Anda di halaman 1dari 5

7.5.1.

Permasalahan Surver Dan Cara Mengatasinya

 Permasalahan dari survei

Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode eksperimental. Tanpa
kontrol pada variabel independen, peneliti tidak dapat meyakini sepenuhnya apakah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat (causal)
atau bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan ada-tidaknya hubungan antara
kedua variabel tersebut, sebab untuk menilai hubungan sebab akibat (causal linked) terdapat
sejumlah variabel yang kemungkinan berada di antara keduanya.

Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena pertanyaan yang
tertuang di dalamnya tidak selalu menampung persoalan penelitian. Selain itu, ada kemungkinan
kuesioner dipahami secara berbeda oleh responden.

Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai dengan karakteristik
sampel  yang dituju. Misalnya, dalam wawancara melalui telepon, responden bisa saja
mengklaim dirinya berkesesuaian dengan karakteristik tertentu (umur, pendidikan, pekerjaan,
dan sebagainya).

Beberapa survei dukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan kesediaan berpartisipasi.

Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau perubahan sosial yang terjadi
karena tidak mampu diprediksi sebelumnya oleh peneliti.

Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak semua fenomena dapat
diukur atau terukur sehingga  survei tidak bisa menjangkau semua persoalan.

Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data kualitatif yang sebenarnya
dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan

a.suatu pertanyaan atau pernyataan yang menyatakan tentang situasi yang memerlukan
pemecahan melalui penelitian, atau keputusan atau perlu didiskusikan.
b. pertanyaan yang menanyakan hubungan antar variabel penelitian.
c.kesenjangan antara situasi yang diharapkan dengan situasi yang ada.
d. kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumberdaya
yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut.
e.kesenjangan antara teori dan praktik.

 Cara mengatatasinya yaitu:


1. Mendesain Survei

Semua berawal dari bagaimana kita mendesain sebuah survei. Ini adalah langkah yang paling
awal dan juga merupakan langkah yang paling penting dalam menentukan keberhasilan
sebuah survei. Tidak hanya mendesain pertanyaan kuesioner survei, namun yang paling
penting adalah menentukan tujuan konkret dari survei tersebut

2. Merancang Pertanyaan Kuesioner Survei

Dalam mendesain kuesioner pertanyaan survei, perlu diingat untuk menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti oleh target sasaran demografis yang dituju. Pastikan
pertanyaan yang diajukan jelas, singkat, tidak bertele – tele, sehingga mudah dimengerti.
Kualitas pertanyaan dalam kuesioner survei akan sangat menentukan kualitas jawaban respon
yang tentunya akan mempengaruhi hasil akhir survei tersebut.

3. Mengumpulkan Respon

Ada banyak metode yang dapat dipilih untuk mengumpulkan respon dari pertanyaan
kuesioner survei yang telah disusun

4. Menganalisa Respon

Proses yang diperlukan dalam melakukan analisa data terhadap respon hasil jawaban sebuah
survei akan sangat berbeda – beda antar survei yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari
jenis pertanyaan yang digunakan. Jika sebuah pertanyaan kuesioner survei dirancang dengan
baik, maka pada umumnya proses analisa data pun akan dapat menjadi lebih mudah dan lebih
cepat untuk dilakukan, dan hasil kesimpulan yang didapat pun akan lebih berkualitas.
Beberapa jenis proses analisa yang digunakan pada umumnya adalah penyaringan respon
sesuai responden atau kriteria tertentu lainnya, dilakukan tabulasi data, dan perbandingan data

7.6. Survei Dikirim Lewat Komputer (computer delivered survey)

Survei dikirimkan lewat computer

Survei dikirimkan menggunakan komputer, misalnya internet. Penyebaran dapat dilakukan lewat
email dan media lainnya yang dikirimkan lewat komputer. Kelebihan survei ini yaitu dapat
menjangkau subjek yang lebih luas? biaya lebih murah? :privasi terjaga karena :peneliti tidak
mengenali responden sebab tidak ada kontak langsung. Adapun kekurangannya yaitu kuesioner
harus benar-benar jelas bagi responden dan tidak dapat dipastikan bahka responden sendiri yang
menjawab kuesioner bukan orang lain.
7.7. Teknik Pengumpulan Data Arsip

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode wawancara
dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya
telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur.

a. Wawancara terstruktur

Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar
pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian
seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-poin
penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor
dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari
responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat
dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar. Metode pengumpulan data
observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

a. Participant observation

Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

b. Non participant observation


Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan observasi
yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.

3. Angket (kuesioner)

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah mengetahui dengan
pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner
juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni
kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang memberikan
kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian. Seiring
dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode kuesioner yang
memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti,
namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan
mereka.

4. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada
subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam
dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Dokumen primer

Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi

b. Dokumen sekunder

Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain,
misalnya: biografi.

7.8.Pengalaman-Pengalaman Penulis

 Dari pengalaman wawancara yang penulis utarakan dapat diambil beberapa kesimpulan yang
dapat dipetik yaitu:
1. Pewawancara harus bisa menguasai tema wawancara agar jalannya wawancara dapat berjalan
sesuai yang diinginkan;

2. Dalam wawancara terdapat tahapan yang harus dilewati, yang pertama yaitu tahap penjajakan,
kedua yaitu pencarian narasumber yang berkaitan dengan objek penelitian, dan terakhir yaitu
wawancara.

3.Pewawancara harus mempunyai kemampuan untuk mencairkan suasana, agar tidak terjadi
kekakuan dalam wawancara, serta seni untuk meluruskan jalannya wawancara apabila
wawancara dirasa telah melenceng dari topic atau konteks pembicaraan.

4.Dalam wawancara, pewawancara harus memiliki etika, seperti tidak menggurui dan selalu
menyimak dengan benar apa yang diutarakan oleh narasumber, dan menampakkan antusiasme
terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber, agar narasumber merasa tenang,
senang, rileks, dan dihargai.

Anda mungkin juga menyukai