METODOLOGI PENELITIAN
“Hubungan Pola Asuh Ibu terhadap Tingginya Kejadian Stunting di Kota Padang”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelas A2 2021/B
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
2.1 Balita........................................................................................................................3
2.2 Stunting....................................................................................................................3
2.3 Pola Asuh Ibu..........................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Setelah anak tersebut lahir ke dunia, pola asuh ibu masih berperan penting
terhadap proses tumbuh kembang anak. Jika pola asuh ibunya salah, maka akan
berdampak pada tumbuh kembang anak, salah satunya menyebabkan stunting pada anak.
Pola asuh ibu yang salah yang dapat menyebabkan stunting pada anak seperti pemberian
makan yang kurang bergizi dan tidak seimbang, tidak memberikan ASI eksklusif (hingga
anak berusia 2 tahun), kebersihan diri dan lingkungan yang kurang, serta hubungan yang
tidak erat antara ibu dan anak.
Apabila Stunting tidak ditangani dengan baik, maka dapat memiliki dampak
negatif antara lain secara fisik mengalami keterlambatan atau menjadi balita pendek yang
dapat menghambat prestasi dalam hal olahraga serta kemampuan fisik lainnya, selain itu
juga stunting dapat menyebabkan masalah pada aspek kognitif secara intelektual
kemampuan anak dibawah standar tidak seperti anak-anak lainnya yang pertumbuhannya
dalam kategori normal. Jangka panjangnya akan mempengaruhi kualitas sebagai manusia
pada masa produktif sehingga dikemudian hari akan menyumbang peningkatan kejadian
penyakit kronis yang degeneratif (Dasman, 2019).
Upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi stunting di antaranya dengan
meningkatkan pelaksanaan ASI ekslusif minimal selama 6 bulan, penerapan inisiasi
menyusui dini pada masa kelahiran anak, ketersediaan pangan atau makanan baik secara
kuantitas dan kualitasnya, pengasuhan yang baik dan benar (Basri Aramico, 2013).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-
3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun,
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.
2.2 Stunting
a. Definisi
Stunting merupakan suatu keadaan gagal tumbuh kembang pada bayi (0-
11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) yang mengalami kekurangan gizi kronis
terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, dapat ditandai dengan tinggi badan
tidak sesuai dengan usianya. (Arnita et al., 2020) Anak yang mengalami stunting
dapat ditandai dengan tinggi atau panjang anak yang tidak sesuai dengan usia < -2
SD berdasarkan table Z-Score (Damanik et al., 2021). Stunting didefinisikan
sebagai kondisi anak usia 0 – 59 bulan, dimana tinggi badan menurut umur berada
di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO.
3
c. Faktor penyebab stunting
Penyebab langsung
Kurangnya asupan makanan dan penyakit infeksi
Ibu yang mengalami kekurangan nutrisi, kehamilan pretern
Pemberian makanan yang tidak optimal, tidak ASI eksklusif dan infeksi.
Penyebab lainnya
Pengetahuan ibu yang kurang
Pola asuh yang salah
Sanitasi dan hygiene yang buruk
Rendahnya pelayanan kesehatan (Unicef, 1990).
Pendidikan
Status ekonomi keluarga
Selain itu masyarakat belum menyadari anak pendek merupakan suatu
masalah,karena anak pendek di masyarakat terlihat sebagai anak-anak
dengan aktivitas yang normal, tidak seperti anak kurus yang harus segera
ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi ibu waktu hamil, masyarakat
belum menyadari pentingnya gizi selama kehamilan berkontribusi
terhadap keadaan gizi bayi yang akan dilahirkannya kelak (Unicef
Indonesia, 2013).
Faktor internal ( Faktor dari dalam diri anak)
Usia, jenis kelamin, berat badan lahir
Faktor Eksternal (dari luar ) yaitu dari anak seperti social ekonomi dan praktik
pemberian makanan pada anak memiliki kontribusi terhadap kejadian stunting
misalnya ketidakoptimalan Pemberian ASI Eksklusif (Khususnya pemberian
ASI non-eksklusif) dan pemberian makanan pendamping yang terbatas dalam
jumlah, kualitas dan variasi jenisnya (Damanik et al., 2021).
4
anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat,
sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Kekurangan gizi kronis
akan menghambat pertumbuhan otot. Anak stunting terlihat juga lebih mudah
lelah dan selincah anak pada umumnya. Dampaknya, anak memiliki risiko besar
obesitas dan sulit mengerjakan kegiatan dasar sehari-hari.Stunting dapat
berdampak terhadap perkembangan motorik dan verbal, peningkatan penyakit
degeneratif, kejadian kesakitan dan kematian. Selain itu, keadaan stunting akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel neuron terhambat
sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak. Menurut Yusuf,
kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berfikir lebih komplek serta
melakukan penalaran dan pemecahan masalah, berkembangnya kemampuan
kognitif akan mempermudah anak menguasai pengetahuan umum lebih luas. Hal
ini akan menjadikan anak dapat berfungsi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
5
2. Komponen Pola Asuh Ibu
Menurut Engle (dalam Wahyu dan Zikria, 2018) terdapat empat
komponen penting dalam pola asuh yang berperan penting untuk mencegah
terjadinya stunting pada anak yaitu pemberian makanan, kebersihan, kesehatan
dan stimulasi psikososial.
a. Pemberian Makanan
Pemberian makan dengan carayang sehat, pemberian makan bergizi dan
mengatur porsi yang dihabiskan akan meningkatkan status gizi anak. Makanan
yang baik untuk bayi dan balita harus memenuhi syarat-syarat kecukupan energi
dan zat gizi sesuai umur, pola menu seimbang dengan bahan makanan yang
tersedia, kebiasaan dan selera makan anak, bentuk dan porsi makanan yang
disesuaikan pada kondisi anak dan memperhatikan kebersihan perorangan dan
lingkungan.
Praktek pemberian makan tersebut antara lain meliputi frekuensi
pemberian makan, pemberian makanan selingan, pertimbangan pemilihan jenis,
pemberian makanan lengkap, penentuan waktu dan cara pemberian makan.
Praktek pemberian makan yang kurang baik mengakibatkan anak tidak
memperoleh asupan gizi seimbang dan secara kumulatif mengakibatkan gangguan
pertumbuhan anak.
Salah satu kesalahan pola asuh ibu dalam pemberian makan anak yaitu ibu
tidak memberikan ASI ekslusif sampai anak usia 2 tahun, anak sudah diberikan
makan dan minum di bawah umur 6 bulan, ibu memberikan sarapan pagi tetapi
anak sulit makan, ibu menyiapkan makanan anak anak dengan bubur instan yang
bias dijual di tempat perbelanjaan. Pola pemberian makan ini tidak
memperhatikan kebutuhan zat gizi yang penting bagi pertumbuhan balita
sehingga kemungkinan kebiasaan tersebut berdampak pada status gizi balita.
Pola asuh pemberian makan merupakan kemampuan orang tua dan
keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memberikan
makanan kepada anaknya. Terutama pada masa balita, dimana pada masa ini
kebutuhan zat gizi pada anak sangat tinggi yang diperlukan untuk proses tumbuh
kembangnya. Sehingga kesalahan pola asuh pemberian makan pada balita di masa
6
ini berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita (Loya,
2017).
b. Kebersihan/Hygiene
Kebersihan diri maupun lingkungan berperan penting dalam tumbuh
kembang anak. Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan berperan besar dalam
pemeliharaan kesehatan yang akan mencegah penyakit-penyakit infeksi sebagai
faktor penyebab turunnya status gizi anaknya. Kebiasaan kebersihan harus sesuai
dengan syarat kesehatan dalam menjaga kesehatan tubuh dengan mandi dua kali
sehari, rambut, tangan, kaki dan pakaian harus bersih, menggosok gigi, menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Kebersihan diri yang tidak baik akan
memudahkan terjadinya penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare dan
cacingan. Sedangkan kebersihan lingkungan berkaitan dengan penyakit saluran
pernafasan, pencernaan dan penyakit infeksi lainnya.
Tindakan ibu yang bisa membantu mencegah anak dari stunting yaitu
melakukan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, sebelum menyiapkan
makanan, setelah buang air besar dan setelah pegang binatang. Menurut Turnip
(2008), Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan berperan penting dalam
memelihara kesehatan akan serta mencegah penyakit-penyakit diare dan infeksi
kecacingan. Satu kebiasaan yang bersih seperti mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan setelah buang air besar, telah menjadi fokus kampanye WHO
untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit diare.
Kebersihan lingkungan perlu di perhatikan oleh seorang ibu agar anaknya
bisa mengeksplorasi diri dengan aman karena lingkungan yang nyaman. Seperti
membuang sampah pada tem-patnya, membuat SPAL di rumah, membersihkan
tempat penampungan air dan menyediakan jamban di dalam rumah dan lain
sebagainya. Karena semua hal itu akan merusak kondisi lingkungan dimana anak
nanti akan bermain dan mengeksplorasi diri. Apabila lingkungan anak kurang
baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-
zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
7
Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan petumbuhan
akan terganggu.
c. Kesehatan
Dalam komunitas yang sulit mendapatkan akses dan kontak dengan
pelayanan kesehatan, anak-anak lebih rentang terhadap kekurangan gizi sebagai
akibat dari pengobatan penyakit yang tidak memadai, tingkat imunisasi rendah,
dan perawatan kehamilan yang buruk, termasuk pasokan air bersih, juga
menempatkan anak pada resiko infeksi yang meningkatkan kerentanan terhadap
kekurangan gizi.
Imunisasi dasar sangat penting bagi balita untuk mengatasi gangguan
kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi dikarenakan produksi antibodi yang
menurun mengakibatkan mudahnya penyakit masuk ke dalam tubuh balita.
Dampak akhirnya yaitu gagalnya pertumbuhan optimal anak yang sesuai dengan
pertambahan umur sehingga mempertinggi kejadian stunting.
Permasalahan gizi dipengaruhi langsung oleh asupan gizi dan diperburuk
oleh paparan penyakit infeksi pada balita. Kejadian infeksi penyakit pada anak
berkaitan erat dengan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kebiasaan
dalam upaya mendapatkan pelayanan kesehatan mencakup cara ibu untuk
mengakses pelayanan kesehatan anak dengan memberikan imunisasi yang
lengkap, pengobatan penyakit dan bantuan tenaga profesional dalam menjaga
kesehatan anak. Hal tersebut sangat berperan dalam peningkatan status gizi anak
dimana ibu berupaya memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
memperoleh informasi kesehatan yang benar.
d. Stimulasi Psikososial
Hubungan yang erat, mesra dan selaras antara orang tua dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras, baik
fisik, mental maupun psikososial. Ibu yang memberikan rangsangan psikososial
yang baik pada anak berpengaruh positif pada status gizi anak. Teori positive
deviance (Zeitlin, 1990) mengungkap bahwa asuhan psikososial berupa
keterikatan antara ibu dan anak menjadi faktor penting dalam tumbuh kembang
anak. Selain itu, teori positive deviance juga menyatakan bahwa berbagai stimulus
8
yang rutin diberikan oleh ibu atau pengasuh terhadap bayi, baik stimulus visual,
verbal dan auditif akan dapat menyebabkan stimulasi growth hormone,
metabolisme energi menjadi normal dan imun respon lebih baik. Secara tidak
langsung asuhan psikososial berkaitan dengan asuhan gizi dan kesehatan yang
berpengaruh positif pada status gizi, tumbuh dan kembang.
Peran orang tua sedini mungkin akan menjalin rasa aman pada anaknya.
Hal tersebut diwujudkan dengan kontak fisik dan psikologis sejak anak lahir
hingga dalam proses tumbuh kembangnya. Kurangnya kasih sayang orang tua di
tahun-tahun pertama berdampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik,
mental, maupun sosial emosi. Kasih sayang orang tua akan menciptakan ikatan
yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).
9
BAB III
KERANGKA KONSEP
Balita → Pola asuh ibu → Pola asuh ibu yang salah yang dapat
menyebabkan stunting:
1. Gangguan kognitif
2. Kesulitan belajar
3. Rentan mengalami penyakit tidak menular
(obesitas, penyakit jantung, hipertensi)
4. Kekebalan tubuh lebih rendah
5. Produktivitas dan performa kerja rendah
3.3 Hipotesis
10
Berdasarkan kerangka konsep dari penelitian, maka hipotesis alternatif (Ha) dalam
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua berdasarkan pemberian
nutrisi dengan kejadian stunting di Kota Padang
11
BAB IV
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi analitik yaitu jenis penelitian uatu metode
yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
b. Kriteria Eksklusi
2. Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan (Nursalam, 2018). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu dan balita di
Kota Padang 2023, sebanyak 250 balita.
3.Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2018). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu
dan balita di kota Padang sebanyak 153 balita. Besar sampel (sample size) adalah banyaknya
individu, subyek atau elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Besar sampel tersebut
diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut:
Besar sampel (sample size) adalah banyaknya individu, subyek atau elemen dari
populasi yang diambil sebagai sampel. Besar sampel tersebut diperoleh menggunakan
12
rumus sebagai berikut:
N
n
1 N (d)2
Keterangan:
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
250
=
1+ 250(0 , 05²)
250
=
1,625
= 153
= 153 orang
Keterangan:
N : Jumlah populasi
Jadi, diperoleh sampel penelitian sebanyak 250 orang. Untuk mengantisipasi kemungkina
n berkurang sampel, dilakukan penambahan responden sebesar 10% dari jumlah sampel yang ing
in dicapai pada penelitian ini yaitu sebanyak 250 orang. Maka dibutuhkan sebanyak 153 respond
13
4.1.2 Tempat pengumpulan data
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2018).
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu
yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2018)
14
Definisi
Variabel operasional Indikator Alat ukur Skala Kategori
Variabel Bentuk pola Pola Asuh dalam Kuesioner Ordinal Skor :
independen: asuh yang pemberian makan: Tidak pernah (0),
Pola asuh diterapkan Parenteral demandingness Nomor: Jarang (1),
ibu dalam ibu dalam (D) mencakup: 1-17 Kadang-kadang (2),
pemberian pemberian 1) Pantau item dalam Sering (3),
makan makan pada pilihan makanan dan Selalu (4).
balita perilaku makan anak
(pengawasan), Kategori pola asuh
2) Membatasi dalam pemberian
pengendalian berat makan terdapat 4
badan anak jenis pola asuh,
(pembatasan), yang meliputi:
3) Batasi jumlah 1. Pola asuh
makanan dalam jatah demokratis
makan (tekanan saat (authoritative),
makan), D ≥ 34,
4) Mendorong atau R ≥ 26.
memaksa anak untuk 2. Pola asuh
makan dan anjuran otoriter
pencegahan dan (authoritarian),
pengobatan kelebihan D ≥ 34,
berat badan (kontrol R < 26.
anak). 3. Pola asuh
permisif
Parenteral responsiveness Nomor: (permissive),
(R) mencakup: 18-30 D < 34,
1) Item yang R ≥ 26.
memberikan contoh 4. Pola asuh
perilaku makan orang pengabaian,
tua terhadap anaknya D < 34,
(model item), R < 26.
2) Pengaturan emosi saat
makan (emotion
regulation),
3) Pendidikan kesehatan
dan gizi (Pendidikan
Gizi),
4) Makanan sebagai
hadiah (makanan
sebagai hadiah),
5) Partisipasi anak dalam
pemilihan makanan
(participation),
Definisi
Variabel operasional Indikator Alat ukur Skala Kategori
6) Tingkatkan
keseimbangan dan
variasi makanan
15
Variabel Ukuran Pengukuran secara Observasi Ordinal Kejadian stunting:
dependen: tinggi badan antropometri gizi dengan Pengukuran 1. Mengalami
Kejadian balita yang mengukur TB/U tinggi badan stunting, jika
stunting tidak sesuai balita dan Z score -2 SD
dengan usia umur balita sampai 2 SD
melalui KMS 2. Tidak
balita Stunting, jika
Z score < -2
SD ≥ -3 SD
Instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2018). Jenis
instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner
dan lembar observasi.
Kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses- proses pengamatan dan ingatan
(Sugiyono, 2018).
Pengambilan data pola asuh ibu dalam pemberian makan pada balita menggunakan lembar
kuesioner. Sedangkan observasi dilakukan untuk mengetahui kejadian stunting pada balita
melalui pengukuran tinggi badan balita dan pencatatan umur balita berdasarkan KMS balita.
Kejadian stunting pada balita diketahui melalui pengukuran tinggi badan secara langsung pada
balita. Sedangkan untuk mengetahui data karakteristik responden (umur balita, jenis kelamin,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua) dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
consent). Selain itu pengumpulan data ini juga tidak boleh mengganggu aktivitas dan jam
pembelajaran di sekolah.
16
2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Riset (Respect For Privacy And
Confidentiality)
Dalam hal ini privasi dan kerahasiaan subjek dijaga dengan cara hanya menampilkan k
ode responden dan tidak menampilkan informasi mengenai data diri responden.
Prosedur Penelitian sudah dijelaskan peneliti sebelum melakukan penelitian, dan juga
menjamin perlakuan yang sama pada seluruh responden. Responden dipilih bukan
berdasarkan hal tertentu, melainkan berdasarkan tujuan penelitian, sehingga setiap orang
Benefits)
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus bisa meminimalisir dampak dan juga membawa
2. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari pengisian kuesioner oleh responden, sebelumnya peneliti
menjelaskan tujuan dari penelitian. Lembar informed consent ditanda tangani oleh sampel
sebagai bentuk pernyataan bersedia menjadi responden. Data yang didapat yaitu tentang pap
3. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang didapatkan peneliti dari Dinas kesehatan kota Padang,
Puskesmas dan kader .Data tersebut didapatkan melalui surat izin yang dikeluarkan oleh
Fakultas Keperawatan.
17
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a. Pengurusan surat izin pengambilan data dan penelitian dari kampus dan
si Sumatera Barat.
c. Peneliti diarahkan kepada guru bimbingan konseling untuk meminta izin keguru ya
d. Peneliti meminta waktu 10-15 menit kepada guru kelas untuk penjelasan dan pengis
ian kuesioner.
e. Dalam penyebaran kuesioner peneliti dibantu oleh 2 orang enumerator yang terlebih
g. Pengambilan data dilakukan mengikuti urutan absensi sesuai dengan jumlah perhitu
2. Tahap Pelaksanaan
b. Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa yang berisi lembar informed consent
dan juga kuesioner paparan media pornografi dan perilaku seksual pranikah pada
remaja.
18
d. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kepada peneliti. Peneliti kemudian melakukan
e. Setelah terpenuhi jumlah sampel, peneliti melapor kepada kepala sekolah bahwa
penelitian telah selesai dilakukan dan dikeluarkan surat telah selesai penelitian oleh
sekolah.
Pengolahan data adalah proses yang sangat penting sehingga harus dilakukan dengan
Pemeriksaan data merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang sudah diisi,
hal ini meliputi : kelengkapan pengisian, konsistensi dan relevansi dari setiap jawaban
yang diberikan.hasil yang didapatkan adalah semua data yang terisi dengan lengkap dan
benar.
dengan memberikan tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka.
pengolahan data.
19
Memasukan data yang telah di-coding untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan
Langkah untuk melakukan pengecekan kembali data yang telah di-entry untuk
mengetahui adanya kesalahan dengan cara memeriksa masing- masing variabel apakah
Data yang telah terkumpul tersebut diolah menggunakan piranti lunak komputer yaitu
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 25. Selanjutnya dilakukan analisa
data deskriptif yaitu menggambarkan variabel dalam bentuk distribusi frekuensi, prosentase
Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu
dalam pemberian makan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Jamberejo
Rank Spearman. Alasan pemilihan uji korelasi Rank Spearman yaitu: karena tujuan
penelitian untuk mencari korelasi (hubungan) antar variabel dan dengan skala ukur
Dari uji korelasi Rank Spearman akan diperoleh nilai signifikan () yaitu nilai
membandingkan nilai dan nilai alpha (α=0,05). Jika signifikan () di bawah atau
sama dengan 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa ada
20
pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent yang diteliti tersebut
(Sugiyono, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Bella, F. D. (2019). Hubungan pola asuh dengan kejadian stunting balita dari keluarga miskindi
Kota Palembang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 8, 31 - 39.
Evy Noorhasanah, N. I. (2021, Mei 30). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting
Anak Usia 12-59 Bulan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 4, 37 - 42.
21
Rahmayana, I. A. (2014). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59
Bulan Di Posyandu Asoka II Wilayah Pesisir Kelurahan Ba-rombong Kecamatan
Tamalate Kota Makassar Tahun 2014. Al-Sihah : Public Health Science Journal, 6, 424-
436.
Sudarman, S. A. (2021). Hubungan Tipe Pola Asuh dan Perilaku Makan dengan Status Gizi
Anak Disabilitas Di SLB Negeri 1 Makassar Tahun 2020.
Tobing, M. L. (2021). POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELURAHAN
SEKUPANG KOTA BATAM. PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5, 448 - 465.
22