Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANA FITHRATUNNISA

NIM : 203141414111047

ABSEN/KELAS : 12/J3B

MATA KULIAH : MANAJEMEN PERPAJAKAN

TUGAS 3

Bagi perusahaan yang telah dikenakan PPh Final atas penghasilan brutonya, missal
perusahaan bergerak dibidang jasa konstruksi, maka natura atau kenikmatan bagi karyawan
memiliki ketentuan tersendiri. Ketentuan apa yang dimaksud? Lakukan analisis mengapa
ketentuan tersebut berlaku sedemikian!
Sehubungan dengan kondisi tersebut apa yang harus dilkakukan untuk mengelola perencanaan
pajaknya.

ANALISIS JAWABAN

Natura merupakan pemberian barang atau kenikmatan dan bukan dalam bentuk
uang, dalam Surat Edaran Dirjen Pajak NO SE-03/PJ.23/1984 menyatakan bahwa
kenikmatan dalam bentuk natura merupakan setiap balasan jasa yang diterima atau
diperoleh pegawai, karyawan, maupun keluarganya tidak dalam bentuk uang dari pemberi
kerja. Tidak hanya itu menurut PMK No. 167/PMK.03/2018 tentang Penyediaan Makanan
dan Minuman Bagi Seluruh Pegawai Serta Penggantian atau Imbalan dalam Bentuk Natura
dan Kenikmatan di Daerah tertentu yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Pekerjaan yang
Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pemberi Kerja.

Dalam pengenaan pajaknya, ketentuan untuk pengenaan pajak atas natura terbagi
menjadi 2 jenis. yaitu Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan sebagai objek pajak
dan non-objek pajak dan Imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan sebagai deductible
dan non-deductible expenses. 
Secara umum sebagaimana yang termuat dalam pasal 4 ayat 3e , menyatakan bahwa
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura atau
kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintahan bukan termasuk sebagai objek PPh.
Namun, dalam proses pengenaannya, terdapat pengecualian tertentu yang membuat imbalan
dalam bentuk natura atau kenikmatan menjadi objek PPh sehingga membuat imbalan dalam
bentuk natura atau kenikmatan tersebut dikenakan pajak. Dalam pengecualian ini, terjadi
jika imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan tersebut diberikan bukan oleh wajib
pajak, baik wajib pajak yang dikenakan pajak secara final maupun wajib pajak yang
menggunakan norma perhitungan khusus seperti yang termuat dalam UU PPh pasal 15.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah seperti contoh bahwa bukan wajib pajak adalah kantor
Sekjen ASEAN di Indonesia, sedangkan wajib pajak yang dikenakan PPh Final adalah
wajib pajak usaha jasa konstruksi. 
Pembayaran dan pelunasan PPh Final usaha jasa konstruksi dilakukan paling lambat pada
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh pengguna jasa. Atau
tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran oleh pemberi
jasa (kontraktor). Pelaporan SPT Masa PPh Final Pasal 4 ayat 2 bagi pengguna jasa dan pemberi
jasa konstruksi dilakukan paling lambat tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah bulan
terutangnya PPh atau bulan diterimanya pembayaran pajak atas jasa konstruksi.
 Tarif PPh Pasal 4 ayat (2)
2% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi
usaha kecil;
4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha;
3% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Perencanaan Perpajakan :
Jika penyedia Jasa memperoleh atau menerima penghasilan dari Luar Negeri, maka atas
pajak yang dibayar atau terutang di Luar negeri atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan (PPh
Pasal 24). Penghasilan lain yang diterima atau diperoleh oleh Penyedia Jasa Konstruksi dari luar
usaha dikenakan tarif berdasarkan ketentuan umum UU PPh.
Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari kegiatan usaha Jasa Konstruksi termasuk dalam
penghitungan Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang dikenakan PPh Final. d. Penyedia Jasa wajib
melakukan pencatatan yang terpisah atas biaya dari kegiatan usaha selain usaha Jasa Konstruksi.
Kerugian dari usaha Jasa Konstruksi yang masih tersisa sampai dengan Tahun Pajak 2008 hanya
dapat dikompensasi sampai Tahun Pajak 2008. Untuk Wajib Pajak yang hanya memperoleh
penghasilan dari usaha jasa konstruksi, sejak tahun pajak 2009 tidak diwajibkan membayar
angsuran PPh Pasal 25.

Anda mungkin juga menyukai