Anda di halaman 1dari 19

2

MODUL PERKULIAHAN

Kode – P322130002

Perencanaan Pajak
Sub CPMK-4
Memahami perencanaan PPh Psl 4 ayat (2)
dan beban Sewa dan Jasa Konstruksi

Abstrak Indikator

Mampu memahami Perencanaan Mahasiswa mampu dan memahami menghitung


perencanaan PPh 4 ayat (2) dan beban perencanaan PPh 4 ayat (2) dan beban sewa serta
sewa serta beban jasa konstruksi . beban jasa konstruksi.
Pendahuluan

Pajak merupakan iuran / pungutan biaya yang harus dibayarkan oleh wajib pajak (orang
pribadi) atau (badan) yang memperoleh penghasilan di Indonesia yang mana pajak nya telah di
tentukan sesuai undang – undang yang berlaku di indonesia. Pajak penghasilan meruapakan suatu
pajak yang dibebankan atas perolehan penghasilan oleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar negeri. Pajak penghasilan yang akan dibahas dalam modul ini adalah PPh
Pasal 4 Ayat (2) atau sering kita sebut Pajak Final (PPh Final).
Pada PPh Pasal 4 Ayat (2) akan membahas tentang perhitungan tarif pajak dengan objek
yang berbeda – beda. Salah satunya adalah sewa dan jasa konstruksi. Jasa konstruksi ini
memperhatikan tata tertib pembangunan serta kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu bagi
pelaku usaha dan oengguna jasa konstruksi harus memperhatikan tanggung jawab masing – masing
dan juga dokumen legalitas penyedia. Selain itu, selaku usaha harus mengetahui kewajiban apa saja
yang harus dilaksanakan dalam usaha jasa konstruksi ini agar memiliki legalitas yang sesuai
undang–undang perpajakan.

Pembahasan Materi
Objek PPh 4 Ayat (2) UU PPH
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) atau disebut juga PPh final
adalah pajak yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi atas
beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final.
Penghasilan terdiri dari penghasilan sebagai objek pajak dan penghasilan yang
bukan objek pajak. Ada dua cara yang digunakan untuk pengenaan PPh atas penghasilan
yang sebagai objek pajak. Yang pertama, PPh secara umum dikenakan dengan memakai
tarif umum (tarif Pasal 17) dan pengenaannya tersebut dimasukkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan (SPT). Sementara yang kedua adalah dikenakan PPh yang bersifat
final.
Pengenaan PPh yang bersifat final berarti penghasilan yang diterima ataupun
diperoleh akan dikenakan PPh dalam tarif tertentu. PPh yang dikenakan, baik itu yang

2021 TEORI AKUNTANSI


2 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dipotong pihak lain maupun yang sudah disetor sendiri, bukanlah pembayaran di muka atas
PPh terutang, melainkan sudah langsung melunasi PPh terutang untuk penghasilan itu.
Berdasarkan hal tersebut, penghasilan yang telah dikenakan PPh final tidak akan
dihitung PPh-nya pada SPT lagi untuk dikenakan tarif umum bersamaan dengan
penghasilan lainnya. Begitu pula, PPh yang telah dipotong ataupun dibayar tersebut juga
bukanlah kredit pajak pada SPT.
A. Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan pada jenis
tertentu dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:
- Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1
tahun masa pajak;
- Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan obligasi
negara, dan bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
masing-masing;
- Hadiah berupa lotere/undian;
- Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif perdagangan di
bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan
yang diterima oleh perusahaan modal usaha;
- Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau bangunan; dan
- Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan
Peraturan Pemerintah.

B. Tarif PPh 4 Ayat (2)


- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 0-20%
Tarif ini merupakan bunga dari kewajiban. Dalam PP No. 16 Tahun 2009,
dikenakan pada bunga dari kewajiban

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 0,1


Tarif pajak sebesar 0,1% ini dikenakan pada transaksi dari penjualan saham
atau pengalihan ibu kota mitra perusahaan yang telah diterima oleh modal usaha,
sebagaimana telah diatur di dalam PP No. 4 Tahun 1995.

- Tarif PPh Paasl 4 ayat 2 sebesar 0,5%

2021 TEORI AKUNTANSI


3 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tarif pajak ini untuk transaksi penjualan saham pendiri (0,5%) dan saham
bukan pendiri (non-founder) sebesar 0,1%. Ketentuan ini tercantum dalam PP No.
14 Tahun 1997 serta turunannya Keputusan Menteri Keuangan No.
282/KMK.04/1997, SE-15/PJ.42/1997 dan SE-06/PJ.4/1997
Tarif pajak ini juga dikenakan atas penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dengan omzet
tidak lebih dari Rp 4,8 Miliar dalam satu tahun. Ketentuan ini tercantum dalam PP
No.23 Tahun 2018.

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2-6%


Tarif pajak ini untuk jasa konstruksi. Penjelasan lebih lanjutnya bisa
ditemukan pada PP No. 51 Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40 Tahun 2009.

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2,5%


Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 2,5% ini untuk transaksi derivatif
berjangka panjang yang telah diperdagangkan di bursa sebagaimana telah diatur PP
No. 17 Tahun 2009.

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 5%


Tarif sebesar ini dikenakan pada pengalihan hak atas tanah atau bangunan
(dalam hal ini termasuk usaha real estate), seperti yang tercantum dalam PP No. 71
Tahun 2008

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%


Besar tarif PPh Pasal 4 ayat 2 ini dikenakan pada bunga simpanan yang
dibayarkan koperasi kepada para anggotanya masing-masing sebagaimana telah
diatur pada Pasal 17 Ayat 7 serta turunannya PP No. 15 Tahun 2009.
Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10% ini juga diperuntukkan pada dividen
yang diterima WP OP di dalam negeri seperti diatur dalam Pasal 17 Ayat 2C.
Tarif pajak 10% ini juga untuk sewa atas tanah atau bangunan. Hal ini
diatur dalam PP No. 29 Tahun 1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun 2002.

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 20%

2021 TEORI AKUNTANSI


4 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tarif ini untuk bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan diskon jasa giro sesuai PP No. 131 Tahun 2000 serta
turunannya Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.04/2001.

- Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 25%


Tarif ini diberlakukan pada hadiah, lotre atau undian seperti diatur dalam PP
No. 132 Tahun 2000.Sedangkan WP badan harus melampirkan pembayaran dan
pelaporan pajak finalnya pada SPT Tahunan Badan yang dilaporkan pada akhir
April setiap tahunnya.

C. Sanksi
Untuk sanksi atas keterlambatan pembayaran atau penyetoran PPh 4 ayat 2 yang
dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung
dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Hal ini diatur dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP).
Adapun untuk sanksi atas keterlambatan pelaporan SPT Masa PPh 4 ayat 2 ke
kantor pajak dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 100.000. Hal ini diatur didalam
pasal 7 ayat 1 UU KUP.

PPh 4 Ayat (2) UU PPh Sewa dan Jasa Konstruksi


A. PPh 4 Ayat 2 Sewa
Sewa adalah kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan kepada pihak lain atas
jasa pihak lain, yang telah meminjamkan aktiva untuk kepentingan perusahaan. Ada 2 jenis
pajak yang dikenakan atas sewa, yaitu PPh 4 ayat 2 dan PPh 23. Untuk jenis sewa yang
dikenakan PPh 4 ayat 2 adalah sewa tanah dan/ bangunan, selain sewa tersebut maka
dikenakan PPh 23.
Menurut PP Nomor 34 Tahun 2017, bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/ atau perairan. Jadi sewa yang
dikenakan PPh 4 Ayat 2 adalah sewa tanah dan/ atau bangunan berupa tanah, rumah,
rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung

2021 TEORI AKUNTANSI


5 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan
industri.
Besarnya PPh Final yang yang dipotong adalah 10% dari jumlah bruto nilai
persewaan, baik yang menyewakan wajib pajak orang pribadi maupun badan. Yang
memotong PPh Final atas sewa ini adalah penyewa. Namun jika penyewa adalah bukan
pemotong pajak, maka yang menyewakan membayar sendiri PPh Final atas sewa tersebut.
Untuk batas penyetoran adalah tanggal 10 (bagi pemotong pajak) dan tanggal 15 (bagi
wajib pajak pengusaha persewaan) dari bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

Contoh PPh 4 ayat 2 sewa :


Rafi Moreno menyewa rumah milik Damas Wibowo selama 5 tahun dari tahun
Desember 2011 sampai dengan Desember 2015 sebesar Rp350.000.000 yang dibayar pada
awal sewa. Atas pembayaran sewa tersebut Damas Wibowo telah membayar Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan
sebesar Rp35.000.000. Dalam perjanjian dimasukkan syarat bahwa Rafi Moreno dapat
menyewakan kembali rumah yang disewanya tersebut kepada orang lain meskipun
tanggungjawabnya tetap berada di Rafi Moreno.
Pada bulan Juli 2013 Rafi Moreno, tanpa membatalkan sewa dengan Damas
Wibowo, menyewakan rumah tersebut kepada adik kandungnya Kinan Pali yang
berprofesi sebagai pedagang kue sampai dengan Desember 2015 sebesar
Rp110.000.000,00 yang dibayar pada tanggal 3 Juli 2013. Bagaimanakah kewajiban PPh
Pasal 4 ayat 2 terkait transaksi sewa antara Rafi Moreno dan Kinan Pali?
Jawab:
Mengingat Kinan Pali bukan merupakan pemotong pajak, maka Rafi Moreno wajib
menyetorkan sendiri PPh yang terutang tersebut ke KPP tempat dia terdaftar. Besarnya
PPh Pasal 4 ayat 2 yang bersifat final yang wajib disetorkan adalah:
10% x Rp110.000.000 = Rp11.000.000

B. PPh 4 Ayat 2 Jasa Konstruksi


Jasa konstruksi adalah salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang berhubungan
dengan suatu perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu kegiatan konstruksi untuk
membentuk suatu bangunan atau bentuk fisik lain dimana pemanfaatan bangunan tersebut

2021 TEORI AKUNTANSI


6 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pengguna bangunan tersebut.
Karena dinilai sebagai salah satu pilihan usaha yang menjanjikan, banyak perusahaan yang
memilih bergerak di bidang usaha jasa konstruksi. Namun jika dilihat dari sisi perpajakan,
jasa kontruksi ini dapat dikenakan pajak final PPh Pasal 4 Ayat 2
1. Kategori PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas Jasa Konstruksi
- Jasa Perencanaan Konstruksi. Yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan (ahli profesional) di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu
membuat pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik.
- Jasa Pelaksana Konstruksi. Yang dimaksud dengan jasa pelaksana konstruksi
adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan (ahli profesional) di
bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan kegiatannya
untuk merealisasikan suatu hasil perencanaan menjadi bangunan atau bentuk
fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi yang terintegrasi.
- Jasa Pengawasan Konstruksi. Yaitu pemberian jasa oleh orang pribadi atau
badan (ahli profesional) di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu
melakukan aktivitas pengawasan sejak awal hingga selesai dari pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, termasuk di dalam kelompok jasa ini adalah jasa penilai.

2. Tarif Pajak Final Pasal 4 Ayat 2 atas Jasa Konstruksi


- Jasa Perencanaan Konstruksi
Dikenakan tarif sebesar 4% (empat persen) jika kontraktor mempunyai
sertifikat kualifikasi usaha (SBU) atau 6% (enam persen) jika kontraktor tidak
mempunyai sertifikat kualifikasi usaha.
- Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Dikenakan tarif sebesar 2% (dua persen), jika kontraktor mempunyai
sertifikasi kualifikasi usaha kecil (kelompok grade 1, grade 2, grade 3 dan grade
4). Sementara tarif sebesar 3% (tiga persen) dikenakan jika kontraktor
mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha menengah maupun besar (kelompok
grade 5, grade 6 maupun grade 7). Adapun tarif sebesar 4% (empat persen)
diperuntukkan jika kontraktor tidak mempunyai sertifikasi kualifikasi usaha.

- Jasa Pengawasan Konstruksi

2021 TEORI AKUNTANSI


7 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tarif sebesar 4% (empat persen) dikenakan jika kontraktor mempunyai
sertifikat kualifikasi usaha atau 6% (enam persen) jika kontraktor tidak
mempunyai sertifikat kualifikasi usaha.

3. Perbedaan Jasa Konstruksi PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 4 Ayat 2


Jasa konstruksi tidak hanya terdapat dalam PPh pasal 4 Ayat 2 namun juga
dalam pasal yang berbeda yaitu PPh Pasal 23.
Selain PPh Pasal 4 Ayat 2 bersifat final sementara PPh Pasal 23 bersifat
tidak final, dalam untaian kata Pasal 4 Ayat 2 juga disebutkan ‘usaha jasa
konstruksi’ sementara dalam Pasal 23 ayat 1 hanya menyebutkan kata ‘jasa
konstruksi’ tanpa ada kata ‘usaha’ seperti di Pasal 4 ayat 2.
Keberadaan sertifikasi kualifikasi usaha juga sering dijadikan penanda jelas
atas penetapan PPh Pasal 4 Ayat 2. Apabila tidak ada sertifikasi kualifikasi usaha
atau jasa konstruksi tersebut bahkan tidak memiliki izin resmi maka tidak
dikenakan PPh Final melainkan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 21. PPh Pasal 23
apabila jasa konstruksi berstatus Wajib Pajak Badan dan PPh Pasal 21 apabila jasa
konstruksi berstatus Wajib Pajak Orang Pribadi.

4. Mekanisme Pembayaran Pajak Final Pasal 4 Ayat 2 atas Jasa Konstruksi


Dalam mekanisme pembayaran atau penyetoran PPh Final Pasal 4 Ayat 2,
pembayaran melalui pemotongan oleh pengguna jasa atau penyetoran sendiri oleh
kontraktor. Bila pengguna jasa bertindak sebagai pemotong PPh maka ia juga ia
akan melakukan pelunasan PPh. Namun jika status pengguna jasa bukan sebagai
pemotong PPh, maka kontraktor yang wajib menyetorkan sendiri PPh yang
terutang.

5. Tanggal Pembayaran PPh Final Pasal 4 Ayat 2


Pembayaran PPh Final Pasal 4 Ayat 2 atas usaha jasa konstruksi dilakukan
paling lama pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah bulan terutangnya
PPh oleh pengguna jasa atau tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan
diterimanya pembayaran oleh pemberi jasa.

6. Tanggal Pelaporan PPh Final Pasal 4 Ayat 2

2021 TEORI AKUNTANSI


8 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Untuk SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2, batas waktu pelaporannya oleh
pengguna jasa dan penyedia jasa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah bulan
dilakukan pemotongan pajak atau penerimaan pembayaran.
7. Contoh PPh Pasal 4 Ayat 2 Jasa Konstruksi
Contoh 1
Bapak ONI akan membangun sebuah bangunan di kawasan Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan. Bapak Yoni menggunakan perusahaan jasa konstruksi yang masih
dikualifikasikan sebagai perusahaan kecil namun direkomendasikan oleh temannya.
Bapak Yoni melakukan konsultasi perencanaan, tata letak bangunan, ukuran
setiap ruangan, memilih bahan bangunan, hingga proses pengerjaaan. Perusahaan
konstruksi tersebut pun memberi Bapak ONI sebuah dokumen yang berisikan
rincian biaya, rincian biaya ini yang dikenal sebagai nilai kontrak.Nilai kontrak
sebesar 3 miliar rupiah tersebut disetujui kedua belah pihak di atas dengan tanda
tangan diatas materai dan akan dibayar setelah pengerjaan selesai.
Maka,
perhitungannya sebagai berikut:
Nilai Kontrak X Tarif PPh Jasa Konstruksi (Perusahaan Kecil)
3 Miliar Rupiah X 3 persen = 90.000.000
Maka, penyedia jasa menyetor sebesar 90 juta rupiah ke kantor pajak
sebagai Pajak Penghasilan Jasa Konstruksi. Setelah itu, Bapak ONI akan mendapat
bukti potong PPh final jasa konstruksi dari penyedia jasa yang didapat dari kantor
pajak. Bukti potong inilah yang akan dilaporkan sebagai SPT Pajak Bapak Bapak
ONI.

Contoh 2
Bendahara inspektorat provinsi melakukan pembangunan Gedung, PT AYA
sebagai pelaksana konstruksi dan konsultan perencanaannya adalah Bapak Awa.
Pada tanggal 31 oktober 2017 dilakukan pembayaran atas kontrak perencaan oleh
Bapak awa sebagai konsultan perencanaan sebesar Rp44.000.000,- (kontrak sudah
termasuk PPN)
Pada tanggal 4 November 2017 dilakukan pembayaran kepada PT AYA atas
progress pelaksanaan konstruksi sebesar Rp1.100.000.000,- (kontrak sudah
termasuk PPN).

2021 TEORI AKUNTANSI


9 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menghitung kewajiban pajaknya :
a. PPN
- Perencanaan Konstruksi Oleh Bapak AYA
Rp44.000.000,- x 10/110% = Rp4.000.000,-
- Pelaksanaan Konstruksi PT AYA
Rp1.100.000.000,- x 10/110% = Rp100.000.000,-
b. PPh
- Perencanaan Konstruksi Oleh Bapak AYA
Rumus = (Kontrak – PPN) x 4%
= (Rp44.000.000 – Rp4.000.000) x 10/110% = Rp1.600.000,
- Pelaksanaan Konstruksi PT AYA
Rumus = (Kontrak – PPN x 3%)
= (Rp1.100.000.000 – Rp100.000.000) x 3% = Rp30.000.000,-

Jadi yang diterima :


- Perencanaan Konstruksi (Bapak AYA)
Rumus = Kontrak – PPN – PPh
= Rp44.000.000 – Rp4.000.000 – Rp1.600.000 = Rp38.400.000
- Pelaksana Konstruksi
Rumus = Kontrak – PPN – PPh
= Rp1.100.000.000 – Rp100.000.000 – Rp30.000.000
= Rp970.000.000

Contoh 3
PT “YAS” merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi
dan sudah memiliki SIUJK dan telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
(PKP). Pada bulan Januari 2015 memberikan jasa perbaikan kepada PT HARI
dengan nilai kontrak Rp100.000.000,-
Atas Transaksi ini PT “YAS” memungut PPN 10% dan PT HARI
memotong PPh Pasal 4 Ayat (2) atas pelaksana konstruksi dengan kualifikasi usaha
kecil sebesar 2%

2021 TEORI AKUNTANSI


10 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perhitungannya sebagai berikut:
PPN =10% x Rp100.000.000,- = Rp10.000.000,-
PPh Pasal 4 Ayat (2) sebesar 2% = 2% x Rp100.000.000,- = Rp2.000.000,-

Jurnal yang dibuat PT “YAS”

Keterangan Debit Credit


Kas 108.000.000
PPh 4 Ayat 2 2.000.000
PPN Keluaran 10.000.000
Pendapatan 100.000.000

Jurnal yang dibuat PT HARI

Keterangan Debit Credit


Beban Jasa Konstruksi 100.000.000
PPN Masukan 10.000.000
Utang PPh 4 Ayat 2 2.000.000
Kas 108.000.000

Keterangan:
Kas (Pendapatan Jasa + PPN – PPh Pasak 4 Ayat 2)
PPh pasal 4 ayat 2 (Klasifikasi jasa kontruksi kecil, tarif 2%)
PPN Keluaran (Tarif 10%)
Pendapatan jasa (Total kontrak)
Metode Netto dan Metode Gross Up
A. Metode Netto
Metode netto dalam PPh pasal 4 ayat 2 adalah suatu metode pemotongan pajak dimana
yang menerima uang memberikan harga sebelum dipotong pajak.
Contoh :
Ibu Ayu menyewa sebuah toko Rp 5.000.000 setahun kepada Bapak Anton
Perhitungan :

2021 TEORI AKUNTANSI


11 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
PPh 4 Ayat 2 = 10% x Rp 5.000.000 = Rp 500.000 (dipotong oleh ibu Ayu)
Jumlah uang yang diberikan Ibu Ayu kepada Bapak Anton
= Rp 5.000.000 – Rp 500.000
= Rp 4.500.000 (dan memberikan bukti potong kepada Bapak Anton)

B. Metode Gross Up
Metode gross up dalam PPh pasal 4 ayat 2 adalah suatu metode pemotongan pajak
dimana pihak yang menerima uang memberikan harga sesudah dipotong pajak.
Contoh :
Lisa menyewakan sebuah ruko Rp 300.000.000 setahun kepada Tono. Lisa meminta
agar ia menerima bersih pembayaran sewanya tanpa ada pemotongan pajak,
Perhitungan :
Gross up biaya = 10/9 x Rp 300.000.000 = Rp 333.333.333
Dengan demikian perhitungan nettnya adalah:
Biaya Sewa Rp 333.333.333
PPh 4 Ayat 2 Rp 33.333.333
Netto Rp 300.000.000

Ekualisasi Beban Sewa dan Jasa Konstruksi


Ekualisasi pajak adalah proses menyamakan. Dengan maksud, ekualisasi adalah
sebuah proses pengecekan apakah suatu jenis pajak sudah sesuai dengan jenis pajak
lainnya yang terkait satu sama lain. Hal terkait yang dimaksud yakni bagian laporan dari
sebuah jenis pajak yang menjadi bagian laporan jenis pajak yang lain.
Aturan mengenai ekualisasi pajak pernah diacu dari Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
04/PJ/2012 Tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan Untuk
Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Namun, aturan tersebut telah dicabut dan tidak diberlakukan lagi dengan adanya
PER-07/PJ/20014 Tentang Pencabutan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-04/PJ/2012 Tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan untuk
Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

2021 TEORI AKUNTANSI


12 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Namun, metode ekualisasi sendiri kerap dipakai dengan adanya Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ/2017 mengenai Petunjuk Teknis Pemeriksaan Lapangan
dalam Rangka Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
Salah satu contoh ekualisasi pajak yaitu menyamakan antara pencatatan biaya
maupun pendapatan sebagai objek pajak dari laporan keuangan dengan pelaporan biaya
maupun pendapatan sebagai objek pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
dilaporkan kepada kantor pajak.

A. Ekualisasi Beban Sewa


Ekualisasi beban sewa dengan cara melihat beban sewa pada laporan keuangan
yang sudah dibuat apakah nominalnya sama dengan yang sudah dilaporkan PPh 4 ayat
2.

B. Ekualisasi Jasa Konstruksi


Ekualisasi jasa konstruksi dengan cara melihat pendapatan pada laporan keuangan
yang sudah dibuat apakah nominalnya sama dengan yang sudah dilaporkan PPh 4 ayat
2.

Perencanaan Pajak Atas Objek PPh 4 Ayat 2


A. Pengertian Perencanaan Pajak
Tax planning atau perencanaan pajak adalah upaya mengurangi atau meminimalkan
beban pajak yang harus dibayarkan kepada negara sehingga pajak yang dibayar tidak
melebihi jumlah yang sebenarnya. Salah satu praktik dalam manajemen perpajakan ini
dilakukan dengan tetap mematuhi perturan perpajakan yang berlaku alias legal. Legal di
sini, artinya penghematan pajak dilakukan dengan memanfaatakan hal-hal yang tidak
diatur oleh undang-undang (loopholes) sehingga tidak ada pelanggaran konstitusi atau
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.
Secara teoritis William H. Hoffman dalam buku berjudul The Accounting Review
(1961) menyebutkan, tax planning merupakan upaya wajib pajak mendapat penghematan
pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran pajak (tax avoidance) secara sistematis
sesuai ketentuan UU Perpajakan.

B. Tujuan Perencanaan Pajak

2021 TEORI AKUNTANSI


13 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Memperkecil pengeluaran perusahaan untuk membayar pajak sehingga biaya yang
dikeluarkan lebih efisien.
2. Memperhitungkan dan menyiapkan pembayaran pajak sesuai peraturan yang
berlaku agar tidak timbul sanksi atau denda yang justru memperbeasr pengeluaran
pajak.
3. Bukan untuk mengelak membayar pajak tetapi untuk mengatur agar pajak yang
dibayar tidak lebih dari jumlah yang seharusnya.

C. Syarat Melakukan Perencanaan Pajak


1. Tidak melanggar pertauran perpajakan yang berlaku, karena bila melanggar akan
menimbulkan risiko bagi wajib pajak yang justru membuat perencaan pajak gagal
lantaran berpotensi menimbulkan denda atau sanksi pajak lainnya.
2. Tidak memalsukan bukti pendukung atau data lain yang dibutuhkan untuk
membayar pajak.
3. Masuk akal secara bisnis, karena jika tidak, tax planning akan melemahkan
perencanaan itu sendiri.

D. Tahap Melakukan Perencanaan Pajak


1. Menganalisis informasi yang ada
Tahap pertama dari perencanaan pajak adalah menganalisis komponen yang
berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat
mungkin beban pajak yang ditaanggung. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan
mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak, baik secara sendiri-sendiri
maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai perencanaan pajak
yang paling efisien.
2. Buat satu model atau lebih rencana besarnya pajak
Pilih bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional. Pada hampir
semua sistem perpajakan internasional, paling tidak ada dua negara yang ditentukan
lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan, proses perencanaan tidak bisa berada

2021 TEORI AKUNTANSI


14 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi, dan hubungan yang paling
menguntungkan.
3. Evaluasi atas perencanaan pajak
Tax planning sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari
seluruh perencanaan strategis perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi
untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap
beban pajak, perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas berbagai
alternatif perencaan.
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak,
tentu harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Tindakan perubahaan
(up to date planning) harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan
biaya atau kemungkinan keberhasilannya sangat kecil.
5. Memutakhirkan rencana pajak
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah
berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi, baik dari
undang-undang maupun pelaksanaannya sesuai negara di mana aktivitas tersebut
dilakukan yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian.

E. Strategi Perencanaan Pajak


1. Tax avoidance
Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya perusahaan
menghhindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek
pajak.
2. Tax saving
Upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak
dengan tarif yang lebih rendah.
3. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan
Kebanyakan wajib pajak badan kurang mengetahui bahwa mereka dapat
mengkreditkan pajak yang sudah dipotong asalkan tidak menyimpang dari
peraturan.
4. Melakukan penundaan dalam membayar kewajiban pajak.

2021 TEORI AKUNTANSI


15 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perusahaan sebagai wajib pajak dapat menunda pembayaran Pajak
Pertambahan Nilai (PPn) dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga
batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. PPN dapat
dibayar pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.
5. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan.
Wajib pajak badan harus menguasai peraturan pajak yang berlakuagar
terhindar dari timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi, seperti
denda, bunga, atau kenaikan, hingga sanksi pidana.

F. Jenis-Jenis Perencanaan Pajak


1. National Tax Planning
Nasional tax planning praktiknya berpedoman pada Undang-Undang
domestik. Perencanaan pajak jenis ini biasanya dilakukan oleh wajib pajak badan
yang hanya memiliki usaha di Indonesia saja atau melakukan transaksi dengan
wajib pajak dalam negeri saja.
2. International Tax Planning
Internasional tax planning biasanya dilakukan oleh wajib pajak badan yang
memiliki kegiatan usaha di dalam negeri dan di luar negeri. Perencanaan pajak ini
dilakukan jika wajib pajak melakukan transaksi tak hanya dengan wajib pajak
dalam negeri, tetapi juga dengan wajib pajak di luar negeri. Berbeda dengan
National Tax Planning, International Tax Planning harus turut memperhatikan
Undang-Undang atau perjanjian pajak (Tax Treaty) dari negara-negara yang ikut
terlibat.

G. Contoh Perencanaan Pajak pada PPh 4 Ayat 2


1. Pada laporan laba rugi terdapat pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan atas
jasa giro. Dimana atas penghasilan tersebut sudah dikenakan pajak yang bersifat
final sebesar 20%. Seharusnya penghasilan ini harus dikoreksi negatif karena jika
tidak dikoreksi maka perusahaan akan terkena pajak dua kali (ganda) yaitu PPh
Final Pasal 4 ayat 2 atas pendapatan bunga dan PPh Pasal 17 ayat 1 atas wajib
pajak badan. Begitu juga untuk biaya pajak atas pendapatan bunga tersebut juga
harus dikoreksi positif. Hal ini dilakukan agar perusahaan terhindar dari sanksi
pajak karena melakukan kesalahan dalam pengisian SPT.

2021 TEORI AKUNTANSI


16 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Membayar dan melapor PPh 4 ayat 2 dengan tepat waktu sesuai waktu yang telah
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan.
3. Selalu meminta B.Potong yang telah dipotong pihak yang memotong PPh 4 ayat 2.

2021 TEORI AKUNTANSI


17 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Pohan, C. A. 2013. “Manajemen Perpajakan“, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


Suandi, E. 2003. Perencanaan Pajak. Jakarta. Salemba Empat
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta. Salemba Empat.

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang Nomor
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-undang Nomor 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Pajak. Jakarta. Salemba Empat.


Nasikhudin. (2015). Akuntansi Pasal 4 Ayat (2). Diakses pada 04 September 2021 dari World Wide
Web nasikhudinis.me – Memahami dan mengedukasi (nasikhudinisme.com)

Ardianti, Kadek Ayu Ari. (2019). Pengertian Pajak Penghasilan. Diakses Pada 02
September 2021 dari World Wide Web www.pajakku.com
PP Nomor 34 Tahun 2017. Perhitungan PPh Pasal 4 Ayat (2) Atas Persewaan Tanah
dan / atau Bangunan. Diakses pada 02 September 2021 dari Wolrd Wide Web
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/6
Prabandaru, Ageng. (2018). Mengenal Pajak Finansial Pasal 4 Ayat 2 Atas Usaha Jasa
Konstruksi. Diakses pada 03 September 2021 dari World Wide Web
https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/pajak-final-pasal-4-ayat-2/
Zein, Aylan. (2017). Cara Gross Up PPh Pasal 4 Ayat 2 Atas Sewa Bangunan,
Penyetoran, dan Pelaporannya. Diakses pada 04 September 2021 dari World Wide Web
https://www.wartanusantara.id/2017/10/cara-gross-up-pph-pasal-4-ayat-2-atas.html
Dzulfiqor. (2021). PPh Pasal 4 Ayat 2. Diakses Pada 04 September 2021 dari World Wide
Web https://taxcenter-ipb.org/2021/04/21/1783/
Dua, Admin. (2021). Ekualisasi Pajak, Berikut Pengertian, Contoh, dan Fromat
Prosesnya. Diakses Pada 04 September 2021 dari World Wide Web
https://www.rusdionoconsulting.com/ekualisasi-pajak/
Zsazya. (2019). Tax Planning, Lihat Kiat Menghemat Bayar Pajak Di Sini. Diakses pada
04 September 2021 dari World Wide Web https://www.online-pajak.com/seputar-
pajakpay/tax-planning

Daftar Pustaka
Pohan, C. A. 2013. “Manajemen Perpajakan“, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suandi, E. 2003. Perencanaan Pajak. Jakarta. Salemba Empat

2021 TEORI AKUNTANSI


18 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta. Salemba Empat.

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang Nomor
36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Pajak. Jakarta. Salemba Empat.

2021 TEORI AKUNTANSI


19 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai