Anda di halaman 1dari 14

METODE PENELITIAN

Tehnik Pengumpulan Data, Validitas,


Reliabilitas dan Skala

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

05
Kode Matakuliah : Kode MK
Disusun oleh : Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE, MM

2021 Metode Penelitian


1 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
ABSTRAK TUJUAN
Materi ini membahas tentang …… Mahasiswa mampu dan mengetahui
definisi …….

2021 Metode Penelitian


2 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu komponen penting dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berpengaruh pada
proses analisis data dan penarikan kesimpulan.
Apabila terjadi kesalahan pada teknik pengumpulan data, maka analisis data
dan kesimpulan yang akan dapat dari penelitian tersebut juga bermasalah. Jadi
pengumpulan data tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Ada tatacara dan prosedur tersendiri untuk mengumpulkan data. Apabila
Anda ingin melakukan sebuah penelitian, Anda harus mengetahui prosedur
tersebut. Prosedur pengumpulan data ini bertujuan agar data yang didapatkan
valid (dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya). Ketika melakukan
penelitian Anda harus menyajikan data yang sebenarnya atau data bisa
dipertanggungjawabkan.
Teknik pengumpulan data yang dibuat dalam penelitian masing-masing tidak
sama, tergantung dari jenis penelitiannya. Penelitian kualitatif dan kuantitatif
memiliki teknik pengumpulan data yang berbeda. Anda harus tahu perbedaan
keduanya jika Anda ingin melakukan penelitian agar nantinya tidak ada
kekeliruan.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang
diambilnya. Prosedur ini sangat penting agar data yang didapatkan dalam
penelitian berupa data yang valid, sehingga menghasilkan kesimpulan yang juga
valid.

B. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa cara pengumpulan data yang bisa digunakan oleh peneliti
agar didapatkan informasi yang valid. Anda mungkin sudah tidak asing dengan
2021 Metode Penelitian
3 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
cara yang akan kami paparkan ini, tetapi memang inilah cara yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan informasi valid terkait suatu permasalahan atau
peristiwa. Berikut beberapa teknik pengumpulan data yang biasanya digunakan
untuk penelitian.
1. Teknik pengumpulan data wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada subjek penelitian.
Dulu wawancara biasanya dilakukan dengan bertatap muka langsung
dengan subjek, tetapi seiring perkembangan teknologi, wawancara tidak
hanya dilakukan dengan tatap muka saja, tetapi juga bisa dilakukan melalui
media komunikasi, seperti telepon, email, skype, dan masih banyak lagi.
Sebelum melakukan wawancara biasanya seorang peneliti akan membuat
draf pertanyaan terlebih dahulu. Draf prtanyaan yang dibuat juga tidak bisa
sembarangan, harus sesuai dengan topik penelitian yang dituju. Salam
penelitian draf pertanyaan tersebut juga harus divalidasi ahli. Layak atau
tidaknya pertanyaan yang akan diajukan tergantung dari pendapat ahli
tersebut.
Biasanya ahli akan memberikan masukan-masukkan pertanyaan-pertanyaan
agar didapatkan hasil maksimal. Wawancara dikategorikan menjadi 2, yaitu
wawancara tersruktur dan wawancara tidak terstruktur. Pembahasan lebih
lanjut akan kami uraikan dalam pembahasan berikut ini!
a. wawancara terstruktur
Yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara yang jelas. Jadi sebelum mengadakan wawancara peneliti
akan membuat draf pertanyaan serinci mungkin untuk ditanyakan
kepada subjek wawancara. Informasi apa yang dibutuhkan, sudah ditulis
lengkap dalam draf pertanyaan yang dibuat. Jadi peneliti tidak akan
kebingungan mencari pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek
penelitian.
Wawancara dengan jenis seperti ini akan memudahkan proses
wawancara, terutama jika peneliti belum begitu ahli dalam melakukan
penelitian, disarankan untuk menggunakan teknik wawancara

2021 Metode Penelitian


4 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
terstruktur, agar data yang didapatkan lengkap. Sehingga akan
memudahkan peneliti ketika melakukan anlisis data.

b. Wawancara tidak terstruktur


Wawancara ini bisa dikatakan wawancara bebas, artinya peneliti tidak
terikat dengan ketat pada draf pertanyaan yang dibuat sebelum
wawancara. Meskipun tidak ada draf pertanyaan terperinci seperti pada
teknik wawancara terstruktur, tetapi peneliti tetap harus membuat
pedoman wawancara.
Pedoman wawancara tersebut hanya berisi poin-poin yang akan
ditanyakan nantinya ketika wawancara. Ini bertujuan agar wawancara
yang dilakukan tidak melebar dari pokok bahasan. Untuk pertanyaan
lebih lanjutnya bisa dikembangkan oleh peneliti sendiri ketika
wawancara.
Ketika wawancara ada hal menarik yang peneliti dapatkan, bisa
dikonfirmasi lebih lanjut ke subjek wawancara. Asalkan jangan terlalu
jauh meninggalkan topik penelitian yang Anda bahas.

2. Teknik pengumpulan data observasi


Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati secara langsung keadaan atau situasi dari subjek penelitian.
Data hasil observasi bukan hanya dilihat dari sikap subjek penelitian saja,
tetapi ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Bisa dikatakan observasi
ini merupakan teknik penelitian yang sangat kompleks, karena tidak hanya
terpaku pada satu fenomena saja.
Teknik observasi lebih cocok apabila digunakan untuk penelitian terkait
gejala-gejala alam, perilaku manusia, dan lainnya. Teknik ini juga sangat
cocok untuk mencari data-data yang subjek penelitiannya tidak terlalu besar,
jadi subjek penelitiannya spesifik. Teknik observasi dalam pengumpulan
data sendiri dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu participan
observationdan non participan observation. Penjelasan lebih lanjutnya akan
kami paparkan dalam pembahasan berikut ini.

2021 Metode Penelitian


5 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
a. Partisipan observation
Merupakan teknik pengumpulan data yang penelitinya terlibat langsung
dengan kehidupan subjek penelitian. Peneliti ikut dan merasakan
langsung situasi dan keadaan dari subjek penelitian, tidak hanya
mengamati dari jauh saja. Teknik penelitian seperti ini sangat cocok
digunakan untuk penelitian terkait hubungan sosial antar suatu
masyarakat.
Banyak sekali peneliti yang menggunakan teknik ini agar didapatkan
data yang lebih valid. Jika hanya mengamati dari jauh tanpa mau
merasakan kehidupan yang dialami subjek, bisa saja seorang peneliti
salah mengartikan apa yang dilihatnya, terkadang apa yang dilihat
memang tidak sama dengan kenyataan yang sebenarnya.

b. Non parttisipan observation


Jika participan observation penelitian terlibat langsung dengan kegiatan
atau proses yang dialami oleh subjek penelitian, maka tidak dengan non
participan observation. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan
peneliti mengamati subjek yang ditelitinya, tetapi ia tidak ikut dalam
kegiatan atau proses dari apa yang ditelitinya.
Kedua teknik observasi ini sama baiknya, baik participan
observation maupun non participan observation asalkan di tempatkan
tepat pada tempatnya. Jadi ada yang peneliti harus ikut terlibat langsung
dengan proses yang ditelitinya dan ada juga yang bisa diamati tanpa
harus terlibat langsung. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk
antara satu dengan lainnya, semua sama baiknya dan data yang akan
didapatkan nantinya juga bisa dipertanggungjawabkan.

3. Teknik pengumpulan data angket (kuesioner)


Anda tentu sudah sangat familiar dengan kata angket atau kuesioner.
Di kampus atau Perguruan Tinggi (PT), setiap awal semester, tepatnya
sebelum mengisi rencana studi untuk semester tersebut, mahasiswa
diharuskan untuk mengisi kuesioner. Biasanya kuesioner yang di isi oleh

2021 Metode Penelitian


6 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
mahasiswa di kampus mengenai pelayanan kampus, fasilitas, hingga
kualitas dosen.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek
penelitian terkait topik yang diteliti. Teknik ini akan sangat efektif apabila
peneliti mengetahui benar variabel yang ingin diukur dan keinginan yang
diharapkan oleh responden atau subjek penelitian.
Jika observasi lebih efektif apabila digunakan jika subjek
penelitiannya tidak terlalu besar, maka tidak demikian dengan teknik
pengumpulan data angket atau kuesioner. Kuesioner bisa digunakan untuk
mengumpulkan data dari responden atau subjek penelitian yang jumlahnya
sangat banyak sekalipun. Bahkan juga bisa digunakan untuk mengumpulkan
data dari responden yang tersebar di banyak wilayah.
Apabila dilihat dari bentuk pertanyaannya, kuesioner dibedakan
menjadi 2, yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner
tertutup yaitu pertanyaan tertulis yang sudah disertai dengan pilihan jawaban
untuk respondennya. Jadi ketika menjawab pertanyaan yang ada di
kuesioner tersebut, responden harus memilih jawaban yang sudah
disediakan.
Sedangkan kuesioner terbuka yaitu pertanyaan tertulis yang
jawabannya diisi sendiri oleh subjek penelitian. Jadi peneliti hanya
menyediakan pertanyaan-pertanyaan, selanjutnya jawabannya subjek
penelitian sendiri yang menentukan (seperti pertanyaan uraian).
Namun jangan salah, seiring perkembangan zaman, saat ini
kuesioner sudah tampil dalam bentuk yang lebih progresif, yaitu pertanyaan
tertulis untuk responden disertai dengan pilihan jawaban dan kolom untuk
mengisi jawaban sesuai dengan keinginan responden. Jadi kombinasi
antara kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

2021 Metode Penelitian


7 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
4. Teknik pengumpulan data studi pustaka
Pengumpulan data selanjutnya yaitu dengan melakukan studi
pustaka. Studi beberapa pustaka ini dilakukan untuk melakukan analisis
terhadap topik permasalahan yang ingin diteliti.
Pengumpulan data seperti ini sangat cocok untuk jenis penelitian
studi pustaka. Jadi data dalam penelitian studi pustaka tersebut diambil dari
dokumen, arsip, atau buku-buku.
Tetapi bukan berarti jenis penelitian yang bukan studi pustaka tidak
memerlukan pustaka. Tetap perlu, tetapi kadarnya tidak sedetail penelitian
studi pustaka. Tanpa studi pustaka, Anda tidak mungkin bisa menganalisis
sebuah data dengan benar. Semua pasti perlu patokan, jadi analisis
dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk membaca data dan fenomena
yang akan diteliti.
Studi pustaka sendiri terbagi menjadi 2 kategori, yaitu dokumen
primer dan dokumen sekunder. Penjelasan lebih lanjutnya akan kami
uraikan dalam pembahasan berikut ini!
1. Dokumen primer
Yaitu dukumen yang ditulis langsung pelaku kejadian atau
seseorang yang mengalami suatu peristiwa secara langsung,
contohnya yaitu buku autobigorafi.
2. Dokumen sekunder
Yaitu dokumen yang ditulis berdasarkan laporan, peristiwa, atau
cerita orang lain, contohnya yaitu buku biografi.

C. Validitas & Reliabilitas


1. Validitas
Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya,
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

2021 Metode Penelitian


8 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat
ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan
untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran
mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas
tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi
menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai
alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan
tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran.
Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang
tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai
data tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambran
mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai perbedaan yang satu
dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik,
bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus
menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannya valid,
yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur
berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas
karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan
terlihat pada alat ukur berat badan.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek
tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti
akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki
tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat
dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati
keadaan yang sebenarnya (Azwar 1986).
Pengertian validitas juga sangat erat berkaitan dengan tujuan
pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang berlaku umum untuk

2021 Metode Penelitian


9 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya merupakan
ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian,
anggapan valid seperti dinyatakan dalam “alat ukur ini valid” adalah kurang
lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang
menunjuk kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi
kelompok subjek yang mana? (Azwar 1986).
Pengertian validitas menurut Walizer (1987) adalah tingkaat kesesuaian
antara suatu batasan konseptual yang diberikan dengan bantuan
operasional yang telah dikembangkan.
Menurut Aritonang R. (2007) validitas suatu instrumen berkaitan dengan
kemampuan instrument itu untuk mengukur atu mengungkap karakteristik
dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur. Instrumen yang dimaksudkan
untuk mengukur sikap konsumen terhadap suatu iklan, misalnya, harus
dapat menghasilkan skor sikap yang memang menunjukkan sikap
konsumen terhadap iklan tersebut. Jadi, jangan sampai hasil yang diperoleh
adalah skor yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu.
Validitas suatu instrumen banyak dijelaskan dalam konteks penelitian
sosial yang variabelnya tidak dapat diamati secara langsung, seperti sikap,
minat, persepsi, motivasi, dan lain sebagainya. Untuk mengukur variabel
yang demikian sulit, untuk mengembangkan instrumen yang memiliki
validitas yang tinggi karena karakteristik yang akan diukur dari variabel yang
demikian tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi hanya melalui
indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R. 2007)
Menurut Masri Singarimbun, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Bila seseorang ingin
mengukur berat suatu benda, maka dia harus menggunakan timbangan.
Timbangan adalah alat pengukur yang valid bila dipakai untuk mengukur
berat, karena timbangan memang mengukur berat. Bila panjang sesuatu
benda yang ingin diukur, maka dia harus menggunakan meteran. Meteran
adalah alat pengukur yang valid bila digunakan untuk mengukur panjang,
karena memang meteran mengukur panjang. Tetapi timbangan bukanlah
alat pengukur yang valid bilamana digunakan untuk mengukur panjang.

2021 Metode Penelitian


10 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Sekiranya penelliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data
penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin
diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya,
dalam praktek belum tentu data yang dikumpulkan adalah data yang valid.
Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya apakah
si pewawancara yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk
yang telah ditetapkan dalam kuesioner. (Masri Singarimbun).
Menurut Suharsimi Arikunto, validitas adalah keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur
apa yang akan diukur.
Menurut Soetarlinah Sukadji, validitas adalah derajat yang menyatakan
suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak
begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tapi tergantung penggunaan dan
subyeknya.

2. Reliabilitas
Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah
keajegan pengukuran. Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003:
475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Popham (1995: 21)
menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test score are
free from error measurement".
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten,
maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala
yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor,
bukan tentang tes ataupun bentuk tes. Menurut Sumadi Suryabrata (2004:
28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat

2021 Metode Penelitian


11 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian
harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dalam pandangan Aiken (1987: 42) sebuah tes dikatakan reliabel jika
skor yang diperoleh oleh peserta relatif sama meskipun dilakukan
pengukuran berulang-ulang. Dengan demikian, keandalan sebuah alat ukur
dapat dilihat dari dua petunjuk yaitu kesalahan baku pengukuran dan
koefisien reliabilitas. Kedua statistik tersebut masing-masing memiliki
kelebihan dan keterbatasan (Feldt & Brennan, 1989: 105)
Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa
pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan
memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif,
apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar
penilai). Reliabilitas tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang
dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu
mengukur apa yang seharusnya diukur.

D. Skala Pengukuran
Terdapat 4 tipe skala pengukuran dalam penelitian ada skala nominal
ordinal interval dan ratio. Apa perbedaannya dari ke 4 tipe skala pengukuran
dalam penelitian tersebut? Berikut ini adalah pembahasannya.
1) Skala Nominal
Skala yang dipakai untuk mengklasifikasikan objek, individu maupun
kelompok. Contohnya mengklasifikasi agama, jenis kelamin, area
geografis, dan pekerjaan. Pada saat mengidentifikasi hal-hal tersebut
dipakai angka-angka sebagai simbol. Jika kita memakai skala pengukuran
nominal, maka statistik non-parammetik dipakai dalam menganalisa
datanya. Dari analisa tersebut akan memperoleh hasil yang
dipresentasikan dalam bentukpersentase. Misalnya ketika kita
mengklasifikasi variabel jenis kelamin menjadi seperti ini: laki-laki diberi
simbol angka 1 sedangkan perempuan diberi simbol angka 2. Maka kita
bisa melakukan operasi aritmatika menggunakan angka-angka tersebut,

2021 Metode Penelitian


12 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
sebab angka tersebut menunjukan adanya atu tidak adanya karekteristik
tertentu.

contoh skala nominal adalah:


Jawaban dari pertanyaan yang hanya berupa 2 pilihan saja yaitu “ya” dan
“tidak” yang sifatnya kategorikal bisa diberi simbol seperti ini: jawaban “ya”
diberi simbol angka 1 sedangkan jawaban “tidak” diberi simbol angka 2.
2) Skala Ordinal
Skala yang memberikan informasi mengenai jumlah relatif karakteristik
berbeda yang dimiliki suatu objek ataupun individu tertentu. Untuk tingkat
pengukurannya memiliki informasi skala nominal ditambah sarana
peringkat relatif tertentu yang dapat memberi informasi apakah objek
tersebut mempunai karakteristik lebih ataukah kurang namun tidak dilihat
dari berapa banyak kelebihan dan kekurangannya.

contoh skala ordinal:


Contoh Jawaban pertanyaan yang berupa peringkat: sangat setuju, setuju,
netral, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan diberi simbol
menggunakan angka 5, 4, 3, 2, dan 1. Angka-angka tersebut hanya
merupakan simbol dari peringkat, dan tidak mengekspresikan jumlah.
3) Skala Interval
Skala yang memiliki karakteristik seperti skala nominal dan skala ordinal
dengan ditambahi karakteristik yang lain yakni adanya interval tetap.
Dengan begitu maka seorang peneliti bisa melihat seberapa besar
perbedaan karakteristik antara individu atau objek satu dengan yang lain.
Skala pengukuran interval memang merupakan angka. Angka-angka yang
dipakai bisa digunakan dan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalkan
dikalikan atau dijumlahkan. Untuk menganalisa, skala pengukuran ini
dapat dengan statistik parametric.
contoh skala interval:
Jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan frekuensi dalam pertanyaan,
misalkan: Misalkan, dalamm satu bulan berapa kali melakukan kunjungan

2021 Metode Penelitian


13 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
ke Semarang? Jawaban: 5 kali, 3 kali dan 1 kali. Angka 5, 3, dan 1 adalah
angka sebenarnya dengan interval 2.

4) Skala rasio
Skala yang memiliki seluruh karakteristik yang dimiliki skala nominal, skala
ordinal dan skala interval dengan kelebihan yang dimiliki skala ini memiliki
nilai nol (0) empiris absolut. Terjadinya nilai absolut nol tersebut ketika
ketidak hadiran suatu karrakteristik yang diukur. Biasanya pengukuran
rasio dalam bentuk perbndingan antara satu objek atau individu tertentu
dengan yang lain.
contoh skala rasio:
Berat Intan 40 Kg dan Berat Boby 80 Kg. Maka berat Intan kalau
dibanding dengan berat Boby yaitu 1 banding 2.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif,


kuantitatif dan R dan D). ALFABETA: Bandung
Purwanto, M. Pd . 2010. Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Pustaka pelajar: yogyakarta

2021 Metode Penelitian


14 Dr. Didin Hikmah Perkasa, SE., MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai