Anda di halaman 1dari 4

ASPEK PERILAKU DALAM AKUNTANSI

“ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Fitria Husnatarina, SE., M.Si, Ak, CA

Nama : Reni Herlina

Nim : BCA 117 205

Kelas : C

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
Jl. HENDRIK TIMANG, PALANGKA RAYA
Judul : Corporate Social Responsibility in the Mexican Oil Industry: Social Impact Assessment as a Tool for Local
Develompent

Penulis : Armando Garcia-Chiang

1. Latar Belakang
Selama dua dekade terakhir, pengembangan CSR di Meksiko telah terikat erat dengan beberapa insiatif dalam
sektor bisnis. Pada tahun 1990-an organisasi pertama telah mulai menerapkan CSR, bahkan mengintegrasikan CSR
sebagai bisnis utama hingga tahap awal. Banyak perusahaan besar hingga perusahaan UKM yang mengembangkan
dan mengimplementasikan banyak strategi untuk mempromosikan dan mendorong CSR ke dalam skema bisnis
mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keadaan nasional dan internasional sangat penting untuk memasukkan
aktor baru ke dalam perdebatan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sementara perusahaan parastatal besar adalah
di antara aktor-aktor baru ini, ada juga organisasi masyarakat sipil yang telah menyatakan keprihatinan mereka tentang
dampak sektor swasta dan negara pada hak asasi manusia, lingkungan, dan masyarakat adat serta pada isu-isu gender
dan anti-korupsi.
Perusahaan minyak tampaknya terus bertindak berdasarkan prinsip meminimalkan dampak dan konon,
membalikkan dampak industri minyak (Flores 2009; Frynas 2009). Industri semacam ini di Meksiko seharusnya
terikat oleh kebijakan CSR, tetapi hal ini masih jauh dari kenyataan dilapangan. Kuncinya adalah menerapkan skema
CSR secara holistik. Artinya, ruang lingkup tindakan mereka harus dimulai dalam perusahaan yang kemudian
diperluas ke agen dan lingkungan sekitarnya. CSR tidak boleh dilakukan dengan sia-sia. Sebaliknya, perusahaan harus
mengintegrasikan masalah sosial dan lingkungan dalam operasi bisnisnya secara sukarela dengan mempromosikan
hubungan yang berkelanjutan dengan semua pemangku kepentingan yang dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.

2. Tujuan
Tujuan artikel ini yang pertama adalah untuk menunjukkan kasus pengalaman perintis di Meksiko mengenai
hubungan antara akademisi dan segmen perusahaan minyak yang mencoba menilai dampak sosial dari kegiatan
perusahaan mereka dan mengimplementasikan skema CSR dibawah peraturan federal Meksiko. Tujuan kedua adalah
untuk menunjukkan bahwa terdapat dua kondisi penting yang harus dimiliki oleh tindakan CSR dalam menghasilkan
pengembangan daerah setempat dimana eksploitasi minyak berada, yaitu “teritorialisasi” dari proposal serta membuat
berbagai jenis tindakan CSR.

3. Rumusan Masalah
a. Apakah penerapan CSR yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku?
b. Apakah penerapan CSR telah memberikan banyak kontribusi terhadap pembangunan lokal?
c. Apa saja langkah-langkah yang perlu diterapkan untuk mengembangkan pembangunan lokal?

4. Pembahasan/Hasil
Dalam Rencana Bisnis PEMEX 2010-2025 disebutkan bahwa CSR didefinisikan sebagai salah satu dari empat
baris tindakan untuk mengatasi 23 tantangan bisnis utama. Perusahaan berusaha menggunakan CSR untuk
meningkatkan citra dan hubungannya dengan para pemangku kepentingan serta memasukkan perlindungan
lingkungan dan tanggung jawab sosial sebagai elemen kunci operasinya.
Dalam kasus CIEP, perusahaan minyak dan gas diminta untuk analisis melakukan sosial ekonomi dasar bersama
dengan studi lingkungan awal, menetapkan rencana CSR, dan menentukan proposal untuk mendorong perkembangan
sosial dari populasi yang tinggal di area kontrak minyak tanah ini. Namun, tidak ada format khusus yang diperlukan
untuk studi ini, masing-masing perusahaan bebas untuk melaksanakannya sesuai dengan keinginan mereka. Karena
itulah, peneliti dari Universidad Autonoma Metropolitana, Unidad Iztapalapa (UAMI) mengembangkan sembilan
dasar studi dasar ekonomi-sosial yang merupakan dasar rencana CSR.
Peraturan Undang-undang Industri Listrik dan Hidrokarbon yang baru menyiratkan pembentukan Penilaian
Dampak Sosial (SIA, bernama EvIS dalam Meksiko) yang dibuat sesuai dengan parameter internasional dan
dikembangkan menjadi tiga format, berlabel A, B, dan C. Kesepakatan pertama yaitu dengan menjual bensin ke publik
dan menghasilkan energi listrik hingga 2,5 MW, dan yang kedua mengacu pada penyimpanan gas dan minyak serta
menghasilkan energi listrik hingga 50 MW. Format ketiga berkaitan dengan masalah yang lebih kompleks, termasuk
blok minyak yang dapat dieksploitasi oleh perusahaan swasta. Dengan demikian, pembentukan yang benar dari studi
semacam ini serta pelaksanaan tindakan pembangunan sosial yang diidentifikasi secara memadai dapat berkontribusi
pada pembangunan daerah.
Integrasi metodologis memungkinkan terciptanya "diagnosis sosio-teritorial," yang merupakan dasar untuk
mengidentifikasi bidang peluang dan proposal CSR yang berfokus pada pengembangan pembangunan lokal dengan
meningkatkan kondisi kehidupan populasi yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh industri minyak
yang terdiri atas enam langkah:1) Membuat garis dasar sosial sesuai dengan indikator demografis, ekonomi,
pendidikan, kesehatan, migrasi, agama, dan perumahan serta ketersediaan barang dan faktor lainnya; 2) Menganalisis
dampak sosial-spasial dari industri minyak dengan menciptakan sistem informasi geografis dan merancang metodologi
pemetaan berdasarkan chorem untuk menunjukkan sifat teritorial industri ini melalui hubungan antara unsur-unsurnya
dan banyak pusat populasi; 3) Melakukan survei sosial-ekonomi untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial dan
ekonomi yang menentukan kebutuhan, keinginan, dan/atau tuntutan masyarakat di kawasan minyak; 4)
Mengembangkan wawancara terstruktur dan semi-terstruktur dengan pemangku kepentingan sosial dan kelembagaan
utama di wilayah studi; 5) Membuat matriks sosial yang menunjuk dan memberi warna pada berbagai indikator sosial
ekonomi sesuai dengan tingkat dampak operasi minyak di wilayah tersebut; 6) Mengembangkan rencana CSR yang
menetapkan pedoman untuk tindakan perusahaan di lapangan serta proposal yang berasal dari langkah-langkah yang
disebutkan di atas.
Bestratén-Belloví dan Pujol-Senovilla (2003) menetapkan klasifikasi tanggung jawab sosial dengan
mempertimbangkan pemangku kepentingan utama, pekerja, dan masyarakat. Tanggung jawab utama melekat pada
aktivitas spesifik perusahaan. Jika perusahaan lalai untuk memastikan operasi yang tepat dengan tidak memperhatikan
tanggung jawab ini secara memadai, mungkin ada konsekuensi parah yang bahkan dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup perusahaan. Tindakan primer terbatas pada lingkungan internal perusahaan dan tidak termasuk dalam
melaksanakan proyek aksi masyarakat. Tanggung jawab sekunder melibatkan peningkatan efek dari aktivitas spesifik
yang sama pada kelompok sosial yang saling tergantung dalam perusahaan, dan mereka selalu melampaui batas
minimum yang disyaratkan. Dalam tindakan sekunder, yang terkait langsung dengan kegiatan produktif perusahaan,
misalnya, memfasilitasi pekerjaan dan kegiatan ekonomi di masyarakat atau daerah setempat. Dan yang terakhir
adalah tanggung jawab tersier, mencakup tindakan untuk meningkatkan aspek-aspek tertentu dari lingkungan sosial
mereka di luar kegiatan khusus ini. Adapun kegiatan tersier, perusahaan berkontribusi untuk meningkatkan lingkungan
sosial-budaya, bekerja dengan cara yang berbeda dengan pusat-pusat pendidikan bisnis dan kejuruan di bidang
pengaruh mereka, mensponsori atau menawarkan perlindungan seni dan kegiatan budaya, atau membantu kelompok
yang membutuhkan (Bestratén -Belloví dan PujolSenovilla 2003).

5. Kesimpulan
CSR di Meksiko masih belum diimplementasikan dengan baik karena perusahaan memanfaatkan CSR hanya
demi citra perusahaan semata. Perusahaan masih belum memberikan kontribusi besar terhadap masyarakat maupun
untuk pengembangan lokal karena mereka hanya terfokus dalam pengembangan jangka pendek dengan anggaran yang
relatif rendah seperti renovasi sekolah atau menyumbang perbekalan kesehatan. Padalah perusahaan seharusnya juga
mementingkan dampak lingkungan sekitarnya sebagai akibat dari proses bisnis mereka, dimana hal ini tentunya tidak
merugikan perusahaan dan malah akan dipandang baik oleh masyarakat yang menerima dampak langsung mapun
tidak langsung dari aktivitas perusahaan tersebut.
Agar pengembangan lokal dapat benar-benar berhasil dilakukan, diperlukan dua kondisi penting yaitu
“teritorialisasi” dari proposal serta menciptakan berbagai tindakan CSR. Dalam konteks ini, tindakan CSR harus lebih
ambisius dan tidak harus memperioritaskan tindakan jangka pendek semata namun juga harus berkontribusi pada
kegiatan atau pembangunan jangka panjang. Proyek dan program yang dijalankan oleh perusahaan perlu dipromosikan
dengan benar agar dapat memberikan kontribusi lebih terhadap pembangunan lokal.

6. Saran (Future Research)


Untuk perusahaan, kedepannya agar dapat lebih memperhatikan dampak sosial lingkungan dari aktivitas bisnis
yang dijalankan serta mampu memberi kontribusi lebih terhadap masyarakat dan pembangunan daerah dalam rangka
sebagai bentuk tanggung jawab dan melakukannya dengan sukarela. Untuk penelitian selanjutnya (future research)
sebaiknya peneliti dapat melakukan penelitian pada lebih dari satu sektor perusahaan sebagai sampel penelitian. Hal
ini bertujuan untuk dapat membarikan gambaran serta membandingkan pengungkapan CSR mana yang lebih baik atau
buruk diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Misalnya penelitian dengan topik yang sama pada perusahaan
pertambangan, pertanian, serta industri dasar & kimia dalam satu judul penelitian.

Anda mungkin juga menyukai