Anda di halaman 1dari 18

A.

Jenis Jenis Instrumen Penelitian dan Pengukuran


1. Instrumen Penelitian
Menurut Notoadmojo, Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mendapatkan atau mengumpulkan data. Caranya bisa dengan menggunakan kuesioner,
formulir observasi, formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data, dan lain-lain. Ada
beberapa jenis instrumen penelitian yang biasanya digunakan oleh peneliti. Instrumen ini
dapat dipakai untuk penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis,
disertasi, laporan, dan sebagainya. Instrumen penelitian juga digunakan untuk penelitian
kualitatif maupun penelitian kuantitatif. Berikut ini adalah beberapa instrumen penelitian:
a. Kuesioner
Kuesioner adalah instrumen yang berisi daftar pertanyaan. Biasanya digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian dari responden. Kuesioner berisi serangkaian
pertanyaan yang dibuat secara terstruktur dan tidak. Jika kuesioner salah, hasil peneltian
pun juga akan salah. Untuk itu, kuesioner harus dibentuk dan dirancang secara valid,
reliabel, dan tidak palsu. Hal ini dilakukan supaya data yang didapatkan bisa divalidasi.
Menurut Popoola, kuesioner yang baik memiliki kriteria, yakni:
 Pertanyaan tidak boleh ambigu dan harus mempunyai satu interpretasi.
 Pertanyaan harus mudah dipahami.
 Pertanyaan harus mampu memiliki jawaban yang tepat.
 Pertanyaan tidak boleh mengandung kata-kata yang tidak jelas artinya.
 Pertanyaan seharusnya tidak memerlukan perhitungan yang ketat.
 Pertanyaan tidak mengharuskan responden untuk memutuskan klasifikasi.
 Pertanyaan tidak boleh memicu jawaban yang bias.
 Kuesioner tidak boleh terlalu panjang.
 Pertanyaan tidak terlalu bertele-tele.
 Kuesioner harus mencakup objek yang tepat.
Jika dibandingkan dengan jenis instrumen lainnya, kuesioner memiliki
keunggulan data pribadi responden dapat disembunyikan; jadi responden bisa anonim.
Data yang dikumpulkan dapat berjumlah besar dalam waktu relatif singkat.
Hanya saja, kueseiner pun tak luput dari kelemahan. Terkadang beberapa
pertanyaan dalam kuesioner yang membingungkan tidak dapat diklasifikasikan. Hal ini
disebabkan karena peneliti tidak ada di tempat untuk menjelaskan pertanyaan yang sulit
bagi responden.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap dipakai untuk
penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan informasi dari
responden melalui interaksi verbal. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan
terstruktur yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti kemudian bertemu dengan
narasumber dan mengajukan pertanyaan.
Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan selama periode wawancara
adalah tape recorder, kertas, pulpen, laptop, dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan
secara pribadi atau melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).
Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan tingkat respon
yang tinggi. Selain itu, wawancara lebih mewakili seluruh populasi penelitian. Selain
itu, kontak pribadi antara peneliti dan responden memungkinkan peneliti untuk
menjelaskan pertanyaan membingungkan dan ambigu secara detail.
Sama seperti kuesioner, wawancara pun tak luput dari kelemahan. Instrumen ini
memiliki kelemahan, yaitu jumlah narasumber yang dijangkau tidak banyak karena
keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.
c. Observasi
Jenis instrumen selanjutnya adalah observasi. Metode ini dipakai seorang peneliti
untuk mengamati perilaku atau situasi individu. Sejauh ini, ada dua jenis observasi
yakni observasi partisipan dan observasi non-partisipan. Dalam observasi partisipan,
peneliti adalah anggota kelompok yang akan diamati.
Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti, tetapi kadang
memiliki masalah bias. Sedangkan dalam pengamatan non-partisipan, peneliti bukan
anggota kelompok yang akan diamati. Sehingga hasilnya lebih layak karena bebas dari
bias tetapi memiliki masalah ketidaktepatan dan hasil yang tertunda.
Kelebihan metode observasi yakni lebih fleksibel dan lebih murah untuk
dijalankan. Metode ini menuntut kerjasama yang kurang aktif dari yang diamati dan
hasilnya dapat diandalkan untuk kegiatan penelitian. Namun Akinade & Owolabi
menegaskan metode observasi adalah alat yang populer dalam penelitian terutama
dalam ilmu perilaku dan sosial.
Metode ini memerlukan keterampilan khusus untuk membuat dan menilai
pengamatan perilaku dalam penelitian. Ketika melakukan pengamatan perilaku, hal
pertama yang harus kamu lakukan adalah mengembangkan kategori perilaku (skema
pengkodean). Cara ini melibatkan pengidentifikasian atribut spesifik yang akan
memberikan petunjuk untuk masalah yang dihadapi.
d. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)
Instrumen penelitian dalam bentuk diskusi ini pun bisa digunakan untuk
mendapatkan data. Instrumen pengumpulan data ini memungkinan peneliti untuk
mendapatkan data dari sekelompok besar orang pada saat yang sama. Metode ini
berbeda dari metode wawancara.
Bila dalam metode wawancara peneliti berfokus pada satu orang pada satu waktu,
maka dalam metode diskusi kelompok terarah, peneliti memperoleh data dari sejumlah
besar orang untuk kegiatan penelitiannya. Biasanya metode diskusi kelompok terarah
sangat populer ketika melakukan penelitian yang berkaitan dengan behavioral
(perilaku), perpustakaan dan ilmu informasi, ilmu kearsipan, catatan dan teknologi
informasi.
Dalam FGD, seorang peneliti harus mengidentifikasi informan kunci yang dapat
dihubungi. Tujuannya untuk memperoleh informasi yang layak tentang variabel yang
dikaji dalam penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data penelitian
kualitatif dalam menjelaskan suatu fenomena yang sedang diteliti atau diselidiki.
Syarat lainnya, keanggotaan FDG tidak boleh lebih dari 10 orang. Hal ini seperti
konferensi mini, yakni anggota kelompok dapat berkumpul di lokasi yang kondusif.
Sebelum pelaksanaan FGD, peneliti harus mendapatkan persetujuan dari partisipan
terlebih dahulu. Selain itu, peneliti harus merancang panduan FGD yang biasanya berisi
garis besar untuk menangkap variabel yang menarik.
Keuntungan utama dari metode ini adalah menambah kredibilitas dan orisinalitas
pada kegiatan penelitian. Sementara itu, tantangan metode FGD meliputi terlalu banyak
biaya untuk dilakukan, terlalu banyak waktu untuk melakukan, dan beberapa responden
mungkin tidak bebas untuk berkontribusi.
e. Eksperimen atau Percobaan
Jenis pengumpulan data berikutnya adalah eksperimen. Metode ini berlangsung
dalam penelitian sains murni dan terapan. Jadi para peneliti melakukan beberapa
percobaan dalam pengaturan laboratorium untuk menguji beberapa reaksi yang
mungkin terjadi pada objek penelitian.
Kelebihan dari metode eksperimen adalah menghasilkan data langsung, hasilnya
dapat bertahan dan bebas dari kesalahan jika dijalankan dengan baik dalam kondisi atau
keadaan normal. Kelemahannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup mahal terlalu
mahal. Bila dalam penelitian di laboratorium maka bahan kimia yang digunakan dapat
menyebabkan kerusakan permanen jika mereka ditangani dengan ceroboh
f. Tes
Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, latihan, lembar kerja dan lain
sebagainya yang memiliki tujuan sebagai alat ukur keterampilan, intelegensi,
kemampuan hingga bakat yang dimiliki oleh suatu individu atau kelompok yang
menjadi subjek penelitian.
Tes tersebut nantinya dapat berupa soal-soal terstandarisasi yang mengharuskan
subjek penelitian untuk menjawabnya guna memperoleh hasil tertentu. Contohnya
seperti tes kepribadian, tes minat bakat, tes potensi akademik, tes pencapaian, dan lain
sebagainya.
g. Skala Bertingkat
Skala bertingkat juga disebut dengan rating, yaitu suatu ukuran objektif yang
dibuat berskala atau bertingkat. Instrumen ini memudahkan peneliti untuk memberikan
gambaran penampilan yang kemudian dapat menunjukkan frekuensi munculnya sifat-
sifat tertentu.
Instrumen ini juga berguna untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek tertentu
dari suatu barang dalam bentuk skala yang sifatnya ordinal seperti sangat baik, baik,
sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik.
h. Dokumentasi Intrumen Penelitian
Dokumentasi merujuk kepada barang-barang tertulis. Instrumen ini
memungkinkan peneliti memperoleh data melalui penelitian terhadap benda-benda
tertulis, seperti buku, majalah, catatan harian, artefak, video dan lain sebagainya.
Instrumen ini dikembangkan dalam penelitian dengan pendekatan analisis isi. Oleh
karenanya, biasanya digunakan dalam penelitian seperti bukti-bukti sejarah, landasan
hukum suatu peraturan, dan lain sebagainya.
2. Pengukuran Penelitian
Skala pengukuran dalam penelitian memiliki pengertian sebagai sarana untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang telah ditentukan dalam satuan alat ukur.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk dapat mengetahui panjang pendeknya interval
dapat dilakukan menggunakan alat ukur atau alat pengukuran.
Kemudian, skala pengukuran dalam penelitian yang diukur menggunakan alat ukur
ini digunakan untuk mengkuanlifiikasi informasi yang diberikan oleh konsumen, jika
mereka diharuskan menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan dalam suatu kuesioner.
Skala pengukuran dalam penelitian juga biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan
variabel.
Variabel yang sudah diklasifikasikan akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Skala pengukuran
dalam penelitian juga merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bisa digunakan dalam pengukuran yang menghasilkan data kuantitatif. Skala
pengukuran tersebut nantinya akan menggambarkan sifat informasi dalam nilai yang
diberikan pada suatu variabel dan hal ini menghubungkan nilai-nilai yang diberikan pada
suatu variabel satu sama lain, sehingga tingkat pengukuran nilai dan informasi lainnya jelas
dan terarah.
Skala pengukuran dalam penelitian pada dasarnya dibagi menjadi empat jenis.
Berikut merupakan macam-macam skala pengukuran dalam penelitian.
a. Skala Nominal
Skala nominal adalah skala pengukuran yang paling sering digunakan. Hal ini
karena skala nominal bentuknya paling sederhana, tetapi hanya cocok digunakan untuk
penelitian yang mencari pengkategorian saja. Contohnya kategori tabel, simbol,
lambang, dan lain sebagainya, di mana skala ini berperan mengelompokkan data sesuai
kategorisasinya.
Biasanya, kategori yang dilakukan di lapangan menggunakan simbolisasi yang
fungsinya membedakan kelompok atau objek maupun kelompok subjek. Biasanya,
tanda skala nominal berupa mutually exclusive yang mana setiap objeknya memiliki
satu kategori saja. Selain itu, skala nominal tidak memiliki aturan terstruktur atau
disebut abstrak. Ciri-ciri skala nominal:
1) Tidak dijumlah bilangan pecahan
2) Tidak memiliki ranking
3) Tidak memiliki nol mutlak
4) Angka hanya sebagai label saja
5) Tidak memiliki ukuran yang baru
6) Menggunakan statistik non parametrik
b. Skala Ordinal
Skala pengukuran dalam penelitian yang kedua adalah skala ordinal. Skala ordinal
adalah skala pengukuran yang menunjukkan jarak interval antar-tingkatan tidak harus
sama. Skala ordinal setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan skala nominal. Skala
ordinal ini pengkategorisasiannya disusun berdasarkan urutan terendah ke tingkat yang
lebih tinggi.
Dari segi pengkategorisasiannya, skala ordinal ini saling memisah. Artinya,
karakteristik dalam segi kategorisasinya dibuat secara khusus berdasarkan kategori data
dari karakteristik masing-masing. Ciri-ciri skala ordinal:
1) Data saling memisah
2) Data bersifat logis dan mengikuti aturan
3) Kategori data ditentukan oleh skala yang didasarkan pada jumlah karakteristik
yang dimiliki
c. Skala Interval
Skala interval merupakan skala pengukuran yang sering digunakan untuk
menyatakan sebuah peringkat antara berbagai tingkatan. Pada skala interval, tidak
memiliki nilai nol. Sehingga nilai nol yang dimaksud hanya menggambarkan satu titik
di dalam skala saja. Dari tingkatannya, skala interval berada di atas skala ordinal dan
skala nominal.
Namun, skala interval tetap memiliki nilai dan bobot yang sama dari satu data
dengan data yang lain. Sama dengan skala ordinal, skala interval ini bersifat saling
memisah dan untuk kategorisasi datanya diatur dan disusun secara logis, sehingga
datanya memiliki karakteristik khusus dalam penentuan skalanya. Ciri-ciri skala
interval:
1) Data bersifat logis
2) Data saling memisah
3) Data ditentukan berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang dimiliki
4) Angka “0” hanya menggambarkan titik pada skala, tetapi sebenarnya tidak
memiliki nilai nol yang absolut.
d. Skala Rasio
Skala pengukuran dalam penelitian terakhir adalah skala rasio yang mana
digunakan untuk mengukur data dalam penelitian yang lebih sering digunakan untuk
membedakan, mengurutkan, dan membandingkan data. Skala rasio menjadi skala paling
tinggi dari tiga skala lainnya. Ciri-ciri skala rasio:
1) Data bersifat saling memisah
2) Data bersifat logis dan mengikuti aturan
3) Kategori data ditentukan skala berdasarkan karakteristik khusus
Jika macam-macam skala pengukuran data ada empat seperti yang sudah dijelaskan
di atas, maka ada empat macam juga skala pengukuran dalam penelitian yang akan
dijelaskan di bawah ini.
a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial. Skala likert dalam penelitian tentang
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang diukur akan dijabarkan
menggunakan indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolok ukur untuk
menyusun aspek-aspek atau instrumen yang berupa pernyataan atau pernyataan, baik
yang sifatnya favorable atau positif dan yang sifatnya unfavorable atau yang sifatnya
negatif.
b. Skala Guttman
Skala guttman merupakan skala pengukuran yang tipenya peneliti akan mendapat
jawaban yang tegas. Yaitu jawaban ya atau jawaban tidak, jawaban benar, atau jawaban
salah, jawaban pernah, atau jawaban tidak pernah. Data yang diperoleh pada skala
guttman ini berupa data interval atau rasio dikotomi atau dua alternatif.
Perbedaannya dengan skala likert terdapat pada intervalnya. Jika skala likert
intervalnya 1, 2, 3, 4, 5, yakni “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”. Sementara
itu skala guttman yakni hanya ada pada interval “setuju atau tidak setuju”. Penelitian
pada skala guttman ini bisa dilakukan bila peneliti ingin mendapatkan jawaban yang
tegas terhadap permasalahan yang jadi pertanyaan.
c. Skala Semantic Differential
Skala pengukuran dalam penelitian selanjutnya adalah skala semantic differential
atau semantik diferensial. Artinya, skala ini bisa digunakan untuk mengukur sikap, akan
tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist, melainkan tersusun dalam satu
garis kontinyu yang jawaban paling positif berada di bagian kanan garis dan jawaban
sangat negatif di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh dalam skala ini adalah data interval. Artinya, skala ini
biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki
orang yang berbeda-beda.
d. Skala Rating
Skala terakhir adalah skala rating atau penilaian yang diperoleh melalui data
kuantitatif atau angka yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Sama
seperti skala yang lainnya, dalam skala rating ini, responden akan memilih salah satu
jawaban kuantitatif yang sudah disediakan.
Sifat dari skala rating adalah fleksibel dan tidak hanya bisa dipakai untuk
mengukur sikap, tetapi juga bisa digunakan untuk mengukur persepsi responden
terhadap fenomena lingkungan. Misalnya skala untuk mengukur status sosial, status
ekonomi, kemampuan, dan lain sebagainya.
Hal terpenting yang harus dimiliki saat menggunakan skala ini adalah kemampuan
seseorang dalam menerjemahkan alternatif jawaban pilihan responden.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengertian Teknik Pengumpulan Data
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian teknik pengumpulan data adalah
proses, cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Teknik pengumpulan data
ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data.
Teknik (cara atau metode) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam
benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang
diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah
dibutuhkan pengumpulan data. Dalam teknik pengumpulan data diperlukan instrumen.
Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai
oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian
(berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Ibnu Hadjar berpendapat bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Sementara itu, Sumadi Suryabrata
menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada
umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari uraian beberapa pakar di atas, dapat kami ambil suatu generalisasi bahwa
teknik pengumpulan data dan instrumennya adalah teknik dan alat bantu yang digunakan
dalam sebuah research untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara
kuantitatif atau kualitatif kemudian disusun secara sistematis.
2. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang diperlukan disini adalah teknik pengumpulan data mana yang
paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat
menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut.
Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data dalam satu penelitian akan berakibat
langsung terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan teknik
dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara
sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan
peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data
ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan
kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti
dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian
kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah
kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data:
observasi, focus group discussion (FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan
studi kasus (case study). Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik
pengumpulan data: observasi, angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.
Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:
a. Observasi (pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa
“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi
(participant observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt
observastion and covert observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation),[5] masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai
dengan karakteristik objek material sumber data penelitian.
1) Observasi Partisipatif (participant observastion).
Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang
tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan
mengembangkan keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok orang
dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah
tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.
Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant observation, the
researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their
activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan
orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas
mereka.
Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang
terjadi di lapangan penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam
kategori peran partisipan dilapangan yaitu:
a) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota
penuh dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun
dari yang diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
b) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini
sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik
maupun psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.
c) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat
ikut melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati
meskipun belum sepenuhnya.
d) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati
terpisah, informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa
diamati.
2) Observasi Terus Terang atau Tersamar
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya
adalah untuk menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara
alamiah (natural setting). Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana
menerapkan teknik pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar benar-
benar data diperolehnya bersifat alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data
“menyatakan terus terang kepada sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya,
bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam penelitian”. Pada tipe ini semua
proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya oleh orang yang diteliti.
“Tapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak
akan diijinkan untuk melakukan observasi.
3) Observasi Tak Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus
penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi
berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian
kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan
pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu
secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak
menggunakan instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki
tahapan dan objek yang observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif,
Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi. Dan objek yang diobservasi adalah
ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan (aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item
pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang
terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu;
Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-
tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu
menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi;
Perasaan yang dirasakan dan dinyatakan.
b. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden
untuk diisi. Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini dibagi
menjadi dua:
1) Kuesioner terbuka (Opene and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak
disediakan jawaban pilihan sehingga responden dapat bebas/terbuka luas untuk
menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan dan pengetahuannya.
a) Kelebihan kuesioner terbuka adalah :
 Menyusun pertanyaan sangat mudah
 Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan mencurahkan
isi hati dan pemikirannya.
b) Kelemahan kusioner terbuka adalah :
 Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan jawaban karena
sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh responden
 Pengolahan jawaban memakan waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti
harus membaca satu persatu
 Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit
dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden
 Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu
luang untuk menjawab.
2) Koesioner tertutup (Closed and Items)
Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah
disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari
jawaban yang telah disediakan.
a) Kelebihan kuesioner tertutup adalah :
 Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk
 Untuk peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban
menjadi singkat karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator
 Untuk responden, mudah memilih jawaban
 Untuk responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu singkat.
b) Kelemahan kuestioner tertutup adalah :
 Untuk peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati agar tidak
ditafsirkan lain (berarti ganda)
 Untuk responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.
c. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh
pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of
two persons to exchange information and idea through question and responses,
resulting in-communication and joint construction of meaning about a particular topic”.
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan
adalah produksi bersama peneliti dan anggota. Anggota yang peserta aktif yang
wawasan, perasaan, dan kerjasama merupakan bagian penting dari proses diskusi yang
mengungkapkan makna subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan
bagaimana dia mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai
topik, dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun responden.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara
terstruktur (structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview);
Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah
dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Jenis pertanyan yang dapat ditanyakan dalam wawancara adalah:


1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang
lazim dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga,
jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan
secara deskriptif.
6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.
Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan
terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupi dimensi
waktu, seperti tentang apa-apa yang dikerjakan responden di masa lampau, sekarang
dan akan datang. Dan pada intinya pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus
berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun
alat-alat yang digunakan dalam kegiatan wawancara adalah:
1) Buku catatan, berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan dengan
sumber data, sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook yang dapat
digunakan untuk mencatat hasil pembicaraan.
2) Tape recorder, berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan
boleh atau tidak.
3) Kamera, berguna untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan
keabsahan dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
d. Document (Dokumen)
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang
berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar
hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain
sebagainya.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dokumen merupakan rekaman kejadian
masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku
harian dan dokumen-dokumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal,
komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan
data statistik pengajaran.[23] Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non
manusia (non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala
dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan
dokumen dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1) Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi
pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui.
Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
2) Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena
memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena
berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
3) Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa
kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat
dokumen tersebut.
4) Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan
dengan kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat,
kiyai, ulama’, atau tokoh lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya jika
didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel
yang tinggi, misalnya terdapat berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena
foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk
dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Fandy. 2021. Instrumen Penelitian: Pengertian, Fungsi, Jenis-Jenis, dan Contohnya. https://www.
gramedia.com/literasi/instrumen-penelitian/. (Diakses pada September 2023).
Salma. 2021. Skala Pengukuran dalam Penelitian: Pengertian, Jenis-Jenis, dan Contoh.
https://penerbitdeepublish.com/skala-pengukuran-dalam-penelitian/. (Diakses ada September
2023).
Arikunto, Suharsimi ,Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Heriyanto, Albertus dan Sandjaja, Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sugiyono, Teknik Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2012.
Sukandarrumidi, Teknik Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Cet. 3, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2006.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008

Anda mungkin juga menyukai