/memperoleh penghasilan dari persewaan tanah/bangunan

Ojek pajak:
1. Persewaan tanah/bangunan
Sewa atas tanah dan / atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun,
apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan atau gedung
pertemuan termasuk bagiannya, rumah, kantor, took, rumah toko, gudang dan
bangunan industry {tidak termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya (contoh asrama, rumah kost)}
PPh = Tarif 10% x Jumlah bruto nilai persewaan
Jumlah bruto nilai persewaan = semua jumlah yang dibayarkan atau terutang
oleh pihak yang menyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
berkaitan dengan tanah dan / atau bangunan yang disewa, termasuk biaya
perawatan, keamanan dan “service charge”, baik yang perjanjiannya dibuat
secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanijian persewaan yang
bersangkutan.
Pemotong, penyetor, pelapor:
1. Penyewa
2. Penerima sewa
OBYEK, SUBYEK DAN TARIF PPh ATAS SEWA HARTA

PENGHASILAN DARI PENGHASILAN DARI


OBYEK PERSEWAAN TANAH PERSEWAAN HARTA
DAN/ATAU SELAIN TANAH
BANGUNAN DAN/ATAU BANGUNAN
OLEH

SUBYEK WP BADAN atau WP Orang Pribadi, Yayasan

Di Potong PPh 4 (2) Di Potong PPh 23


TARIF 10 % X Bruto 2 % X Bruto
FINAL TIDAK FINAL

JUMLAH BRUTO NILAI SEWA adalah semua jumlah yg dibayarkan atau terutang oleh
pihak yg menyewa dgn nama dan dlm bentuk apapun baik yg perjanjiannya dibuat
scr terpisah maupun yg disatukan dgn perjanjian persewaannya.
TIDAK TERMASUK OBJEK
PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN

YANG
MERUPAKAN

OBJEK PAJAK HOTEL DAN RESTORAN


(PAJAK DAERAH)

YAITU PELAYANAN YG DISEDIAKAN DGN PEMBAYARAN DI HOTEL ATAU


RESTORAN, TERMASUK:
1. FASILITAS PENGINAPAN ATAU FASILITAS TINGGAL JANGKA PENDEK;
2. PELAYANAN PENUNJANG SBG KELENGKAPAN FASILITAS PENGINAPAN
ATAU TINGGAL JANGKA PENDEK YG SIFATNYA MEMBERIKAN
KEMUDAHAN DAN KENYAMANAN
3. JASA PERSEWAAN RUANG UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN
HOTEL

Surat Dirjen Pajak Nomor 7/PJ.43/2003 dan


Surat Dirjen Pajak Nomor 8/PJ.43/2003
PPH ATAS PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN

10% • Tarif

tor g
kan dun
an
tan a

per a ge
ah
Sew
• Dasar

Sew
Jumlah
bruto sewa pengenaan
pajak

me a
apa Sew
n
rum wa

tok a
gud a
Sew

Sew
o
ah

ang
rte
Se
10% x jumlah
bruto sewa • PPh

Wajib dibayar sendiri


Wajib dipotong
oleh penerima sewa jika
penyewa jika penyewa
penyewa bukan sbg
ditunjuk sbg pemotong
pemotong
CONTOH PPH ATAS PERSEWAAN
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

Contoh
Tuan Ananda mempunyai 2 ruko disewakan. Apotek
Sehat Farma dan Pusat Oleh-Oleh Enak sebagai
penyewa, masing-masing sebagai pemotong pajak dan
bukan pemotong pajak. Nilai sewa masing-masing
sebesar Rp50.000.000 dan Rp25.000.000 pada 2016.

PPh dipotong oleh Apotek Sehat Farma adalah:


10% × Rp50.000.000 = Rp5.000.000
PPh dibayar dan dilaporkan oleh Tuan Ananda sebesar:
10% × Rp25.000.000 = Rp2.500.000
Contoh Penentuan Jumlah Bruto
Nilai Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan
PT International Towerindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
persewaan gedung yang bernama Jakarta Tower. PT Henkpon Telecommunication
menyewa sebagian ruangan di lantai 11 Jakarta Tower. Harga sewa yang disepakati
adalah Rp150.000.000,00 per tahun. Biaya service charge per tahun
Rp12.000.000,00 dibayar dimuka. PT Henkpon Telecommunication akan menyewa
untuk jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 Juni 2013 s.d. 31 Mei 2014.
Pembayaran dilakukan pada tanggal 31 Mei 2013.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari persewaan atas tanah dan/atau
bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, wajib dibayar
PPh yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai
persewaan tanah dan/atau bangunan.
Yang dimaksud jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang
dibayarkan atau terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun
juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa termasuk biaya
perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan
Contoh Penentuan Jumlah Bruto
Nilai Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan
Atas penghasilan yang diterima oleh PT International Towerindo dari PT Henkpon
Telecommunication wajib dipotong PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
oleh PT Henkpon Telecommunication.
PPh yang wajib dipotong adalah:
10% x (Rp150.000.000,00 + Rp12.000.000,00) = Rp16.200.000,00.
Kewajiban PT Henkpon Telecommunication sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp16.200.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada PT International Towerindo pada saat dilakukannya
pemotongan;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 Juni 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Mei 2013 paling lambat tanggal 20 Juni 2013.
Contoh Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Tidak Ditunjuk sebagai
Pemotong PPh
PT Bangun Ruko Selalu menyewakan 1 unit ruko kepada Donna Natasha,
pemilik salon kecantikan “Bonndhing”. Harga sewa yang disepakati adalah
Rp20.000.000,00 per tahun. Donna Natasha menyewa ruko tersebut untuk
jangka waktu 1 tahun mulai tanggal 1 September 2013 s.d. 31 Agustus
2014. Pembayaran dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2013. Donna
Natasha tidak termasuk orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong
PPh atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan.
Bagaimana pengenaan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Mengingat Donna Natasha tidak termasuk sebagai orang pribadi yang
ditunjuk sebagai pemotong pajak, maka PPh atas penghasilan yang
diterima dari persewaan ruko wajib dibayar sendiri oleh PT Bangun Ruko
Selalu.
Contoh Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Tidak Ditunjuk sebagai
Pemotong PPh
PPh yang wajib dibayar sendiri adalah:
10% x Rp20.000.000,00 = Rp2.000.000

Kewajiban PT Bangun Ruko Selalu adalah:


1. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp2.000.000 paling lambat tanggal 16 September 2013;
2. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi
tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.
Contoh Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh

Wahyu adalah seorang dokter spesialis anak yang telah ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh atas penghasilan
dari persewaan tanah dan/atau bangunan. Wahyu menyewa rumah toko
dari Nanang untuk membuka apotik dengan biaya sewa sebesar
Rp60.000.000,00 untuk jangka waktu 1 tahun. Pembayaran sewa dilakukan
Wahyu pada tanggal 4 Januari 2013.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi
tersebut?
Jawab:
Dokter berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-50/PJ./1996 merupakan salah satu profesi orang pribadi yang ditunjuk
sebagai pemotong Pajak Penghasilan atas penghasilan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan. Sehingga Wahyu wajib melakukan pemotongan
PPh atas pembayaran sewa rumah toko tersebut.
Contoh Pihak Penyewa Merupakan Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Ditunjuk sebagai Pemotong PPh

PPh yang wajib dipotong oleh Wahyu adalah:


10% x Rp60.000.000,00 = Rp6.000.000,00.
Kewajiban Wahyu sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp6.000.000 dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4
ayat (2) kepada Nanang;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling
lambat tanggal 11 Februari 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi
tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Januari
2013 paling lambat tanggal 21 Februari 2013.
Contoh Service Charge yang Dibayarkan kepada
Pemilik Gedung Melalui Pengelola Gedung yang
Bukan Merupakan Pemilik
PT Menjulang Tinggi merupakan pemilik gedung perkantoran Sohigh Building.
Sohigh Building merupakan perkantoran yang disewakan untuk umum. Untuk
mengelola Sohigh Building, PT Menjulang Tinggi mengadakan perjanjian kerja
sama dengan PT Bersih Rapi. PT Bersih Rapi berkewajiban untuk mengelola
keamanan, kebersihan, dan melakukan perawatan di Sohigh Building. PT Bersih
Rapi menerima fee atas pengelolaan Sohigh Building sebesar Rp800.000.000 per
tahun dari PT Menjulang Tinggi. Pembayaran fee tersebut dibayarkan pada tanggal
11 Februari 2013.
Salah satu penyewa di Sohigh Building adalah PT Radio Keren. PT Radio Keren
membayar biaya sewa sebesar Rp200.000.000 dan service charge untuk 1 tahun
sebesar Rp15.000.000,00. PT Bersih Rapi membantu penagihan biaya sewa dan
service charge (penyediaan jasa keamanan, kebersihan dan perawatan) kepada
para penyewa berdasarkan tagihan yang telah dibuat oleh PT Menjulang Tinggi
sebagai pemilik Sohigh Building. PT Radio Keren melakukan pembayaran atas
tagihan tersebut pada tanggal 28 Februari 2013.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Contoh Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik
Gedung Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan
Pemilik
Jawab:
a. Atas penghasilan yang diterima oleh PT Menjulang Tinggi dari
persewaan tanah dan/atau bangunan wajib dibayar PPh yang
bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan. PT Radio Keren sebagai penyewa wajib memotong
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah
dan/atau bangunan yang diterima oleh PT Menjulang Tinggi.
Meskipun pembayaran sewa dan service charge diserahkan
kepada PT Bersih Rapi namun karena PT Radio Keren menyewa
ruangan di Sohigh Building milik PT Menjulang Tinggi dan
penyediaan jasa keamanan, kebersihan dan perawatan tersebut
pada prinsipnya merupakan kewajiban PT Menjulang Tinggi
sebagai pemilik Sohigh Building untuk menyediakannya kepada
para penyewa termasuk PT Radio Keren, maka pembayaran sewa
dan service charge tersebut merupakan pembayaran yang
berkaitan dengan sewa tanah dan bangunan yang wajib dipotong
PPh Pasal 4 ayat (2) atas sewa tanah dan/atau bangunan yang
bersifat final sebesar 10% oleh PT Radio Keren.
Contoh Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik
Gedung Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan
Pemilik
PPh yang wajib dipotong oleh PT Radio Keren adalah:
10% x jumlah bruto nilai persewaan
= (Rp200.000.000,00 + Rp15.000.000,00) = Rp21.500.000
Contoh Service Charge yang Dibayarkan kepada Pemilik
Gedung Melalui Pengelola Gedung yang Bukan Merupakan
Pemilik

Kewajiban PT Radio Keren sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat


(2) adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp21.500.000,00 dan memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 4 ayat (2) kepada PT Menjulang Tinggi;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut
paling lambat tanggal 11 Maret 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi
tersebut dalam SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak
Februari 2013 paling lambat tanggal 20 Maret 2013.
Contoh Service Charge yang Dibayarkan kepada
Pemilik Gedung Melalui Pengelola Gedung yang
Bukan Merupakan Pemilik
b. Kegiatan pengelolaan Sohigh Building yang dilakukan oleh PT Bersih Rapi
kepada PT Menjulang Tinggi termasuk dalam pengertian jasa manajemen yang
atas imbalannya wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh pihak yang wajib
membayarkan.
Atas fee yang dibayarkan kepada PT Bersih Rapi wajib dipotong PPh Pasal 23
oleh PT Menjulang Tinggi. Besarnya PPh yang wajib dipotong adalah:
2% x Rp800.000.000,00 = Rp16.000.000.
Kewajiban PT Menjulang Tinggi sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp16.000.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Bersih Rapi;
2. melakukan penyetoran atas PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 11
Maret 2013;
3. melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 23 Masa Pajak Februari 2013 paling lambat tanggal 20 Maret 2013.
Contoh Sewa Tanah dan/atau
Bangunan yang Disewakan Kembali
Ravi Murdono menyewa rumah milik Haji Syaifulloh Hidayatulloh selama 5 tahun
dari tahun Desember 2010 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp200.000.000
yang dibayar pada awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Haji Syaifulloh
Hidayatulloh telah membayar Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final
atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan sebesar Rp20.000.000.
Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Ravi Murdono dapat menyewakan
kembali rumah yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun
tanggungjawabnya tetap berada di Ravi Murdono.
Pada bulan Juli 2013 Ravi Murdono, tanpa membatalkan sewa dengan Haji
Syaifulloh Hidayatulloh, menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya
Kinan Pali yang berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2015
sebesarRp80.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2013.
Bagaimanakah kewajiban Pajak Penghasilan terkait transaksi sewa antara Ravi
Murdono dan Kinan Pali tersebut?
Contoh Sewa Tanah dan/atau
Bangunan yang Disewakan Kembali
Jawab:
Meskipun rumah yang disewakan Ravi Murdono kepada Kinan Pali adalah rumah yang disewa dari
Haji Syaifulloh Hidayatulloh, namun atas transaksi tersebut tetap termasuk dalam kriteria sewa atas
tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final.
Dengan demikian atas penghasilan yang diterima oleh Ravi Murdono dari Kinan Pali tersebut harus
dibayar Pajak Penghasilannya.
Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Ravi Murdono wajib menyetorkan
sendiri Pajak Penghasilan yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar.
Besarnya Pajak Penghasilan yang Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah:
10% x Rp80.000.000,00 = Rp8.000.000
Kewajiban Ravi Murdono atas transaksi tersebut adalah:
1. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp8.000.000,00 paling
lambat tanggal 15 Agustus 2013;
2. melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT
Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus
2013.
Contoh Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
dengan bentuk Bagi Hasil
PT Mekar Indah, yang mempunyai bidang usaha perdagangan, membuat
perjanjian penggunaan satu lantai di pusat perbelanjaan yang ada di
Jakarta milik PT Bangun Pribadi. Dalam perjanjian penggunaan tempat
berjualan tersebut disepakati PT Mekar Indah akan membayar biaya
penggunaan dengan cara bagi hasil dengan PT Bangun Pribadi dengan
dasar persentase tertentu dari omset perbulannya, yaitu sebesar 15% dari
omset perbulannya. Pada bulan September 2013 PT Mekar Indah
mempunyai omset sebesar Rp.500.000.000. Pembayaran bagi hasil
tersebut dibayar oleh PT Mekar Indah setiap minggu pertama bulan
berikutnya dan untuk pembayaran bulan September dilakukan pada
tanggal 3 Oktober 2013.
Bagaimanakah kewajiban pemotongan dan/atau pemungutan Pajak
Penghasilan terkait transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT
Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut?
Contoh Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
dengan bentuk Bagi Hasil
Jawab:
Transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun Pribadi tersebut
termasuk dalam kriteria persewaan tanah dan/atau bangunan yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal
4 ayat (2) yang bersifat final. Dasar pengenaan Pajak Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau
bangunan adalah jumlah bruto nilai persewaan yaitu semua jumlah yang dibayarkan atau terutang
oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang berkaitan dengan tanah dan/atau
bangunan yang disewa termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya
fasilitas lainnya dan service charge baik yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang
disatukan. Mengingat dasar pembayaran penggunaan tempat berjualan tersebut adalah persentase
tertentu nilai bagi hasil dari omset PT Mekar Indah, maka dasar pengenaan Pajak Penghasilan Pasal
4 ayat (2) yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan atas transaksi tersebut
adalah sebesar nilai bagi hasil tersebut.
Sehingga atas transaksi penggunaan tempat berjualan antara PT Mekar Indah dan PT Bangun
Pribadi di bulan September 2013 tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2)
yang bersifat final atas persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar:
10% x (15% x Rp500.000.000,00) = Rp7.500.000
Contoh Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
dengan bentuk Bagi Hasil
Kewajiban PT Mekar Indah atas transaksi tersebut adalah:
1. melakukan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas
penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar
Rp7.500.000 dan memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan
yang bersifat final atas penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan kepada PT Bangun Pribadi;
2. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp7.500.000 paling lambat tanggal 11 November 2013;
3. melaporkan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final atas
penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan tersebut dalam
SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2013
paling lambat tanggal 20 November 2013.
Objek, Subjek, & Tarif Transaksi pengalihan tanah
dan/atau bangunan Sesuai UU No 36 Tahun 2008

PP Nomor 51
PENGALIHAN HARTA
tgl 20 Juli 2008
TANAH/BANGUNAN SELAIN TNH/BGNAN
Seblm
PPh FINAL Pasal 4 (2) TDK DIPOT. PPh SAAT
2009 TERIMA TP AKHIR THN
Tdk Final OBJEK PPh

kecuali
2,5% 1%
WP LN
dipot PPh 26
Orang Badan Real Estat RS & RSS
Pribadi selain RS & Oleh Real 20% x 25% x Hg Jual
RSS Estat atau P3B
Seblm 2009
SETOR
NILAI TERTINGGI ANTARA HARGA JUAL DENGAN NJOP PBB SENDIRI
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)

NILAI PENGALIHAN HAK :


❑ Nilai berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dalam hal pengalihan hak
kepada Pemerintah
❑ Nilai menurut risalah lelang, dalam hal pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang
❑ Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa,
selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
❑ Nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan hak atas tanah
dan / atau bangunan dilakukan melalui jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa, selain pengalihan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
❑ Nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh berdasarkan harga pasar, dalam hal
pengalihan hak atas tanah dan / atau bangunan dilakukan melalui tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, hibah, waris atau cara lain yang disepakati antara para
pihak
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)
nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh,
dalam hal pengalihan tanah dan/atau bangunan
dilakukan melalui pengalihan yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa

JUMLAH BRUTO

nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh,


dalam hal pengalihantanah dan/atau bangunan
dilakukan melalui pengalihan yang
dipengaruhi hubungan istimewa
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BESERTA
PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)

PENGECUALIAN
▪ orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak yang
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya
kurang dari Rp60.00O.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang
dipech-pecah;
▪ orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan dengan cara
hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu dera.iat, badan keagamaan,
badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
▪ badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah
kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak yang bersangkutan
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DAN
PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA
(PP NOMOR 34 TAHUN 2016)

PENGECUALIAN
▪ pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan karena waris;
▪ badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan dalam rangka penggabungan, peleburan, atau
pemekaran usaha yang telah ditetapkan Menteri Keuangan untuk
menggunakan nilai buku
▪ orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta
berupa bangunan dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun
guna serah, bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik
negara berupa tanah dan/ atau bangunan; atau
▪ orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang
melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak
Orang Pribadi
Pada tanggal 12 Agustus 2013 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto
Residence Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan bangunan tersebut yang
tertera pada SPPT PBB Tahun 2013 adalah Rp1.500.000.000. Harga transaksi yang
disepakati adalah Rp1.700.000.000. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan
penandatanganan Akta Jual Beli pada tanggal 15 Agustus 2013 di hadapan PPAT
Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.
Bagaimana kewajiban PPh atas transaksi penjualan rumah tersebut?
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan yang Dilakukan Antara Dua Wajib Pajak
Orang Pribadi
Kewajiban Rahmat atas transaksi tersebut adalah:
1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar
Rp42.500.000 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013 sebelum ditandatanganinya Akta
Jual Beli;
2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September
2013.
Sebelum menandatangani Akta Jual Beli, Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn. selaku PPAT
wajib memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan oleh Rahmat dengan bukti fotokopi SSP yang telah
diteliti oleh KPP.
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan kepada Pemerintah guna Pelaksanaan
Pembangunan
Dinas Perhubungan dan Transportasi melakukan pembelian tanah di Bogor
untuk pembangunan kantor baru. Nilai tanah berdasarkan keputusan
pejabat pengadaan adalah Rp750.000.000,00. Budi Suharsono sebagai
pemilik tanah bersedia menjual dengan harga tersebut. Oktova sebagai
Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar sejumlah
Rp750.000.000,00 pada tanggal 13 Juni 2013 kepada Budi Suharsono atas
pembelian tanah tersebut.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas pembelian
tanah tersebut?
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
kepada Pemerintah guna Pelaksanaan Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang Memerlukan Persyaratan Khusus
Dalam rangka proyek pembangunan bandar udara, Kementerian Perhubungan akan
melakukan pembebasan tanah. Tanah milik Noorman merupakan salah satu tanah yang
terkena pembebasan tersebut. Nilai ganti rugi per meter persegi ditetapkan sebesar
Rp700.000.
Bagaimana perlakuan PPh atas pembebasan tanah tersebut?
Jawab:
Penghasilan dari pembebasan tanah oleh pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu untuk proyek-proyek:
jalan umum; saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya,
saluran irigasi; pelabuhan laut; bandar udara; fasilitas keselamatan umum seperti tanggul
penanggulangan bahaya banjir, lahar dan bencana lainnya; dan fasilitas Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia,
dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Penghasilan yang diterima oleh Noorman dari pembayaran ganti rugi tanah tersebut
dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan. Pengecualian dari kewajiban pembayaran
atau pemungutan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tersebut diberikan secara langsung tanpa Surat Keterangan Bebas.
Contoh Pengalihan BTS

PT Komsat Telekomunikasi melakukan penjualan salah satu menara telekomunikasi yang


dimilikinya di kota Padang kepada PT Hembusan Telekomunikasi seharga Rp.600.000.000.
Transaksi tersebut dibuatkan perjanjian jual beli oleh PPAT Rahmat Sjafri Garcia yang berkantor di
Jl. Pramuka No. 48 Padang yang oleh kedua belah pihak perjanjian tersebut ditandatangani pada
tanggal 16 September 2021. Atas transaksi tersebut dilakukan pembayaran oleh PT Hembusan
Telekomunikasi kepada PT Komsat Telekomunikasi pada tanggal 16 September 2021.
Menara telekomunikasi milik PT Komsat Telekomunikasi tersebut dibangun di atas tanah yang
disewa dari masyarakat dan bukan dibangun di atas tanah milik PT Komsat Telekomunikasi
dengan tujuan penghematan biaya pembelian lahan tanah.
Bagaimanakah kewajiban Pajak Penghasilan terkait transaksi tersebut?
Jawab:
Ketentuan peraturan yang berlaku menyatakan bahwa menara telekomunikasi termasuk dalam
definisi bangunan, oleh karena itu penjualan menara telekomunikasi merupakan penjualan
bangunan yang dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final atas pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan.
Contoh Pengalihan BTS
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang wajib dibayar adalah:
2,5% x Rp600.000.000,00 = Rp15.000.000
Kewajiban PT Komsat Telekomunikasi atas transaksi tersebut adalah:
1. melakukan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak sebesar Rp.15.000.000 paling lambat tanggal 16 September 2021 sebelum
PPAT menandatangani akta perjanjian jual beli;
2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi letak menara telekomunikasi tersebut berada;
3. melaporkan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT
Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak September 2021 paling lambat tanggal
21 Oktober 2021.
Sebelum menandatangani akta perjanjian jual beli tersebut Rahmat Sjafri Garcia selaku PPAT wajib
memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan oleh PT Komsat Telekomunikasi dengan bukti SSP yang telah diteliti oleh KPP .
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan Karena Warisan
Bambang Reksodipuro, meninggal pada tanggal 16 Juli 2013. Bambang Reksodipuro
meninggalkan seorang istri, Wenyi Rahayu dan 2 orang anak, Haryo Reksodipuro dan Bimo
Reksodipuro. Harta warisan yang ditinggalkan oleh Bambang Reksodipuro adalah 3 unit
rumah yang terletak di Jakarta, Bogor, dan Tangerang dengan nilai masing-masing
Rp600.000.000, Rp500.000.000, dan Rp300.000.000.
Pembagian harta warisan berdasarkan Surat Keterangan Waris adalah sebagai berikut:
- rumah yang terletak di Jakarta diberikan kepada Wenyi Rahayu;
- rumah yang terletak di Bogor diberikan kepada Haryo Reksodipuro;
- rumah yang terletak di Tangerang diberikan kepada Bimo Reksodipuro.
Para ahli waris sepakat atas harta warisan tersebut kesemuanya akan diberikan kepada
anak yang termuda, Bimo Reksodipuro. Akta Hibah ditandatangani tanggal 10 Oktober
2021 dihadapan PPAT Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn.
Bagaimana kewajiban PPh atas serangkaian peristiwa pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan tersebut?
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah
dan/atau
Bangunan Karena Warisan
Jawab:
Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan
dikecualikan dari kewajiban pembayaran PPh atas Penghasilan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan. Mekanisme pengecualiannya diberikan melalui
penerbitan Surat Keterangan Bebas yang diajukan ke KPP tempat Bambang
Reksodipuro terdaftar atau bertempat tinggal.
Setelah proses pewarisan selesai dan para ahli waris menerima haknya
masing-masing, maka pada saat rumah yang diterima oleh Wenyi Rahayu dan
Haryo Reksodipuro diberikan kepada Bimo Reksodipuro:
- pengalihan hak atas rumah yang terletak di Jakarta dari Wenyi Rahayu kepada
Bimo Reksodipuro merupakan hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat yang dikecualikan dari kewajiban
pembayaran PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, yang mekanisme pengecualiannya diberikan melalui penerbitan Surat
Keterangan Bebas.
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan Karena Warisan
Wenyi Rahayu sebagai pihak yang mengalihkan tanah
dan/atau bangunan harus mengajukan permohonan Surat
Keterangan Bebas ke KPP tempat Wenyi Rahayu terdaftar
dengan dilampiri Surat Pernyataan Hibah;
- pengalihan hak atas rumah yang terletak di Bogor dari
Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro merupakan
hibah yang tidak dikecualikan dari kewajiban pembayaran
PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, sehingga Haryo Reksodipuro sebagai
pihak yang mengalihkan wajib membayar PPh sebesar 2,5%
x Rp500.000.000 = Rp12.500.000.
Kewajiban Haryo Reksodipuro atas pengalihan hak atas
rumah yang terletak di Bogor kepada Bimo Reksodipuro
adalah:
1. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan
menggunakan SSP sebesar Rp12.500.000 paling lambat
tanggal 10 Oktober 2021 sebelum ditandatanganinya
Akta Hibah;
Contoh Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan Karena Warisan
2. mengajukan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya;
3. melaporkan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa
PPh Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Oktober 2021 paling lambat tanggal 20 November
2021.
Sebelum menandatangani Akta Hibah, Siti Sinten Bumi, S.H., M.Kn. selaku PPAT wajib
memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan tersebut dengan bukti:
1. SKB atas nama Wenyi Rahayu, untuk Akta Hibah dari Wenyi Rahayu kepada Bimo
Reksodipuro;
2. fotokopi SSE sebesar Rp12.500.000 atas nama Haryo Reksodipuro yang telah diteliti
oleh KPP, untuk Akta Hibah dari Haryo Reksodipuro kepada Bimo Reksodipuro.
PPh ATAS TRANSAKSI SAHAM
DAN SEKURITAS LAINNYA
Subjek pajak:
1. Orang pribadi
2. Badan
yang melakukan transaksi penjualan saham di BEI

Objek pajak:
1. Transaksi penjualan saham di BEI

Pemotong, penyetor, pelapor:


2. Bursa efek melalui perantara pedagang efek
3. Dibayarkan sendiri oleh emiten atas penjualan saham
pendiri
Objek, Subjek, & Tarif PPh Transaksi penjualan
saham
PENJUALAN SAHAM

PPh FINAL Pasal 4 (2) JIKA DIPOT. PPh

BURSA EFEK = 0,1% x Hg Jual TDK BURSA EFEK


Saham Pendiri Saham Bukan Pendiri
+ Tidak Dipotong PPh
namun akhir tahun
0,5% x nilai saham merupakan Phslan
a. nilai saham pada saat penutupan kecuali
bursa di akhir tahun 1996 atau pada
tanggal 30 Desember 1996,
WP LN dipot PPh 26
b. nilai saham perusahaan pada saat
penawaran umum perdana ("initial 20% x 25% X Hg Jual atau
public offering"), P3B
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
• Pendiri ➔ orang pribadi atau badan namanya tercatat dalam
Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum
dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum
Pernyataan Pendaftaran yang diajukan kepada Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam rangka penawaran
umum perdana ("initial public offering") menjadi efektif.
saham yang dimiliki oleh mereka yang
termasuk kategori "pendiri"

saham yang diperoleh pendiri yang berasal


Saham dari kapitalisasi agio yang
Pendiri dikeluarkan setelah penawaran umum
perdana ("initial public offering")

saham yang berasal dari pemecahan saham


pendiri.
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
MEKANISME IPO

Perusahaan Perusahaan Agen


Investor
(Emiten) Penjamin Efek Penjual

Contoh Perhitungan :
PT. Emprit Airways melepas saham pendirinya dalam IPO sebesar 10%, dengan nilai per
lembarnya setelah dianalisis oleh berbagai pihak sebesar Rp1.000 per lembar dan jumlah
sahamnya 100 juta lembar saham. Seluruh saham yang ditawarkan di pasar perdana,
berhasil dijual.
Saham PT Emprit Airways dimiliki oleh PT Anu, Tn. Banu, Tn. Canu, dan Ny. Danu,
masing-masing sebesar 25%.
Setelah IPO, saham PT Emprit Airways ditransaksikan di Bursa Efek.
Ny. Kamu adalah salah satu pembeli saham PT Emprit Airways saat IPO. Karena sedang
mengalami gangguan likuiditas, Ny. Kamu memutuskan untuk menjual sahamnya melalui
perantara perdagangan efek PT Nyaman Securities. Saham Ny Kamu sebanyak 100 lot dan
dijual dengan harga Rp1.100 per lembar.
Hitunglah besarnya Pajak yang terutang dan mekanisme penyetorannya!
Contoh Perhitungan Penjualan Saham Di Bursa
Efek
Atas saham pendiri
Jumlah saham yang dijual: 10% x 100juta = 10.000.000 lembar
Harga penjualan saham di pasar perdana = 10.000.000 x Rp1.000 = Rp10.000.000.000
Yang diterima oleh masing-masing pendiri adalah 25% x Rp10.000.000.000 = Rp2.500.000.000
PPh Pasal 4 (2) atas saham pendiri (masing-masing) = 0,5% x Rp2.500.000.000 = Rp12.500.000
Ditambah PPh Pasal 4 (2) = 0,1% x Rp2.500.000.000 = Rp2.500.000
PPh Pasal 4 (2) yang terutang disetor oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri

Atas Transaksi di Pasar Sekunder:


Jumlah saham yang dijual: 100 x 100 lembar = 10.000 lembar
Harga penjualan saham di pasar sekunder = 10.000 x Rp1.100 = Rp11.000.000
PPh Pasal 4 (2) = 0,1% x Rp11.000.000 = Rp11.000
PPh Pasal 4(2) dipungut oleh Perantara Pedagang Efek dan disetor a.n. Penyelenggara Bursa Efek
Tarif Dasar Pengenaan Pajak PPh Keterangan
0,1% Jumlah bruto nilai transaksi 0,1% × Nilai transaksi Semua jenis transaksi
saham
0,1% + 0,5% Jumlah bruto nilai transaksi (0,1% + 0,5%) × Nilai Transaksi penjualan
transaksi saham saham pendiri

Saham pendiri:
Saham yang dimiliki oleh pendiri dengan harga kurang dari 90% dari harga saham
yang beredar pada saat penawaran umum perdana

Contoh
Pada 10 Oktober 2016, saham-saham Davina dinyatakan sebagai berikut.
1. Sebanyak 3 lot saham PT Perdana dengan harga Rp50.000 per lembar.
2. Sebanyak 2 lot saham PT Ananda (saham pendiri) dengan harga Rp25.000 per
lembar. PPh atas transaksi tersebut dihitung sebagai berikut.
Saham PT Perdana:
1. PPh = 0,1% × 3 × 500 lembar × Rp50.000 Rp 75.000
Saham PT Ananda:
2. PPh = (0,1% + 0,5%) × 2 × 500 lembar × Rp25.000 Rp125.000
PPh Rp200.000
PPh ATAS DIVIDEN YANG DITERIMA WP-OP
(tidak diinvestasikan di NKRI)

Subjek pajak:
1. Orang pribadi DN
yang menerima dividen

Objek pajak:
1. Dividen atas penyertaan saham pada perseroan

Pemotong, penyetor, pelapor:


2. Pembayar dividen

Jumlah
10% bruto PPh
dividen

Dividen tidak menjadi objek PPh jika diinvestikan di Indonesia


DIVIDEN DITERIMA ORANG PRIBADI
DALAM NEGERI

Dividen Investasi
Investasi Dividen
Saham Saham

Orang Pribadi Badan


Tidak termasuk objek pajak antara lain :
Investasikan di Ind? dividen yang berasal dari dalam negeri yang
Tidak Ya diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
a) orang pribadi dalam negeri sepanjang
Objek Pajak Bukan Objek Pajak
dividen tersebut diinvestasikan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam
jangka waktu tertentu; (UU HPP Pasal 4 ayat 3)
DIVIDEN DITERIMA ORANG PRIBADI

LUAR NEGERI

Investasi Dividen
Saham

OP dan Badan

Penerbitan skp Pasal 18

Diinvestasikan di Ind
Bagian yang diinvestasikan:
Bukan Objek Pajak
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP

Subjek pajak:
1. Orang pribadi anggota koperasi penerima bunga
simpanan di koperasi

Objek pajak:
2. Bunga simpanan yang diterima anggota
> Rp240.000 sebulan

Pemotong, penyetor, pelapor:


3. Koperasi pembayar bunga
Dasar
• 0% pengenaan • 10% × jumlah
• Jumlah bruto
bruto bunga
bunga
Tarif PPh

Untuk jumlah bunga


simpanan kurang
dari Rp240.000
sebulan dikenakan
tarif 0%
Contoh
Berikut adalah pajak yang dipotong Koperasi X untuk
anggota yang menerima bunga simpanan di Koperasi X
pada November 2016.

Nama Bunga Simpanan


PPh
Anggota yang Diterima
Hartawan Rp200.000 –
Maimuna Rp500.000 10% × Rp500.000 = Rp50.000
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP
Koperasi Argo Makmur membagikan bunga
simpanan koperasi kepada anggotanya setiap
bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota
koperasi yang memperoleh bunga simpanan,
antara lain Yayuk Nuraeni dan Koperasi Sumber Sedangkan Koperasi Sumber Rezeki
Rezeki (bukan merupakan koperasi simpan mendapatkan bunga simpanan
pinjam). Dari data yang ada, Yayuk Nuraeni sebagai berikut:
mendapatkan bunga simpanan sebagai berikut:
• Januari 2013 : Rp 350.000 • Januari 2013 : Rp1.000.000
• Februari 2013 : Rp 200.000 • Februari 2013 : Rp 600.000
• Maret 2013 : Rp 500.000 • Maret 2013 : Rp1.300.000
• April 2013 : Rp 240.000 • April 2013 : Rp 650.000
• Mei 2013 : Rp 250.000 • Mei 2013 : Rp 700.000
• Juni 2013 : Rp 300.000 • Juni 2013 : Rp 850.000
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh
atas bunga simpanan tersebut?
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG
DIBAYARKAN KOPERASI KEPADA ANGGOTA
WP-OP
Jawab:
Atas penghasilan yang diterima Yayuk Nuraeni dari pembagian bunga simpanan koperasi
tersebut wajib dipotong PPh yang bersifat final oleh Koperasi Argo Makmur.
Tarif PPh bunga simpanan koperasi yang dibayarkan kepada orang pribadi adalah sebagai berikut:
• 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000,00
(dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau
• 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan.
Sehingga penghitungan PPh atas bunga simpanan koperasi yang diperoleh Yayuk Nuraeni adalah
sebagai berikut:
• Januari 2013 : 10% x Rp350.000,00 = Rp35.000
• Februari 2013 : 0% x Rp200.000,00 = Rp 0
• Maret 2013 : 10% x Rp500.000,00 = Rp50.000
• April 2013 : 0% x Rp240.000,00 = Rp 0
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP
• Mei 2013 : 10% x Rp250.000,00 = Rp25.000
• Juni 2013 : 10% x Rp300.000,00 = Rp30.000
Sedangkan atas penghasilan yang diterima oleh Koperasi Sumber Rezeki dari pembagian bunga
simpanan koperasi tersebut tidak termasuk yang dikenai PPh yang bersifat final. Namun sesuai
dengan Pasal 23 ayat (4) UU PPh jo. PMK Nomor 251/PMK.03/2008 Koperasi Sumber Rezeki bukan
merupakan koperasi simpan pinjam, sehingga atas penghasilan bunga simpanan termasuk dalam
pengertian bunga yang wajib dipotong PPh Pasal 23 oleh Koperasi Argo Makmur sebesar 15%,
sehingga pemotongan PPh Pasal 23 setiap bulannya sebagai berikut:
• Januari 2013 : 15% x Rp1.000.000 = Rp150.000
• Februari 2013 : 15% x Rp 600.000 = Rp 90.000
• Maret 2013 : 15% x Rp1.300.000 = Rp195.000
• April 2013 : 15% x Rp 650.000 = Rp 97.500
• Mei 2013 : 15% x Rp 700.000 = Rp105.000
• Juni 2013 : 15% x Rp 850.000 = Rp127.500
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN KOPERASI
KEPADA ANGGOTA WP-OP
Kewajiban Koperasi Argo Makmur sebagai pemotong PPh atas
pembagian bunga simpanan adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 2. melakukan pemotongan PPh Pasal 23
ayat (2) atas bunga simpanan Yayuk atas bunga simpanan Koperasi
Nuraeni setiap bulan sebagai berikut: Sumber Rezeki setiap bulan:

• Januari 2013 sebesar Rp 35.000; • Januari 2013 sebesar Rp


150.000;
• Februari 2013 sebesar Rp 0;
• Februari 2013 sebesar Rp
• Maret 2013 sebesar Rp 50.000;
90.000;
• April 2013 sebesar Rp 0;
• Maret 2013 sebesar Rp195.000;
• Mei 2013 sebesar Rp 25.000;
• April 2013 sebesar Rp 97.500;
• Juni 2013 sebesar Rp 30.000.
• Mei 2013 sebesar Rp105.000;
• Juni 2013 sebesar Rp127.500.
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP
3. memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada
Yayuk Nuraeni dan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada
Koperasi Sumber Rezeki;

4. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 • dan melakukan penyetoran PPh


ayat (2) paling lambat tanggal: Pasal 23 yang telah dipotong
tersebut paling lambat tanggal:
✔ 11 Februari 2013 untuk masa ✔ 11 Februari 2013 untuk masa
Januari 2013; Januari 2013;
✔ 11 Maret 2013 untuk masa Februari ✔ 11 Maret 2013 untuk masa
Februari 2013;
2013;
✔ 10 April 2013 untuk masa Maret
✔ 10 April 2013 untuk masa Maret 2013;
2013; ✔ 10 Mei 2013 untuk masa April
2013;
✔ 10 Mei 2013 untuk masa April
2013; ✔ 10 Juni 2013 untuk masa Mei
2013;
✔ 10 Juni 2013 untuk masa Mei 2013; ✔ 10 Juli 2013 untuk masa Juni
2013.
✔ 10 Juli 2013 untuk masa Juni 2013.
PPh ATAS BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN
KOPERASI KEPADA ANGGOTA WP-OP
5. melaporkan pemotongan:
❖ PPh Pasal 4 ayat (2) dalam SPT ❖ PPh Pasal 23 dalam SPT Masa
Masa PPh Pasal 4 ayat (2) paling PPh Pasal 23 paling lambat
lambat tanggal: tanggal:
› 20 Februari 2013 untuk Masa › 20 Februari 2013 untuk Masa
Januari 2013; Januari 2013;
› 20 Maret 2013 untuk Masa › 20 Maret 2013 untuk Masa
Februari 2013; Februari 2013;
› 22 April 2013 untuk Masa Maret › 22April 2013 untuk Masa
2013; Maret 2013;
› 20 Mei 2013 untuk Masa April › 20 Mei 2013 untuk Masa April
2013; 2013;
› 20 Juni 2013untuk Masa Mei › 20 Juni 2013 untuk Masa Mei
2013; 2013;
› 22 Juli 2013 untuk Masa Juni › 22 Juli 2013 untuk Masa Juni
2013. 2013.
SELISIH LEBIH REVALUASI
AKTIVA TETAP
SELISIH LEBIH REVALUASI
AKTIVA TETAP
SELISIH LEBIH REVALUASI
AKTIVA TETAP
PPh FINAL UMKM 0,5%
1. Diperuntukkan bagi WP dengan peredaran tertentu, yaitu
WP OP dan badan dengan peredaran bruto usaha tidak lebih
dari Rp4,8 miliar per bulan, kecuali WP OP yang melakukan
pekerjaan bebas (akuntan, arsitek, aktuaris, notaris, dokter,
bintang film, olah ragawan, peneliti, dan lain-lain)
2. Penghitungan dan penyetoran PPh dilakukan secara bulanan
dan mulai dikenakan PPh Final 0,5% setelah omzet melebihi
Rp 500 juta. Misal Pak Yusuf, pengusaha UMKM beromzet
2,5 milyar / tahun. Periode Januari – Maret, omzet belum
mencapai Rp 500 juta sehingga belum dikenakan PPh Final
0,5%. Pada bulan April 2022, total omzet Jan –April mencapai
Rp 550 juta, maka Pak Yusuf dikenakan PPh Final UMKM
0,5% x Rp 50 juta = Rp 250 ribu. Bulan Mei, dst Pak Yusuf
dikenakan PPh final 0,5% karena total omzet sejak Januari
sudah melebihi Rp 500 juta.
PPh FINAL UMKM 0,5%
3. Jika PPh Final UMKM dipotong oleh pihak ketiga sebagai
pemotong pajak, untuk batas pembayaran akan jatuh pada
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Sedangkan itu, jika PPh Final UMKM setorannya dilakukan
sendiri, penyetoran setiap tanggal 15 bulan berikutnya
4. Pelaporan dalam SPT Tahunan PPh:
• WP OP 🡪 Formulir 1770 – III, No. 16. Penghasilan lain yang
dikenakan PPh Final/bersifat final
• WP badan 🡪 Formulir 1771 – IV Bagian A, No. 14 dengan
menuliskan “Penghasilan usaha bagi Wajib Pajak memiliki
peredaran bruto tertentu”
Kumulatif
Peredaran Bruto
Bulan (2016) Peredaran Bruto PPh Sebulan (Rp)
(RP)
(Rp)
Januari 400.000.000 400.000.000 4.000.000
Februari 410.000.000 810.000.000 4.100.000
Maret 430.000.000 1.240.000.000 4.300.000
April 425.000.000 1.665.000.000 4.250.000
Mei 430.000.000 2.095.000.000 4.300.000
Juni 435.000.000 2.530.000.000 4.350.000
Juli 450.000.000 2.980.000.000 4.500.000
Agustus 465.000.000 3.445.000.000 4.650.000
September 460.000.000 3.905.000.000 4.600.000
Oktober 475.000.000 4.380.000.000 4.750.000
November 460.000.000 4.840.000.000 4.600.000
Desember 465.000.000 5.305.000.000 4.650.000
Peredaran bruto kumulatif bulan November telah mencapai lebih dari Rp4,8
miliar, maka pada 2019 Wajib Pajak tersebut wajib menghitung PPh dengan
menyelenggarakan Pembukuan.
PPh Pasal 15 (UU HPP)
Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu
yang tidak dapat dihitung berdasarkan Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan tidak final –
biaya fiskal – kompensasi kerugian – PTKP bagi WP OP).
Penjelasan Pasal 15
Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak
tertentu, antara lain perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional, perusahaan
asuransi luar negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, perusahaan
dagang asing, perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build,
operate, and transfer).
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis, atau sesuai
dengan kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan
diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung
besarnya penghasilan neto dari Wajib Pajak tertentu tersebut.
Merupakan PPh yang dihitung dengan norma penghitungan
khusus untuk wajib pajak tertentu, dimana pajaknya dihitung
dengan tarif efektif tertentu dari penghasilan bruto
Tujuan :
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi golongan Wajib Pajak tertentu tersebut
Penerbangan Dalam
Negeri

Kantor Perwakilan
Pelayaran/Penerbangan Dagang Asing di
Luar Negeri Indonesia

Pelayaran dalam negeri


PPh Kegiatan usaha jasa
maklon internasional di
Pasal bidang produksi mainan
anak-anak
15
PPh terhadap WP Perusahaan
Pelayaran DN
PENGERTIAN WP PELAYARAN DALAM NEGERI
orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau badan yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia (SPDN) yang melakukan usaha pelayaran dengan
kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan
kapal pihak lain

WP perusahaan pelayaran dalam negeri dikenakan PPh atas seluruh


penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi Penghasilan yang
diterima atau diperoleh WP dari pengangkutan orang dan/atau barang
termasuk penyewaan kapal dari:
✔ Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di Indonesia,
✔ Pelabuhan di Indonesia ke luar pelabuhan Indonesia,
✔ Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia,
✔ pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lain di luar Indonesia
Penghasilan Bruto

⦿ Perusahaan Pelayaran/Penerbangan Luar Negeri :


Semua nilai penggantian dari pengangkutan orang dan atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri.
⦿ Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri :
Seluruh penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri berdasarkan
perjanjian charter.
Pemotongan PPh Pasal 15

PEMOTONGAN PAJAK ATAS PEMBAYARAN KPD


PERUSAHAAN PELAYARAN DAN PENERBANGAN

Atas Pengangkutan Orang/


PELAYARAN Barang dengan cara Charter
PPh Final = 1,2% dari Ph Bruto
DLM NEGERI

Atas Pengangkutan Orang/


PENERBANGAN Barang dengan cara Charter
DLM NEGERI
PPh Tdk Final = 1,8% dari Ph Bruto

Atas Pengangkutan Orang/


PELAYARAN DAN
PENERBANGAN LUAR Barang dengan cara Charter
NEGERI YG PUNYA BUT PPh Final = 2,64% dari Ph Bruto
PPh terhadap WP Perusahaan
Pelayaran DN
TARIF (BERSIFAT FINAL)
PPh terutang = 30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 4% x Peredaran Bruto
PPh Terutang = 30% x 4% x Peredaran bruto = 1,2% x Peredaran Bruto

(Pasal 2 KMK-416/KMK.04/1996)
peredaran bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang
atau nilai uang yang diterima atau diperoleh WP perusahaan pelayaran
dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari
satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan
di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
TARIF PELAYARAN / PENERBANGAN LUAR NEGERI

Norma Penghasilan Neto = 6%


Tarif PPh (maksimal) = 30%
Jumlah PPh Pasal 15 :
(6% X 30% ) = 1,8%
Laba setelah PPh Pasal 15 :
(6% - 1,8%) = 4,2%
Tarif PPh Pasal 26(4) = 20%
Jumlah PPh pasal 26(4):
maksimal
( 4,2% X 20% ) = 0,84%
Tarif efektif :
( 1,8% + 0,84%) = 2,64%
FINAL
Tarif dan objek PPh
pasal 15

Kegiatan usaha jasa


Pelayaran Penerbangan dalam maklon internasional di
Negeri
dalam Negeri bidang produksi
mainan anak-anak
• 1,8 % x Peredaran • 1,75% X jumlah seluruh
• 1,2% x Bruto biaya pembuatan atau
Peredaran • Pasal 2 ayat perakitan barang tidak
Bruto (2) KMK Nomor termasuk biaya
475/KMK.04/1996 • pemakaian bahan baku
• Pasal 2 KMK-
416/KMK.04/1996 • TIDAK FINAL KMK
543/KMK.03/2002 pasal

• FINAL 3)
FINAL
LN

Pelabuhan Pelabuhan

DN √ √

Pelabuhan √ Pelabuhan
LN

Pelabuhan Pelabuhan

DN √ √

Pelabuhan √ Pelabuhan
LN

Pelabuhan Pelabuhan

DN √ √

Pelabuhan √ Pelabuhan
PT. Bekasi Raya mencarter pesawat US Airlines
(maskapai internasional) untuk mengangkut
barang – barang hasil produksinya ke Amerika,
ongkos yang harus dibayar PT. Bekasi Raya
sebesar Rp 150 juta.
PPh Pasal 15 :
2,64 % x Rp150jt = Rp3.960.000,-

Soal 1
PT. Bekasi Raya juga mencarter pesawat dari
Emprit Airlines (maskapai dalam negeri) untuk
mengangkut barang – barang ke daerah –
daerah lain di Indonesia, dengan ongkos carter
Rp 100 juta
PPh Pasal 15 :
1,8% x Rp100jt = Rp1.800.000,-

Soal 2
Untuk menghemat biaya tinggi PT. Bekasi Raya
mencarter kapal dari Gabus Lines (maskapai
pelayaran nasional), dengan ongkos carter yang
harus dibayar sebesar Rp 50 juta
PPh Pasal 15 :
1,2% x Rp50.000.000,- = Rp600.000,-

Soal 3
⦿ Penghasilan neto sebesar 1% (satu persen) dari nilai ekspor
bruto.
⦿ Pelunasan Pajak Penghasilan adalah sebesar 0,44% (empat puluh
empat per seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
⦿ nilai ekspor bruto adalah semua nilai pengganti atau imbalan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang
mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia dari
penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
KPD “Sharaps” adalah kantor perwakilan dagang
WPLN di Indonesia. Pada bulan Maret 2008, nilai
ekspor brutonya adalah sebesar Rp. 5 milyar.
Berapa PPh pasal 15 terutang dan bagaimana
mekanisme administrasinya?
PPh Pasal 15 : 0,44% x Rp5M = Rp22.000.000,-

Soal 4
PPh terhadap WP Perusahaan
Pelayaran DN
SAAT TERUTANG DAN SAAT PEMOTONGAN
Atas penghasilan yang diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan atau
charter dengan pemotong pajak, PPh pasal 15 terutang dan wajib dipotong
pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti.

Dalam hal penghasilan diperoleh selain berdasarkan perjanjian persewaan atau


charter dengan pemotong pajak, PPh pasal 15 terutang pada saat diterima atau
diperolehnya penghasilan.
Contoh Penghasilan atas Jasa Pelayaran dan
Sewa Kapal Floating Storage Offloading (FSO)
PT Suka Berlayar merupakan perusahaan pelayaran dalam negeri yang melakukan usaha jasa pelayaran
termasuk penyewaan kapal. Pada tanggal 7 Oktober 2013 PT Suka Berlayar melakukan kontrak dengan PT Jaya
Pulp dalam rangka pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari Surabaya ke
Jakarta sebesar Rp200.000.000 dan dibayarkan pada tanggal 28 Oktober 2013. Pada tanggal 16 Oktober 2013
PT Suka Berlayar melakukan kontrak dengan PT Daeng Oil berupa persewaan kapal yang difungsikan sebagai
kapal untuk penyimpanan minyak dalam jangka waktu tertentu dan bersandar di rig, dengan nilai sewa
sebesar Rp2.500.000.000 dibayar pada tanggal 17 Oktober 2013. Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di
atas?

Jawab:

Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan
penyewaan kapal yang dilakukan dari:

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;

• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan

• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.


Contoh Penghasilan atas Jasa Pelayaran
dan Sewa Kapal Floating Storage
Offloading (FSO)
Dengan demikian atas penghasilan PT Suka Berlayar dari PT Jaya Pulp yaitu untuk
jasa pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari
Surabaya ke Jakarta terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua persen) dari
peredaran bruto dan bersifat final, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh PT
Jaya Pulp, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
1,2% x Rp200.000.000,00 = Rp2.400.000.
Sedangkan atas penghasilan PT Suka Berlayar dari PT Daeng Oil dari penyewaan
kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak dalam jangka
waktu tertentu yakni satu tahun dan bersandar di rig (termasuk kategori kapal
FSO) tidak termasuk dalam pengertian penghasilan dari penyewaan kapal yang
dilakukan dari satu pelabuhan ke pelabuhan yang lain. Dengan demikian atas
penghasilan tersebut termasuk dalam pengertian sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23
sebesar 2% dan dipotong oleh PT Daeng Oil dengan penghitungan sebagai berikut:
2% x Rp2.500.000.000,00 = Rp50.000.000,00.
Contoh Penghasilan atas Jasa Pelayaran
dan Sewa Kapal Floating Storage
Offloading (FSO)
Kewajiban PT Jaya Pulp sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa pelayaran untuk pengangkutan
pulp tersebut sebesar Rp2.400.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT
Suka Berlayar;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Nopember 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Oktober 2013 paling lama tanggal 20
Nopember 2013.
Kewajiban PT Daeng Oil sebagai pemotong PPh Pasal 23 adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas penyewaan kapal FSO tersebut sebesar
Rp50.000.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Suka Berlayar;
2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang dipotong menggunakan SSP ke kas Negara melalui Kantor Pos
atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Nopember 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Oktober 2013 paling lama tanggal 20
Nopember 2013.
Contoh Penghasilan atas Sewa Kapal yang Dilakukan oleh
Perusahaan Pelayaran Kepada Perusahaan Pelayaran Lain

PT Warna Warni Maritime adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran dalam negeri dengan bendera
Indonesia yang malayani rute Pelabuhan Merak – Pelabuhan Bakauheni. Pada bulan Juli 2013 kapal milik PT
Warna Warni Maritime banyak yang sedang diperbaiki (naik dok) maka untuk menunjang kelancaran
pelayanan terhadap penumpang PT Warna Warni Maritime menyewa kapal selama 2 bulan dari PT Lautan
Indah Maritime yang akan digunakan untuk mengisi kekosongan jadwal akibat perbaikan kapal-kapal milik PT
Warna Warni Maritime. Harga sewa yang disepakati adalah Rp300.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 10 Juli
2013.

Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?

Jawab:

Penghasilan yang menjadi objek pengenaan PPh perusahaan pelayaran dalam negeri meliputi penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan
penyewaan kapal yang dilakukan dari:

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainya di Indonesia;

• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;

• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan

• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.


Penghasilan atas Sewa Kapal yang Dilakukan oleh
Perusahaan Pelayaran Kepada Perusahaan Pelayaran Lain

Dengan demikian atas penghasilan yang diperoleh PT Lautan Indah Maritime dari PT Warna
Warni Maritime dari penyewaan kapal untuk pengangkutan orang dan/atau barang dari
pelabuhan Merak ke pelabuhan Bakauheni terutang PPh sebesar 1,2% (satu koma dua
persen) dari peredaran bruto dan bersifat final, PPh yang terutang tersebut dipotong oleh
PT Warna Warni Maritime, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
1,2% X Rp300.000.000,00 = Rp3.600.000,00.
Kewajiban PT Warna Warni Maritime sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa penyewaan kapal tersebut
sebesar Rp3.600.000,00 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT
Lautan Indah Maritime;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau
bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20
Agustus 2013.
Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran
Luar Negeri yang Memiliki BUT di
Indonesia
PT Kayu Alami adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mebel.
Dalam rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Italia sejak tahun
2010 PT Kayu Alami membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar
Rp400.000.000,00 per sekali angkut dengan perusahaan pelayaran luar negeri
yaitu Dewys Lines Ltd .yang berdomisili di Swiss yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Domisili (SKD). Pada bulan Juli 2013dilakukan 1 (satu) kali
pengangkutan dan telah dibayar pada tanggal 25 Juli 2013. Dewys Lines Ltd. sendiri
memiliki Bentuk Usaha Tetap di Indonesia yaitu BUT Dewys Lines (BUT DL).
Bagaimana kewajiban PPh Pasal 15 dari penghasilan yang diperoleh BUT Dewys
Lines tersebut?
Jawab:
Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Alami beroperasi dalam lalu
lintas internasional (international traffic) sebagaimana dimaksud dalam P3B
Indonesia-Swiss, sehingga atas penghasilan dari persewaan kapal tersebut dapat
dikenai pajak di Indonesia namun tidak melebihi 50 persen dari pajak yang
dikenakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan PPh .
Jasa Pelayaran oleh Perusahaan Pelayaran
Luar Negeri yang Memiliki BUT di
Indonesia
Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap di Indonesia maka atas
penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas internasional tersebut
dipotong PPh yang bersifat final sebesar 50% x 2,64% dari peredaran bruto, yang dipotong oleh PT
Kayu Alami sebagai pihak yang mencarter.
Adapun penghitungan PPh-nya adalah sebagai berikut:
50% x 2,64% x Rp400.000.000,00 = Rp5.280.000.
Kewajiban PT Kayu Alami sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas penghasilan dari BUT Dewys Lines
adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa penyewaan kapal untuk
pengangkutan alat-alat mebel tersebut sebesar Rp5.280.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan tersebut kepada BUT Dewys Lines;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 12 Agustus 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Juli 2013 paling lama tanggal 20 Agustus
2013.
Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

PT Bumi Nusantara menyewa pesawat dari PT Vidi Airlines yang merupakan perusahaan
penerbangan dalam negeri, yang akan digunakan dalam penerbangan Jakarta-Papua.
Dalam perjanjian sewa/carter tersebut, telah disepakati harga dan cara pembayaran. Pada
tanggal 5 Maret 2013 PT Bumi Nusantara telah membayar biaya carter sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Atas penghasilan yang diperoleh PT Vidi Airlines yaitu carter pesawat yang akan digunakan
untuk penerbangan Jakarta-Papua merupakan penghasilan berdasarkan perjanjian carter
terutang PPh sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari peredaran bruto dan dipotong
oleh PT Bumi Nusantara.
Perhitungan PPh-nya menjadi sebagai berikut:
1,8% x Rp500.000.000,00 = Rp9.000.000
Jasa Penerbangan oleh Perusahaan Penerbangan Dalam
Negeri
Carter Pesawat oleh Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

PPh yang dipotong oleh PT Bumi Nusantara merupakan kredit pajak bagi
PT Vidi Airlines yang dapat dikreditkan terhadap PPh yang terhutang dalam
SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak yang bersangkutan.
Kewajiban PT Bumi Nusantara sebagai pemotong PPh Pasal 15 atas sewa
pesawat tersebut adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas pembayaran jasa
penyewaan pesawat sebesar Rp9.000.000,00 dan memberikan bukti
pemotongan kepada PT Vidi Airlines;
2. menyetorkan PPh Pasal 15 yang telah dipotong ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama
tanggal 10 April 2013.
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Maret 2013 paling
lama tanggal 22 April 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada BUT
PT Cellia Boat Indonesia adalah perusahaan angkutan laut domestik, yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) dengan
perusahaan Singapura yang telah memiliki bentuk usaha tetap di Indonesia yang beroperasi
di perairan domestik untuk mendukung eksplorasi minyak di Laut Jawa yang dimiliki oleh
salah satu perusahaan minyak yakni BUT Charlie Flare Ltd. Adapun wilayah kerja kapal
tersebut mencakup Pulau Widuri, Pulau Pabelokan yang terletak di Laut Jawa. Harga sewa
yang disepakati adalah Rp250.000.000,00 yang dibayarkan pada tanggal 9 September
2013.
Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?
Jawab:
Kapal yang disewa oleh BUT Charlie Flare Ltd. sewa beroperasi semata-mata dalam wilayah
Indonesia sehingga tidak tercakup dalam pengertian lalu lintas internasional (international
traffic) yang diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Republik
Indonesia dengan Republik Singapura, maka atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa
awak (bareboat charter) termasuk penghasilan atas sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada BUT
dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas sewa dalam hal
perjanjian/charter tersebut mensyaratkan bahwa kapal tersebut hanya dapat digunakan
oleh Penyewa selama jangka waktu yang telah disepakati, PPh yang terutang tersebut
dipotong oleh BUT Charlie Flare Ltd., sehingga perhitungannya sebagai berikut:
2% X Rp250.000.000,00 = Rp5.000.000.
Kewajiban BUT Charlie Flare Ltd. adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp5.000.000 dan memberikan bukti
pemotongan tersebut kepada PT Cellia Boat Indonesia;
2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor Pos atau
bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Oktober 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa September 2013 paling lama tanggal 21
Oktober 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal Tanpa Awak
Kepada Selain BUT
PT Bahtera Indah Nusantara adalah perusahaan pelayaran dalam negeri yang mengadakan
perjanjian sewa kapal tanpa awak (bareboat charter) sebesar Rp600.000.000,00 dengan
perusahaan pelayaran luar negeri yaitu Ocean Link Ship Pte. Ltd. Yang berdomisili di
Singapura yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Domisili (SKD). Pada tanggal 27 Mei
2013 PT Bahtera Indah Nusantara telah membayar biaya sewa kepada Ocean Link Ship Pte.
Ltd.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara Indonesia dengan
Singapura, atas penghasilan dari persewaan kapal tanpa awak (bareboat charter) tersebut
termasuk dalam pengertian royalty sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto, PPh
yang terutang dipotong PT Bahtera Indah Nusantara, sehingga perhitungannya sebagai
berikut:
Penghasilan atas Sewa Kapal
Tanpa Awak Kepada Selain BUT
15% x Rp600.000.000 = Rp90.000.000.
Kewajiban PT Bahtera Indah Nusantara adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas royalty sebesar
Rp90.000.000 dan memberikan bukti pemotongan tersebut
kepada Ocean Link Ship Pte. Ltd.;
2. menyetorkan PPh Pasal 26 yang telah dipotong ke kas
Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk Menteri
Keuangan paling lama tanggal 10 Juni 2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 26 Masa Mei 2013
paling lama tanggal 20 Juni 2013.
Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar
Dianjungan Lepas
Pantai (drilling rig)
PT Global Sea Transport adalah perusahaan pelayaran dalam negeri dengan SIUPAL nomor
BXXX-120/AL.57 tanggal 25 Januari 2002 yang melakukan usaha jasa pelayaran termasuk jasa
penyewaan kapal. PT Global Sea Transport melakukan kontrak persewaan kapal dengan PT Tanjung
Scorpa Tanker berupa persewaan kapal penyimpanan minyak mentah sementara yang bersandar
dianjungan lepas pantai (drilling rig) untuk menyimpan batubara sesuai jangka waktu dalam
kontrak. Harga sewa yang disepakati 150.000.000,00 yang dibayarkan tanggal 14 Februari 2013.
Bagaimana perlakuan PPh atas transaksi di atas?
Jawab:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Global Sea Transport dari PT Tanjung Scorpa Tanker
dari penyewaan kapal yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak mentah dalam
jangka waktu tertentu dan bersandar di rig tidak termasuk sebagai penghasilan dari penyewaan
kapal yang dilakukan dari:
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainya di Indonesia;
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
Penghasilan atas Sewa Kapal yang Bersandar
Dianjungan Lepas
Pantai (drilling rig)
Dengan demikian atas penghasilan tersebut termasuk sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23
dengan tarif sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto, PPh yang terutang
dipotong PT Tanjung Scorpa Tanker, sehingga perhitungannya sebagai berikut:
2% X Rp150.000.000,00 = Rp3.000.000,00.
Kewajiban PT Tanjung Scorpa Tanker adalah:
1. melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta sebesar Rp3.000.000,00 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada PT Global Sea Transport;
2. menyetorkan PPh Pasal 23 yang telah dipotong ke kas Negara melalui Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 11 Maret
2013;
3. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Februari 2013 paling lama tanggal
20 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai