Anda di halaman 1dari 23

METODE PENGUMPULAN DATA

Disusun Oleh
Kelompok 9 :
1. Ichsan Setiadi (B.131.18.0199)
2. Stevanie Gizella (B.131.17.0423)
3. Dewi Diya (B.131.18.0097)
4. Intan Agustina (B.131.17.0530)

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
S-1 MANAJEMEN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti telah disebutkan, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil data atau
alat pengukurnya. Kalau alat pengambil datanya cukup reliable dan valid, datanya juga reliable
dan valid. Namun, masih ada satu hal lagi yang harus dipertimbangkan, yaitu kualifikasi si
pengambil data. Beberapa alat pengambil data masyarakat memerlukan kualifikasi tertentu pada
pihak pengambil data. Misalnya, beberapa test psikologi tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang. Beberapa alat laboratorium juga menuntun dasar pendidikan dan pengalaman tertentu
untuk dipergunakan secara benar. Persyaratan ini harus dipenuhi oleh peneliti, jika tidak,
reliabilitas dan validitas yang terkumpul akan terganggu.
Disamping hal tersebut diatas, prosedur yang dituntut oleh setiap metode pengambilan
data yang digunakan harus dipenuhi secara tertip. Pada umumnya setiap alat atau metode
pengambilan data mempunyai panduan pelaksanaan. Panduan ini harus sejak awal dipahami oleh
peneliti. Bila menggunakan jasa orang lain untuk mengumpulkan data, si peneliti harus
mempunyai cara untuk memperoleh keyakinan bahwa pengalaman data itu telah dilaksanakan
menurut prosedur yang seharusnya.
Apa yang telah dibicarakan diatas ialah seluk beluk pengambilan data primer, yaitu data
yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.
Disamping data primer terdapat data sekunder, yang sering kali juga diperlukan oleh peneliti.
Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data
mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktifitas suatu perguruan tinggi,
data persediaan pangan disuatu daerah, dan sebagainya. Mengenai data sekunder ini, peneliti
tidak banyak dapat berbuat untuk menjamin mutunya. Dalam banyak hal, peneliti harus
menerima menurut apa adanya.
Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer,
sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder.

B. Rumusan Masalah
1. Teknik Pengumpulan Data
2. Teknik Penyajian Data
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara,
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya.

Proses Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris,
dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh
ariable-variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah
ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran
penelitian. Variabel-variabel yang diteliti terdapat pada unit analisis yang bersangkutan dalam
sampel penelitian. Data yang dikumpulkan dari setiap ariable ditentukan oleh definisi
operasional ariable yang bersangkutan. Definisi operasional itu menunjuk pada dua hal yang
penting dalam hubungannya dengan pengumpulan data, yaitu ariable empiris dan pengukuran.

1. Teknik Pengumpulan Data


Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan teknik lainnya.

1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara
langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat
atau direkam dengan alat perekam.
Keuntungan wawancara adalah :
a. Wawancara dapat digunakan pada responden yang tidak ari membaca dan
menulis.
b. Jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera
menjelaskannya.
c. Wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan
pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.

Kerugian wawancara adalah :


a. Wawancara memerlukan biaya yang sangat banyak untuk perjalanan dan uang
harian pengumpulan data.
b. Wawancara hanya dapat menjangkau jumlah responden yang lebih kecil.
c. Kehadiran pewawancara mungkin mengganggu responden.

Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut sebagai interview schedule.


Sedangkan catatan garis besar tentang pokok-pokok yang akan ditanyakan disebut
pedoman wawancara (interview guide). Untuk mendapatkan penerimaan dan kerja sama
dengan responden ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan :
 Penampilan fisik
 Sikap dan tingkah laku pewawancara
 Identitas
 Persiapan
 Pewawancara harus bersikap netral dan tidak mengarahkan jawaban atau
tanggapan responden

2. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan
daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang
memberikan tanggapan atas angket yang diajukan.

Keuntungan dari teknik angket adalah :


a. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat dikirim
melalui pos.
b. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relative murah.
c. Angket tidak terlalu menggangu responden karena pengisiannya ditentukan oleh
responden sendiri sesuai dengan kesediaan waktunya.

Kerugiaan teknik angket :


a. Jika angket dikirimkan melalui pos, maka presentasi yang dikembalikan relative
rendah.
b. Angket tidak dapat digunakan untuk responden yang kurang ari membaca dan
menulis.
c. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada
kesempatan untuk mendapat penjelasan.

Pertanyaan-pertanyaan dalam instrument penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam,


yaitu :
a. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan
sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri.
b. Pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan
sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
disediakan.

Dalam membuat jawaban alternative untuk pertanyaan tertutup atau dalam menggolong-
golongkan jawaban yang diberikan pada pertanyaan terbuka perlu diperhatikan
ketentuan-ketentuan berikut :
a. Penggolongan hanya didasarkan atas satu prinsip atau satu dimensi. Dengan
syarat ini adalah untuk menghindari agar seseorang tidak dapat masuk dalam
lebih dari satu golongan.
b. Golongan-golongan yang dibuat harus saling meniadakan, artinya jika seseorang
sudah dimasukan kedalam satu golongan, ia tidak dapat dimasukkan kedalam
golongan lainnya.
c. Golongan-golongan yang dibuat harus menyeluruh, artinya tidak seorang pun
yang tidak termasuk kedalam salah satu golongan yang dibuat.

Terdapat beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam membuat pertanyaan-


pertanyaan untuk instrument penelitian :
 Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan.
 Hindari pernyataan atau pertanyaan ganda.
 Responden harus mampu menjawab. Agar dapat dipercaya. ·         Pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan-pernyataan harus relevan (berkenaan dengan tujuan
penelitian).
 Pertanyaan atau pernyataan yang pendek adalah terbaik. ·        
 Hindari pertanyaan, pernyataan atau istilah bias, termasuk tidak menanyakan
pertanyaan atau mengajukan pertanyaan yang sugestif (mendorong responden
untuk menjawab kearah tertentu).
 Angket yang dikirimkan harus disertai surat pengantar yang menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta siapa penelitinya. Perlu juga untuk melampirkan
sampul pengembalian yang sudah beralamat dan sudah berprangko cukup.

3. Observasi
Observasi atau pengamatan kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Observasi juga diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga
observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung. Sedangkan
observasi tidak langsung adalah pengamatan yan dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan dilakukan tidak pada saat berlangsungnya
suatu peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film,
rangkaian slide, atau rangkaian foto.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang yang melakukan observasi (observer)
agar penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara efektif adalah sebagai
berikut :
a. Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diobservasi.
b. Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus pada penelitian yag
dilaksanakannya.
c. Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data. Pertimbangan
pencatatan langsung ditempat langsung atau setelah observasi haruslah saksama.
Demikian juga alat pencatat data, yaitu Anecdotal record,  catatan berskala, check
list, rating scale  atau  mechanical devide perlu dipertimbangkan.
d. Penentuan kategori pendataan gejala yang diamati, apakah dengan
mempergunakan skala tertentu sekadar mencatat frekuensi munculnya gejala
tanpa klasifikasi tingkatannya sehingga perumusan cirri-ciri setiap kategori
dengan tegas dan jelas sangat perlu.

Keuntungan oservasi adalah :


a. Data yang diperoleh adalah data yang segar.
b. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.

Kerugian observasi adalah :


a. Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan
mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
b. Beberapa tingkah laku, bahkan ari membahayakan jika diamati.

Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang


diamati, observasi dapat dibedakan menjadi :
1) Observasi partisipan (participant observation) ; pengamat ikut  serta dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati.
2) Observasi tak partisipasi (nonparticipant observation) : pengamat berada diluar
sujek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.
Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan , observasi juga dibedakan menjadi
dua bagian :
1) Observasi tak berstruktur : pengamat tidak membawa catatan tingkah laku apa
saja yang harus diamati.

4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada sujek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadi dokumen primer
(dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa), dan
dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya ditulis
oleh orang ini) contohnya otobiografi.
Keuntungan studi dokumentasi adalah :
a. Untuk subjek penelitian yang sukar, studi dokumentasi dapat memberikan jalan
untuk melakukan penelitian.
b. Tak kreatif, karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung dengan
orang, maka data yang diperlukan tidak berpengaruh oleh kehadiran peneliti atau
pengumpulan data.
c. Analisis longitudinal, menjangkau jauh kemasa lalu.
d. Besar sampel. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini memungkin
untuk mengambil sampel yang leig besar karena biaya yang diperlukan relative
kecil.

Kerugian studi dokumentasi adalah :


a. Bias, karena dokumen yang diuat tidak untuk keperluan penelitian, maka data
yang tersedia mungkin bias.
b. Tersedia  secara selektif. Tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca
ulang oleh orang lain.
c. Tidak lengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan
penelitian.
d. Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan penulisan dokumen
yang berbeda dengan tujuan  penelitian, maka formatnya juga dapat bermacam-
macam sehingga ari mempersulit pengumpulan data. Sebagaimana metode
historic, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik terhadap sumber data,
baik kritik internal maupun kritik eksternal.

2. Jenis-Jenis Pengumpulan Data


Segala keterangan mengenai ariable yang diteliti disebut data. Data penelitian pada
dasarnya dikelompokan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Pada kualitatif dinyatakan
dalam bentuk kata atau kalimat. Misalnya, data dalam bentuk tingkatan : pandai, sedang, bodoh,
kaya sekali, kaya, sedang, miskin sekali. Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka.
Dalam penelitian, sering kali data kualitatif, terutama dalam bentuk tingkatan,
ditransformasikan dalam data kuantitatif dengan memberikan symbol angka secara berjenjang
pula, atau dengan menghitung frekuensi secara terpisah satu dengan yang lain. Dengan
transformasi seperti itu analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistic
tertentu.
Dibawah ini akan dikemukakan jenis data kuantitatif, baik berasal dari transformasi data
kualitatif maupun sejak semula sudah bersifat kuantitatif.

1. Data skala nonminal


Data skala nonminal ditetapkan berdasarkan proses penggolongan mencakup
penempatan objek kedalam kategori-kategori yang mempunyai perbedaan kualitatif
bukan berdasar kuantitatif. Dalam ukuran ini, tidak ada asumsi tentang jarak maupun
urutan antara kategori dalam ukuran itu. Satu-satunya hubungan yang ada di antara
kategori-kategori itu adalah bahwa kategori-kategori yang telah ditetapkan itu mewakili
“lebih” atau “kurang”-nya cirri yang ada. Penggolongan mahasiswa berdasarkan jenis
kelamin, laki-laki atau perempuan, misalnya, merupakan contoh data skala nominal.
Angka yang digunakan pada tingkat nominal ini, hanya dipergunakan untuk
mengidentifikasikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap kategorinya
lainnya. Angka hanyalah sekedar “label”. Sebagai contoh angka satu yang diberikan
kepada jenis kelamin perempuan tidak menunjukan bahwa kepandaian perempuan dua
kali dari laki-laki. Demikian juga angka atau nomor yang diberikan kepada para pemain
sepak bola.
Dalam hal ini tidak akan dikatakan bahwa pemain dengan nomor punggung tujuh
merupakan pemain yang lebih baik dari pada pemain yang nomor empat. Demikian pula
tidak akan bahwa perbedaan kemampuan pemimpin antara nomor dua dan empat. Angka
dalam skala nominal sudah tentu tidak dapat diolah secara matematis melalui proses
penambahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Orang hanya dapat menggunakan
prosedur statistic berdasarkan data perhitungan belaka. Misalnya, melaporkan jumlah
hasil pengamatan dalam setiap kategori.

2. Data Skala Ordinal


Data skala ordinal ialah data yang disusun berdasarkan jenjang dalam atribut
tertentu, tanpa menunjukan jarak antara posisi tersebut. Angka yang ditetapkan dalam
data skala ordinal hanya menunjukan urutan posisi, tidak lebih dari itu. Baik peredaan
ataupun perbandingan antara angka-angka tersebut juga tidak ada artinya. Jika angka
1,2,3, dan seterusnya dipakai dalam pengukuran ordinal, maka tidak ada implikasi bahwa
jarak antara urutan 1 dan urutan 2 sama dengan jarak antara urutan 2 dan urutan 3, begitu
seterusnya.
Jarak antara anak yang menduduki urutan 1 dengan anak yang menduduki urutan
2 isa, lebih pendek, atau lebih jauh dari pada jarak antara anak urutan2 dan urutan 3.
Dasar untuk menafsirkan besarnya perbedaan angka-angka itu, tidak ada. Dalam lomba
lari yang tak dihitung waktunya, pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya, kita tidak
mengetahui berapa perbandingan kecepatan pelari itu satu sama lain. Perbedaan antara
pemenang  pertama dan kedua tidak selalu harus sama dengan perebedaan antara
pemenang kedua dan ketiga, atau ketiga dan keempat. Juga tidak dapat dikatakan, pelari
kedua, dua kali lebih cepat dari pada pelari keempat.
Hitungan tambah, kurang, kali, dan bagi tidak dapat digunakan pada data skala
ordinal. Statistic yang sesuai bagi skala ordinal adalah terbatas. Karena besar jarak,
interval antara kategori-kategori tidak diketahui. Statistic, cocok untuk skala ordinal.
3. Data skala interval
Data skala interval adalah data yang ariab jarak interval yang sama dari suatu
titik asal yang tidak tetap. Data ini tidak semata-mata mengurutkan orang atau objek
berdasarkan suatu atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang interval antara satu
orang atau objek dengan orang atau objek lainnya. Tetapi data lain ini tidak memberikan
informasi tentang jumlah absolute atribut yang dimiliki seseorang karena tidak memiliki
titik tolak mutlak. Titik nol pada test psikologi atau test pendidikan tidak ada patokannya.
Sebagai contoh, tidak ada angka kecerdasan nol; tidak ada suatu cara pun dalam
test kecerdasan baku yang dapat dipakai untuk menetapkan bahwa seseorang mempunyai
tingkat kecerdasan nol. Kalau ada tiga orang mahasiswa memperoleh skor 15, 30, dan 45
dalam ujian statistic, tidak dapat dikatakan ahwa mahasiswa yang memperoleh skor 30
mempunyai pengetahuan statistic dua kali lipat dari mahasiswa yang mendapat nilai 15.
Untuk memahami hal itu, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Andai kata dosen statistic tersebut menambah lima belas soal yang sangat mudah,
dan ketiga skor itu kini berubah menjadi 30, 45, dan 60. Kemudian dibuat perbandingan
skor pada skala interval ini, maka akan terjadi kekeliruan laporan bahwa mahasiswa yang
memperoleh niali 60 mempunyai pengetahuan statistic dua kali lipat dari pada mahasiswa
yang memperoleh nilai 30. Dalam perbandingan sebelumnya dianggap bahwa mahasiswa
yang bersangkutan mempunyai pengetahuan statistic tiga kali lipat dari pada mahasiswa
yang lainnya itu.
Meskipun demikian, data skala interval merupakan nilai kuantitatif yang paling
banyak digunakan, karena ia memiliki jarak yang sama antara dua nilai yang terdekat.
Disamping itu, sebagian besar teknik perhitungan statistic dikembangkan dengan
menggunakan data ini.

4. Data Skala Ratio


Data skala ratio adalah skala yang memiliki titik nol sejati, sehingga bilamana
suatu gejala dinyatakan nol berarti gejala itu sama sekali tidak ada. Disamping itu, data
ini mempunyai jarak dalam bentuk satuan yang sama, sehingga gejala-gejala
dimaksudkan dapat dinyatakan, dan dibandingkan secara pasti. Misalnya, seseorang dapat
ariab arti bahwa berat barang 4 kg adalah dua kali lipat berat dan barang yang beratnya 2
kg. demikian pula jarak 4 cm adalah setengah dari jarak 8 cm dan seterusnya.
B. Penyajian Data

Kegiatan pengumpulan data di lapangan akan menghasilkan data angka-angka yang disebut
‘data kasar’ (raw data) yang menunjukkan bahwa data tersebut belum diolah dengan teknik
ariable tertentu. Jadi data tersebut masih berwujud sebagaimana data itu diperoleh yang
bisanya berupa skor dan relative banyak tidak beraturan. Dalam pembuatan laporan penelitian,
data termasuk yang harus dilaporkan. Agar dapat memberikan gambaran yang bermakna, data-
data itu haruslah disajikan ke dalam tampilan yang sistematis dan untuk keperluan
penganalisisan biasanya data itu disusun dalam sebuah aria. Penyajian data ini bertujuan
memudahkan pengolahan data dan pembaca memahami data.

1. Penyajian Data dalam Bentuk Tabel


Pada dasarnya banyak cara untuk menyajikan data sehingga ia dapat dipahami dan
digunakan secara tepat oleh pengolah data. Namun untuk menghasilkan gambaran data yang
komunikatif, harus diingat untuk menyajikan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, penyajian data
dalam bentuk aria bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai jumlah
secara terperinci sehingga memudahkan pengolah data dalam menganalisis data tersebut.
Macam – macam penyajian data dalam bentuk aria antara lain:

1.1 Tabel Baris Kolom


Tabel yang lebih tepat disebut aria baris kolom ini adalah aria-tabel yang dibuat selain
dari aria kontingensi dan distribusi frekuensi yaitu aria yang terdiri dari baris dan kolom
yang mempunyai aria tidak terdiri dari ariab-faktor yang terdiri dari beberapa kategori dan
bukan merupakan data kuantitatif yang dibuat menjadi beberapa kelompok.

Contoh, daftar ip seorang mahasiswa pendidikan matematika

No Semester IP
1 I 3,12

2 II 3,00

3 III 3,39

4 IV 3,37

5 V 2,9

6 VI 3,3

7 VII 3,4

Tabel 1. Baris kolom

2. Tabel Kontingensi
Tabel kontingensi merupakan bagian dari aria baris kolom, akan tetapi aria ini
mempunyai aria khusus, yaitu untuk menyajikan data yang terdiri atas dua ariab atau dua
ariable, ariab yang satu terdiri atas b kategori dan lainnya terdiri atas k kategori, dapat
dibuat daftar kontingensi berukuran b x k dengan b menyatakan baris dan k menyatakan
kolom.
Contoh Banyak Murid Sekolah Di Daerah Inderalaya Menurut Tingkat Sekolah Dan Jenis
Kelamin Tahun 2006

JENIS JUMLAH
KELAMIN
TINGKAT SEKOLAH

SD SMP SMA

Laki – laki 4756 2795 1459 9012

Perempuan 4032 2116 1256 7404

Jumlah 8790 4911 2715 16416

Tabel 2. Tabel kontingensi


2.3 Tabel Silang
Data hasil penelitian yang berupa perhitungan frekuensi pemunculan data juga dapat
disajikan ke dalam bentuk aria silang. Tabel silang dapat hanya terdiri dari satu variable
tetapi dapat juga terdiri dari dua variable. Tergantung pertanyaan atau keadaan yang ingin
dideskripsikan. Dengan demikian, pemilihan penyajian data ke dalam aria silang satu atau
dua variable akan tergantung dari data yang diperoleh.( (Burhan Nurgiyantoro, 2004:42)
Tabel silang satu variable digunakan untuk menggambarkan data dengan menampillkan
satu karakteristiknya saja. Misal jumlah keseluruhan. Sementara aria silang dua variable
digunakan untuk menggambarkan data dengan menampilkan dua karakteristiknya.
Misalnya jumlah keseluruhan dan jumlah per gender.

Contoh:

Dalam suatu penelitian angket pada 34 siswa kelas XI.A tentang mata pelajaran
MIPA yang disukai, diperoleh hasil data sebagai berikut:

No. Mata Pelajaran Jumlah

1 Matematika 11

2 Kimia 10

3 Fisika 7

4 Biologi 6

Tabel 2.1 Penyajian Data dalam bentuk silang satu variable

No. Mata Pelajaran Siswa Yang Menyukai Jumlah

Siswa Laki – Siswa


Laki Perempuan

1 Matematika 8 3 11
2 Kimia 4 6 10

3 Fisika 5 2 7

4 Biologi 2 4 6

Tabel 2.2 Penyajian Data dalam bentuk aria silang dua variable

2. Penyajian Data dalam Bentuk Grafik

Selain dapat disajikan ke dalam bentuk aria sebagaimana dikemukakan di atas, data-data
angka juga dapat disajikan ke dalam bentuk grafik, atau lengkapnya grafik frekuensi. Pembuatan
grafikfrekuensi pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari pembuatan aria distribusi frekuensi
karena pembuatan grafik itu haruslah didasarkan pada aria distribusi frekuensi. Dengan kata
lain, pembuatan aria distribusi frekuensi harus tetap dilakukan baik kita bermaksud maupun
tidak bermaksud membuat grafik frekuensi. Penyajian data angka ke dalam grafik biasanya
dipandang lebih menarik karena data-data itu tersaji dalam bentuk visual. Gambar grafik
frekuensi yang banyak dipergunakan dalam metode ariable adalah histogram, polygon, kurve
dan garis. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:43-44)

3. 1 Grafik Histogram / Batang


Histogram merupakan grafik dari distribusi frekuensi suatu variable. Tampilan
histogram berupa petak-petak empat persegi panjang. Sebagai sumbu horizontal boleh
memakai tepi-tepi kelas, batas-batas kelas atau nilai ariable yang diobservasi, sedang
sumbu vertical menunjukkan frekuensi. Untuk distribusi bergolong atau berkelompok yang
menjadi absis adalah nilai tengah dari masing-masing kelas. (Drs. Ating Somantri,
2006:113)
FREKUENSI
10
9
8
7
6 FREKUENSI
5
4
3
2
1
0
51 – 57 58 – 64 65 – 71 72 – 78 79 – 85 86 – 92 93 – 99

2.2 Grafik Poligon


Poligon merupakan grafik distribusi dari distribusi frekuensi bergolong suatu
variable. Tampilan polygon berupa garis-garis patah yang diperoleh dengan cara
menghubungkan puncak dari masing-masing nilai tengah kelas. Jadi absisnya adalah nilai
tengah dari masing-masing kelas. (Drs. Ating Somantri, 2006:114)
Contoh: Nilai UAS mata kuliah statistika pada kelas PTIK B pada semester
6,klasifikasi nilai serta frekuensi seperti berikut ini:

nilai Frekuensi
1 0
2 0
3 0
4 4
5 5
6 8
7 6
8 10
9 4
10 2
jumlah 39
2.3 Grafik Kurve
Kurve merupakan perataan atau penghalusan dari garis-garis polygon. Gambar
polygon sering tidak rata karena adanya perbedaan frekuensi data skor dan data skor
itu sendiri mencerminkan fluktuasi sampel. Pembuatan kurve dilakukan dengan
meratakan garis gambar polygon yang tidak rata dan terlihat tidak beraturan sehingga
menjadi rata. (Burhan Nurgiyantoro, 2004:49)
& FREKUENSI
25

20

15 & FREKUENSI

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

2.4 Grafik Garis


Grafik garis dibuat biasanya untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan.
Perkembangan tersebut bias naik bias turun. Hal ini akan Nampak secara visual
melalui garis dalam grafik. Dalam grafik terdapat garis vertical yang menunjukkan
jumlah dan yang mendatar menunjukkan variable tertentu yang ditunjukkan pada
gambar dibawah, yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik adalah ketepatan
membuat skala pada garis vertical yang akan mencerminkan keadaan jumlah hasil
observasi. (Dr. Sugiyono, 2002:34)

Contoh : Perkembangan nilai ujian matematika Adit semester 1 tahun ajaran


2012/2013 sebagai berikut:

Ujian Semester ke Nilai

1 80

2 95

3 60

4 100
5 85

NILAI
120

100

80

60 NILAI

40

20

0
1 2 3 4 5
Ujian Semester ke

3. Diagram Lingkaran

Cara lain untuk menyajikan data hasil penelitian adalah dengan diagram lingkaran. Diagram
lingkaran digunakan untuk membandingkan data dari berbagai kelompok. (Dr. Sugiyono,
2002:37)
Contoh: Dari hasil penelitian mengenai pelajaran matematika dengan sampel 50 siswa di smp
negeri 24 prabumulih diperoleh data sebagai berikut:
No Penilaian Jumlah
1 Sangat Suka 12
2 Suka 13
3 Tidak Suka 19
4 Sangat Tidak Suka 6

Penyajian data tersebut dalam diagram lingkaran adalah sebgai berikut:


1. Cari persentase masing-masing data tersebut.
12
 Sangat Suka = x 100 %=24 %
50
13
 Suka = x 100 %=26 %
50
19
 Tidak Suka = x 100 %=38 %
50
6
 Sangat Tidak Suka = x 100 %=12 %
50
2. Cari Luas sudut yang dibutuhkan untuk setiap data.
24
 Sangat Suka = x 360 o=86,4 o
100
26
 Suka = x 360 o=93,6 o
100
38
 Tidak Suka = x 360 o=136,8o
100
12
 Sangat Tidak Suka = x 360 o=43,2 o
100
3. Selanjutnya luas-luas kelompok data tersebut digambarkan ke dalam bentuk lingkaran.

Perbandingan pendapat siswa mengenai


matematika
12%
24% Sangat Suka
Suka
Tidak Suka
Sangat Tidak Suka

38%
26%
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengunmpulan data,ada berbagai teknik pengumpulan dat yang
harus di lakukan diantaranya:
- Wawancara
- Angket
- Observasi
- Studi dokumentasi
2. Setelah melakukan pengumpulan data,maka data-data tersebut akan disajikan dalam
bentuk grafik,table,maupun dalam bentuk diagram lingkaran dikarenakan agar data
tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

B. Saran
Hendaknya para peneliti memperhatikan cara-cara mereka dalam mengambil metode
yang akan digunakan dalam penelitian mereka karena pemilihan metode yang tepat dalam
penelitian akan menentukan hasil dari penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2014. "Teknik dan Alat Pengumpulan Data". http://kang93.blogspot.com, diakses pada
22 Maret 2015

Cicilia.2011. “Cara Penyajian Data”.http://bangeud.blogspot.com,diakses pada 22 maret 2015

Fajriah. 2014. "Makalah Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data". http://miss-


fajriah.blogspot.com, diakses pada 22 Maret 2015

Hendryadi. 2014. "Metode Pengumpulan Data". https://teorionline.wordpress.com, diakses pada


22 Maret 2015

Juwita.2014. “Penyajian data statistic”


http://myperawatworld.blogspot.sg/2014/11/makalah-penyajian-data-statistik-
data.html,diakses pada 23 Maret 2015.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sudjana.2005.Metoda Statistika. Bandung:Larsito Bandung.

Anda mungkin juga menyukai