NIM : 6213111085
PJKR 3 E
1. Kuesioner
Apa itu kuesioner? Kuesioner adalah instrumen yang berisi daftar pertanyaan. Biasanya
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari responden. Kuesioner berisi
serangkaian pertanyaan yang dibuat secara terstruktur dan tidak. Jika kuesioner salah, hasil
peneltian pun juga akan salah. Untuk itu, kuesioner harus dibentuk dan dirancang secara
valid, reliabel, dan tidak palsu. Hal ini dilakukan supaya data yang didapatkan bisa divalidasi.
Hanya saja, kueseiner pun tak luput dari kelemahan. Terkadang beberapa pertanyaan dalam
kuesioner yang membingungkan tidak dapat diklasifikasikan. Hal ini disebabkan karena
peneliti tidak ada di tempat untuk menjelaskan pertanyaan yang sulit bagi responden.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap dipakai untuk penelitian
kualitatif. Dalam wawancara, peneliti mengumpulkan informasi dari responden melalui
interaksi verbal. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan terstruktur yang
berkaitan dengan penelitian. Peneliti kemudian bertemu dengan narasumber dan
mengajukan pertanyaan.
Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan selama periode wawancara adalah tape
recorder, kertas, pulpen, laptop, dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan secara pribadi atau
melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).
Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan tingkat respon yang tinggi.
Selain itu, wawancara lebih mewakili seluruh populasi penelitian. Selain itu, kontak pribadi
antara peneliti dan responden memungkinkan peneliti untuk menjelaskan pertanyaan
membingungkan dan ambigu secara detail.
Sama seperti kuesioner, wawancara pun tak luput dari kelemahan. Instrumen ini memiliki
kelemahan, yaitu jumlah narasumber yang dijangkau tidak banyak karena keterbatasan
waktu dan tenaga peneliti.
3. Observasi
Jenis instrumen selanjutnya adalah observasi. Metode ini dipakai seorang peneliti untuk
mengamati perilaku atau situasi individu. Sejauh ini, ada dua jenis observasi yakni observasi
partisipan dan observasi non-partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti adalah anggota
kelompok yang akan diamati.
Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti, tetapi kadang memiliki
masalah bias. Sedangkan dalam pengamatan non-partisipan, peneliti bukan anggota
kelompok yang akan diamati. Sehingga hasilnya lebih layak karena bebas dari bias tetapi
memiliki masalah ketidaktepatan dan hasil yang tertunda.
Kelebihan metode observasi yakni lebih fleksibel dan lebih murah untuk dijalankan. Metode
ini menuntut kerjasama yang kurang aktif dari yang diamati dan hasilnya dapat diandalkan
untuk kegiatan penelitian. Namun Akinade & Owolabi menegaskan metode observasi adalah
alat yang populer dalam penelitian terutama dalam ilmu perilaku dan sosial.
Metode ini memerlukan keterampilan khusus untuk membuat dan menilai pengamatan
perilaku dalam penelitian. Ketika melakukan pengamatan perilaku, hal pertama yang harus
kamu lakukan adalah mengembangkan kategori perilaku (skema pengkodean). Cara ini
melibatkan pengidentifikasian atribut spesifik yang akan memberikan petunjuk untuk
masalah yang dihadapi.
Bila dalam metode wawancara peneliti berfokus pada satu orang pada satu waktu, maka
dalam metode diskusi kelompok terarah, peneliti memperoleh data dari sejumlah besar
orang untuk kegiatan penelitiannya. Biasanya metode diskusi kelompok terarah sangat
populer ketika melakukan penelitian yang berkaitan dengan behavioral (perilaku),
perpustakaan dan ilmu informasi, ilmu kearsipan, catatan dan teknologi informasi.
Dalam FGD, seorang peneliti harus mengidentifikasi informan kunci yang dapat dihubungi.
Tujuannya untuk memperoleh informasi yang layak tentang variabel yang dikaji dalam
penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data penelitian kualitatif dalam
menjelaskan suatu fenomena yang sedang diteliti atau diselidiki.
Syarat lainnya, keanggotaan FDG tidak boleh lebih dari 10 orang. Hal ini seperti konferensi
mini, yakni anggota kelompok dapat berkumpul di lokasi yang kondusif. Sebelum
pelaksanaan FGD, peneliti harus mendapatkan persetujuan dari partisipan terlebih dahulu.
Selain itu, peneliti harus merancang panduan FGD yang biasanya berisi garis besar untuk
menangkap variabel yang menarik.
Keuntungan utama dari metode ini adalah menambah kredibilitas dan orisinalitas pada
kegiatan penelitian. Sementara itu, tantangan metode FGD meliputi terlalu banyak biaya
untuk dilakukan, terlalu banyak waktu untuk melakukan, dan beberapa responden mungkin
tidak bebas untuk berkontribusi.
Kelebihan dari metode eksperimen adalah menghasilkan data langsung, hasilnya dapat
bertahan dan bebas dari kesalahan jika dijalankan dengan baik dalam kondisi atau keadaan
normal. Kelemahannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup mahal terlalu mahal. Bila
dalam penelitian di laboratorium maka bahan kimia yang digunakan dapat menyebabkan
kerusakan permanen jika mereka ditangani dengan ceroboh.
6. Tes
Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, latihan, lembar kerja dan lain sebagainya yang
memiliki tujuan sebagai alat ukur keterampilan, intelegensi, kemampuan hingga bakat yang
dimiliki oleh suatu individu atau kelompok yang menjadi subjek penelitian.
Tes tersebut nantinya dapat berupa soal-soal terstandarisasi yang mengharuskan subjek
penelitian untuk menjawabnya guna memperoleh hasil tertentu. Contohnya seperti tes
kepribadian, tes minat bakat, tes potensi akademik, tes pencapaian, dan lain sebagainya.
7. Skala Bertingkat
Skala bertingkat juga disebut dengan rating, yaitu suatu ukuran objektif yang dibuat
berskala atau bertingkat. Instrumen ini memudahkan peneliti untuk memberikan gambaran
penampilan yang kemudian dapat menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat tertentu.
Instrumen ini juga berguna untuk memperoleh gambaran kuantitatif aspek tertentu dari
suatu barang dalam bentuk skala yang sifatnya ordinal seperti sangat baik, baik, sedang,
tidak baik, dan sangat tidak baik.