Fakultas : FBIS
Program studi : Akuntansi
Tatap Muka
02
Kode Matakuliah : W1219009
Guna mendukung system perpajakan agar berjalan dengan baik, terdapat kewajiban dan hak-
hak yang dimiliki Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang dalam 1 tahun pajak (PPh) atau PKP yang dalam 1 masa pajak (PPN), bila
pajak yang telah dibayar melebihi pajak yang seharusnya terutang dan dilaporkan dalam SPT,
berhak memperoleh pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut.
Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha, berhak mengurangi penghasilan bruto
yang diterima dengan biaya yang telah dikeluarkan (biaya fiskal yang diatur dalam
Pasal 6 UU PPh).
Norma Penghitungan
Untuk dapat menghitung besarnya kewajiban pajak dalam suatu tahun pajak, pada
dasarnya Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas harus
membuat Pembukuan. Untuk Wajib Pajak tertentu, dapat menyelenggarakan
Pencatatan dan penghitungan pajak dilakukan dengan Norma Penghitungan.
Dalam Pasal 39 ayat 3 dinyatakan bahwa setiap orang yang melakukan percobaan
untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
NPWP atau Pengukuhan PKP, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau
melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan
yang dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.
Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapus NPWP dari tata usaha KPP.
Penghapusan NPWP hanya ditujukan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, dan
tidak menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan WP yang bersangkut
an. Berdasarkan Pasal 2 ayat 6 UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
20/PMK.03/2008, penghapusan NPWP dilakukan apabila :
A. diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh :
1) WP dan/atau ahli warisnya karena WP sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan;
2) WP Badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau
penggabungan usaha;
3) Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan; atau
4) WP BUT menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
B. dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari WP yang sudah
tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penghapusan NPWP bagi wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan
menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dapat dilakukan
dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai WP. Selanjutnya dalam
Pasal 2 ayat (7) UU KUP dinyatakan bahwa .Dirjen Pajak setelah melakukan
pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan NPWP
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk WP Orang Pribadi atau 12 (dua belas) bulan
untuk WP Badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Dirjen Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan penghapusan NPWP itu dianggap dikabulkan, dan Dirjen
Pajak harus menerbitkan surat keputusan penghapusan NPWP dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berakhir (Per.Menkeu 20/2008). Penghapusan NPWP dilakukan apabila utang pajak
telah dilunasi atau hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa, kecuali dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa utang pajak tersebut tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, antara lain karena :
a. WP Orang Pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan serta
tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan; atau
b. WP tidak mempunyai harta kekayaan.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut/pemotong pajak tertentu.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak/Jasa Kena Pajak.
Apabila anda telah terdaftar sebagai Wajib Pajak (WP)/ Pengusaha Kena Pajak (PKP)
berarti anda termasuk warga negara yang baik dan bila telah melakukan pembayaran
pajak dengan tertib, maka anda termasuk salah seorang warga negara sadar pajak
sebab uang pajak tersebut digunakan untuk pembangunan. Pembangunan tersebut
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1. Pembayaran Masa
a. PPh Pasal 25
Setiap bulan anda harus melakukan angsuran bulanan yang maksudnya agar
pada akhir tahun pajak beban pajak tidak terlalu berat. Angsuran bulanan
harus dibayar selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
c. PPh Pasal 22
1) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dalam jangka waktu sehari setelah
pemungutan pajak.
2) Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah
(Pusat/Daerah), BUMN/BUMD; pada hari yang sama dengan pelaksanaan
pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari anggaran Belanja
negara/daerah.
3) Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja
dan otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak;
selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
masa pajak berakhir atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.
4) Atas penjualan hasil produksi oleh Pertamina dan Badan Usaha lain
selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis
premix dan gas, dan atas penyerahan gula pasir dan tepung terigu oleh
Badan Urusan Logistik (BULOG), disetor oleh penyalur dan/atau agen
sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order) di tebus.
d. Ph Pasal 23
Catatan :
Apabila tanggal dimaksud jatuh pada hari libur, maka pembayaran dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran akan
dikenakan denda bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan bagian dari
bulan (meskipun hanya 1 hari) dihitung 1 (satu) bulan penuh.
2. Pelaporan
Catatan :
Apabila batas waktu pelaporan sebagaimana tersebut di atas jatuh pada hari
libur, maka pelaporan harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
Keterlambatan melapor akan dikenakan sanksi berupa denda administrasi
sebesar Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).
SPT Tahunan harus diisi dengan benar, lengkap, jelas, ditandatangani, dan
disampaikan kembali ke KPP/KP4 tempat anda terdaftar paling lambat tanggal
31 Maret setelah akhir tahun takwim. Dalam hal tahun buku tidak sama dengan
tahun takwim, SPT Tahunan paling lambat disampaikan paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun buku berakhir.
Apabila terjadi keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh, maka anda akan
dikenakan sanksi Administrasi berupa denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus
ribu rupiah).
4. Pelunasan Utang Pajak yang tercantum dalam ”Surat Ketetapan Pajak”
dan Surat Keputusan lainnya.
Harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
KEWAJIBAN SEHUBUNGAN DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI/PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPN/PPnBM)
1. Pembayaran/Penyetoran
Contoh : Masa pajak Januari 2003, harus disetor paling lambat tanggal 15
Pebruari 2003.
2. Faktur Pajak
Apabila anda sebagai PKP melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), anda diharuskan untuk membuat Faktur Pajak
menurut ketentuan yang berlaku.
BUKU:
Basri, Hasan. “Modul Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan”, BPPK, Widyaiswara
Pusdiklat Pajak
Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas, “Undang-Undang KUP No. 16 Tahun
2009” Direktorat Jenderal Pajak
Wirawan, “Hukum Pajak”, Salemba Empat
Waluyo,(2011).Perpajakan Indonesia: Buku 1 dan Buku 2.Jakarta: Salemba Empat
Wardoyo, Teguh Hadi dan Sapto Windi Argo.(2010). Pajak Terapan A dan B. Jakarta: TaxSys
INTERNET:
www.pajak.go.id
www.ortax.org