Anda di halaman 1dari 25

Prinsip umum yang harus dipegang oleh siapa saja yang bermaksud menghimpun data

statistik adalah:
1.
Lengkapnya data ; Dalam pengumpulan data statistik kita harus berupaya
semaksimal mungkin untuk dapat menghimpun data yang selengkap-lengkapnya, dan
bukan data yang sebanyak-banyaknya, sebab data yang banyak belum merupakan jaminan
bahwa data tersebut cukup lengkap.
2.
Tepatnya data ; Data yang dihimpun hendaknya merupakan data yang tepat, yakni
tepat dalam hal: jenis atau macam datanya, waktu pengumpulannya, kegunaan atau
relevansinya, alat atau instrumen yang dipergunakan untuk menghimpun data.
3.
Kebenaran data yang dihimpun ; Data yang dihimpun hendaklah data yang
benar-benar dapat dipercaya atau dapat dijamin akan kesahinannya.

A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara
data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara
sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi,
gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh
dari majalah, dan lain sebagainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data,
siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh
dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung
(data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk


mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek
list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan
lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi
dan wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit
dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran
(dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip
pengukuran dan penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka

harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.


Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak

mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada


responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya
jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka
responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang
atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang
penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang
menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang
dianggap perlu sebagai data penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam
karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang
terkandung di dalam peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku
catatan, kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka
dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara
sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi
pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden,
sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik
pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1.

Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi
yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara
sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo,
dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan
secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari
responden.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung


adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik
mengumpulkan data, jika pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:

Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.


Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.
Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan
pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa
keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat
hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku,
atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung
mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dantidak
menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang
telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam
mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan
tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :

Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden


Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah pertanyaan
baru

Bisa membaca isyarat non verbal


Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangannya adalah :

Membutuhkan waktu yang lama


Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah
terpisah
Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan
Pewawancara perlu dilatih
Bisa menimbulkan bias pewawancara
Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

Wawancara via phone


Kelebihan

Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
Bisa menjangkau daerah geografis yang luas
Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)

Kelemahan

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca


Wawancara harus diusahakan singkat
Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun
dihilangkan dari sampel

3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan
tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan
jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab
secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan
kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini
memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi
dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika
pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun
kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak memberikan waktu perusahaan
untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data

Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.

Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip


kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab
peneliti.
Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian
kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian
kepada subjek dengan jelas.
Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika
hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus
diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan
alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak
boleh dilanggar
Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang
tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan
eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara
fisik maupun mental.
Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang
dikumpulkan selama study.

Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

1.1 Latar Belakang Penulisan


Membuat suatu karya tulis ilmiah tidaklah mudah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya :
a) kurangnya pengetahuan tentang metodologi penelitian
b) kurangnya pengalaman terutama dalam praktek penelitian secara benar
c) dan minimnya waktu dan dana penelitian
mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan bagi para pemula membuat karya tulis ilmiah masih
dirasakan tugas yang sukar. Namun persepsi ini akan menjadi sebaliknya bila kita memahami
prosedurnya dengan baik.
Pada dasarnya tujuan karya tulis ilmiah adalah melaporkan hasil kegiatan /penelitian ilmiah secara
sistematis, jelas, padat dan benar. Tentunya didalam penyampaian pokok-pokok pikiran secara jelas

tersebut memerlukan kalimat-kalimat yang jelas lugas dan benar jika dipandang dari segi tata
bahasa. Oleh sebab itu dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah diperlukan syarat kebahasaan.
Tulisan ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan berdasarkan hasil pengamatan,
peninjauan,penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggung jawabkan
keilmiahannya . sebuah Hipotesis dalam karya tulis ilmiah apabila :
a. disertakan fakta dan data yang bukan merupakan khayalan atau pendapat pribadi
b. disajikan dengan bentuk ilmiah, obyektif atau apa adanya
c. menggunakan bahasa baku (ilmiah), lugas dan jelas.

1.2 Perumusan Masalah


Sesuai dengan judul makalah ini Pengumpulan Data dan Hipotesis, maka masalahnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pengumpulan data dan Hipotesis?
2. Bagaimana Tehnik dalam Pengumpulan data dan hipotesis ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1 Tujuan dari Penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian tentang pengumpulan data dan hipotesis.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai langkah-langkah penelitian ilmiah menggunakan teknik
pengumpulan data dan Hipotesis
1.3.2 Manfaat Penulisan ini adalah :
1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar untuk penulisan
karya ilmiah dengan teknik pengumpualan data dan hipotesis
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan dan informasi untuk
memperluas wawasan pembaca pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan
instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui
pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan
data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data yang
dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan
sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian
kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif). Merujuk pada pengertian di atas,
betapa pentingnya pengumpulan data dalam proses penelitian. Tanpa data lapangan, proses analisis
data dan kesimpulan hasil penelitian, tidak dapat dilaksanakan. Ada perbedaan yang cukup
mendasar mengenai pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu,

membahas pengertian pengumpulan data tidak hanya pada pemahaman pengertiannya saja, akan
tetapi perlu dipahami juga, bagaimana pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif dalam pelaksanaannya tidak mesti harus
langsung oleh peneliti, akan tetapi dapat dilakukan melalui pihak lain yang dipandang mampu atau
kompeten dalam melaksanakan pengumpulan data. Atas dasar tersebut, maka instrumen penelitian
yang akan digunakan, harus memenuhi syarat-syarat instrumen penelitian.

2.2 Pengertian hipotesis


Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta
yang dapat diamati. Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan faktafakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk
langkah-langkah selanjutnya. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang
bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. Dari arti katanya, hipotesis memang
dari dua penggalan. Kata HYPO yang artinya DI BAWAH dan THESA yang artinya
KEBENARAN jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa
Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis. Apabila peneliti telah mendalami
permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu
membuat suatu teori sementara , yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran).
Inilah hipotesis peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-datadata
yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul , peneliti
akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi teas, atau sebaliknya
tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir
penelitian). Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tandatanda bahwa data yang terkumpul
tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tandatanda bahwa data yang terkumpul tidak
mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain :


Perlu di uji apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel akibat.
Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada ,memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat
tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai
kedudukan yang kuat dalam penelitian.
G.E.R brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi :
Penelitian menghitung banyaknya sesuatu

Penelitian tentang perbedaan


Penelitian hubungan.
2.3 Tujuan Pengumpulan Data dan Hipotesis
Suatu penelitian dikatakan empirik, manakala analisis dan kesimpulan hasil penelitian ditunjang

oleh data-data lapangan. Hal inilah yang membedakan karya hasil penelitian dengan karya tulis
ilmiah non penelitian, seperti makalah, artikel, dan sejenisnya. Dari pernyataan tersebut, kita
dapat memahami betapa pentingnya penyajian data lapangan tersebut dalam sebuah laporan
penelitian. Untuk memperoleh data lapangan tersebut, maka diperlukan proses pengumpulan data.
Tanpa proses pengumpulan data, maka data lapangan yang diperlukan untuk analisis hasil
penelitian, tidak akan diperoleh secara valid. Dari paparan tersebut, sampailah pada pemahaman
konsep, betapa pentingnya proses pengumpulan data tersebut dalam penelitian.
Pengumpulan data ditujukan sebagai kegiatan untuk menggali fenomena, informasi, data lapangan,
ataupun obyek penelitian sebagai dasar empiris dalam analisis data dan penarikan kesimpulan
penelitian. Berbeda dengan penyusunan makalah, pembahasan dalam penelitian membutuhkan
sejumlah data lapangan sebagai pijakan dalam proses perumusan kesimpulan. Atas dasar tersebut,
maka keterampilan yang harus dimiliki seorang peneliti ataupun orang yang melakukan penelitian,
adalah keterampilan dalam mengumpulkan atau menggali data-data lapangan sesuai dengan
lingkup penelitian. Kegiatan pengumpulan data merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan
secara tekun dan ulet dan kadang-kadang melelahkan. Karena kegagalan dalam melakukan
pengumpulan data berarti kegagalan melaksanakan penelitian. Apabila pengumpul data sedikit saja
melakukan kesalahan, misalnya kesalahan dalam sikap melakukan interviu, tentu akan
mempengaruhi data yang diberikan oleh responden. Jika demikian maka kesimpulannya akan salah.
Dengan demikian kegiatan pengumpulan data merupakan langkah pekerjaan dalam penelitian yang
sangat penting dan menentukan hasil berikutnya. Sedangkan suatu hipotesis memberikan
penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang, memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian,
memberikan arah kepada penelitian, memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan.
2.4 Prinsip-prinsip Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian sebagai salah satu bentuk kegiatan ilmiah tentunya tidak dapat
dilakukan tanpa dasar, akan tetapi perlu didasarkan pada sejumlah kaidah atau prinsip yang
mendasarinya. Proses pengumpulan data yang salah, akan mempengaruhi kesahihan data yang akan
disajikan dalam laporan penelitian. Atas dasar tersebut, maka pelaksanaan pengumpulan data
tersebut perlu merujuk pada prinsip-prinsip kegiatan ilmiah. Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam proses pengumpulan data, yakni sebagai berikut:
a) Data-data yang digali atau dikumpulkan harus berdasarkan kondisi obyektif dari lokasi
penelitian, jangan direka atau dikira-kira oleh pemikiran peneliti.
b) Alat pengumpul data atau instrumen penelitian harus relevan dengan tujuan penelitian. Oleh
karena itu, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, harus melalui analisis
try out (uji coba) instrumen. Pada umumnya, analisis uji coba instrumen, setidaknya menganalisis
sisi validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keajegan). Sementara dalam penelitian kualitatif,
kesahihan data lapangan sangat dipengaruhi oleh keterampilan peneliti dalam proses pengumpulan
data. Oleh karena itu, terdapat perbedaan mendasar proses pengumpulan data dalam penelitian
kuantitatif dengan kualitatif.
c) Pihak-pihak yang dihubungi atau disebut sampel penelitian (untuk penelitian kuantitatif) dan
subyek penelitian (untuk penelitian kualitatif) harus relevan dengan apa yang hendak diungkap.
Misalnya, ketika penelitian ingin mengungkap keterampilan mengajar pada guru SD, maka yang
menjadi sampel atau subyek penelitian adalah guru SD, bukan guru SMP, SMU atau kepala sekolah.
d) Prinsip kerahasiaan (confidencial), dimana nama-nama sampel atau responden penelitian harus
dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, sebaiknya untuk mengidentifikasi identitas sampel,
sebaiknya digunakan kodefikasi.
Jenis-jenis Data Penelitian akan dihadapkan pada berbagai jenis data. Keragaman data lapangan
yang Anda jumpai, tentunya harus diseleksi sesuai dengan sifat variabel yang akan diteliti.

Misalnya, ketika Anda akan menggali data tentang kepemimpinan kepala sekolah, maka disana akan
muncul data-data seperti nama, jenis kelamin, kualifikasi pendidikan, lama menjabat sebagai
kepala sekolah, dan seterusnya.
Ragam data tersebut, tentunya memiliki karakteristik tersendiri dalam hal pengolahannya. Atas
dasar tersebut, maka Anda perlu memahami jenis-jenis data penelitian.
Dilihat dari skala pengukuran yang akan digunakan, dapat dikelompokkan empat jenis data
penelitian, yaitu: (1) data nominal; (2) data ordinal; (3) data interval; dan (4) data rasio.
1. Data Nominal
Ada data lapangan yang menggambarkan perbedaan berbagai hal berdasarkan pada kategorikategori, tidak menunjukkan adanya kriteria urutan tinggi rendah dalam kedudukan. Skala nominal
ini adalah metode kuantifikasi tingkat terendah. Contoh: setiap anggota dalam tim sepak bola,
jenis kelamin (pria, wanita), agama, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Itu semua
hanya merupakan kategori dalam kelompok, tidak merupakan tingkatan paling tinggi sampai ke
paling rendah.
2. Data Ordinal
Adalah data lapangan yang menyatakan perbedaan jumlah dan tingkatnya. Bisa pula merupakan
urutan kedudukan klasifikasi yang bisa dinyatakan lebih besar daripada atau lebih kecil daripada.
Data ordinal dinyatakan dalam bentuk posisi relatif atau urutan kedudukan dalam suatu kelompok:
ke 1, ke 2, ke 3, ke 4, dan seterusnya. Ukuran ordinal dinayatakan dalam harga mutlak. Dapat Anda
perhatikan contoh skala ordinal yang digambarkan sebagai berikut:

Data Tinggi Badan Nama Subjek Tinggi Badan (cm.) Selisih (cm.) Jenjang (Rengking)
Nono 172 - 1
Supriatno 169 3 2
Hasan Rohyadi 165 4 3
Undang Misdan 160 5 4
Budiman Sakti 158 2 5
Wawan
Surawan
3. Data Interval
Adalah data lapangan yang didasarkan pada unit-unit pengukuran yang sama, menunjukkan besar
kecilnya suatu sifat atau karakteristik tertentu. Skala interval tidak memiliki harga nol mutlak.
Misalnya perbedaan jarak karakteristik yang dimiliki siswa yang mencapai skor 90 dan 91,
diasumsikan sama dengan perbedaan jarak karakteristik yang dimiliki oleh siswa yang mencapai
skor 70 dan 71. Skala interval menunjukkan besarnya karakteristik yang sebenarnya.
4. Data Rasio
Data lapangan yang memiliki interval yang sama dengan skala interval, namun masih ada ciri
lainnya yaitu bahwa, skala rasio memiliki harga nol mutlak, misalnya: titik nol pada skala
sentimeter, menunjukkan tidak adanya panjang atau tinggi sama sekali. Ciri lainnya lagi dari skala
rasio ini, yaitu skala rasio memiliki kualitas bilangan nyata (riil) yang dapat dijumlahkan, dikurangi,
dikalikan, dibagi yang dinyatakan dalam hubungan rasio. Contoh: 10 gram sama dengan dua kali
lima gram, tiga gram adalah separo dari enam gram, dan seterusnya.
Data penelitian juga dapat digolongkan ke dalam jenis data distkrit dan data kontinu. Banyaknya
anak di suatu keluarga, jumlah rumah di suatu desa, banyak penduduk di suatu daerah, dan jumlah
mobil di kantor tertentu adalah contoh data diskrit. Sedangkan tingkat kecerdasan, prestasi
belajar, berat badan, daya tahan mobil merupakan contoh data kontinu.

Sesuai dengan nama yang digunakan, data diskrit bersifat terkotak-kotak, yaitu tidak dikonsepsikan
adanya nilai-nilai di antara data (bilangan) yang satu dengan data (bilangan) lain yang terdekat.
Misalnya, jika bilangan 2 dan 3 menunjukkan jumlah anak di keluarga A dan keluarga B, maka di
antara kedua bilangan tersebut tidak ada bilangan-bilangan lain. Tidak pernah kita mengatakan
bahwa jumlah anak di suatu keluarga adalah 2,4 atau 2,9.
Berbeda dengan data diskrit, di antara dua data kontinu dikonsepsikan adanya sejumlah nilai
dengan jumlah yang tidak terhingga. Jika bilangan 2 dan 3 di atas menunjukkan berat suatu benda,
maka di antara keduanya terdapat kemungkinan adanya sejumlah bilangan lain yang tidak
terhingga, seperti 2,0001, 2,0002, 2,0010, dan seterusnya.
Dikatakan tidak terhingga jumlahnya, karena kemungkinan nilai yang terjadi memang terlalu
banyak dan tidak dapat ditentukan. Jika kita mencatat data dalam 2 desimal di belakang koma,
maka di antara angka 2 dan 3 akan terdapat 99 nilai. Coba bayangkan, jika setiap data harus
dicatat dalam 5,10 atau 15 desimal di belakang koma.
Dilihat dari jumlah atau ukuran sampel penelitian, data dapat dibedakan ke dalam jenis data
parametrik dan data non parametrik.
Data parametrik, adalah jenis data yang terukur, menggunakan tes statistik yang diasumsikan
bahwa, data tersebut memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Tes parametrik digunakan
untuk data berskala interval ataupun data berskala rasio.
Data nonparametrik, adalah jenis data yang dihitung atau diranking. Tes statistik nonparametrik
merupakan tes bebas distribusi, tidak berdasarkan pada asumsi bahwa populasinya berdistribusi
normal.
Tabel berikut menunjukkan ikhtisar tingkat-tingkat deskripsi kuantitatif dan jenis-jenis analisis
statistik yang sesuai untuk setiap pengukuran (W. Besst, 1982: 252).
Tabel berikut menggambarkan rangkuman tingkat-tingkat deskripsi kuantitatif dan jenis analisis
statistik yang sesuai untuk setiap pengukuran

Tingkat Skala Proses Pengolahan Data Tes Statistik Yang Sesuai


4 Rasio Mengukur Interval yang sama harga,non mutlak hubungan rasio Parametrik test Analisis
varian Analisis- kovarian Analisis faktor r Pearson
3 Interval Mengukur harga yang sama tanpa harga nol mutlak
2 Ordinal Meranking Urutan Nonparametrik Rho Spearman Mann-Whitney Wicoxon
1 Nominal Mengklasifikasi Chi
2.5 Sumber-sumber Data Penelitian
Sumber data dalam suatu penelitian adalah subyek penelitian dimana kita memperoleh data. Jika
penelitian yang kita lakukan menggunakan wawancara atau kuesioner untuk pengumpulan data,
orang yang menjawab kuesioner itu biasa disebut responden. Jika Anda menelitia menggunakan
teknik observasi dalam pengumpulan datanya, maka sumber datanya bisa berupa benda atau
proses.
Berdasarkan subyek data terdapat, sumber data dapat diidentifikasi menjadi tiga macam yaitu:
1. Sumber data berupa orang, sebagai sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara atau tertulis melalui angket.
2. Sumber data berupa tempat, sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau

bergerak. Diam misalnya: ruangan, kelengkapan alat, wujud benda dan lain-lain. Bergerak,
misalnya: aktivitas, kinerja, kegiatan pembelajaran dan lain-lain.
3. Sumber data berupa simbol, sumber data yang menyajikan tanda-tanda, misalnya berupa: huruf,
angka, gambar atau simbol-simbol lainnya.
Berdasarkan wilayah sebagian atau seluruh sumber data, penelitiannya diklasifikasikan menjadi tiga
macam yaitu: penelitian populasi, penelitian sampel dan penelitian kasus.
a) Penelitian Populasi
Populasi, merupakan keseluruhan subyek. Jika Anda ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi atau studi
populasi. Contoh: Semua guru SD yang terdaftar mengikuti program penyetaraan D2. Jadi
Pengambilan data dalam penelitian populasi, meliputi segala sesuatu yang ada dalam populasi.
Dengan demikian subyeknya meliputi semua yang ada dalam populasi, yang secara garis besar
(menurut Arikunto, 1997), digambarkan sebagai berikut:
Penelitian dikenakan pada obyek dalam populasi, hasilnya dianalisis, disimpulkan, kesimpulan
berlaku untuk seluruh populasi.
b) Penelitian sampel
Penelitian sampel yaitu penelitian terhadap sebagian dari populasi. Sampel disini merupakan
bagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian sampel dilakukan dan hasilnya digeneralisasikan
berlaku untuk populasi. Generalisasi maksudnya adalah mengangkat kesimpulan dari hasil
penelitian sampel diberlakukan pada populasi. Contoh: Guru SD di Kecamatan Kemangkon (sampel)
pada tahun 2002 masih banyak yang belum mengikuti program D2 penyetaraan. Kesimpulan ini
sesungguhnya tidak hanya berlaku di Kecamatan Kemangkon, tetapi dapat diberlakukan untuk guru
SD di Kabupaten Purbalingga (populasi) pada tahun-tahun sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya coba perhatikan diagram berikut.
Penelitian sampel dilakukan apabila keadaan subyek dalam populasi benar-benar homogen. Jika
subyek dalam populasi tidak homogen maka kesimpulan tidak boleh digeneralisasi berlaku untuk
populasi.
c) Penelitian Kasus
Penelitian kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, lebih mendalam dan lebih
rinci terhadap suatu kasus atau gejala tertentu. Penelitian kasus sesungguhnya meliputi subyek
yang lebih sempit, tetapi sifatnya mendalam.
Contoh yang dikemukakan oleh Arikunto (1997) sebagai berikut: disuatu kelas terdapat seorang
siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras,
suka membantah, tetapi prestasinya luarbiasa baik.
Siswa seperti itu cocok dijadikan subyek dalam penelitian kasus. Dalam penelitian ini siswa
diselidiki apa sebabnya siswa tersebut mempunyai tingkah laku seperti itu. Bagaimana
latarbelakang dan sejarahnya, dan seterusnya. Contoh lain misalnya dilakukan terhadap suatu
sekolah, misalnya penelitian tentang pelaksanaan MBS di SD 1 Kemangkon. Penelitian demikian
dapat dipandang sebagai penelitian kasus. Kesimpulan yang akan dihasilkan hanya berlaku untuk
sekolah tersebut.
2.6 Jenis-jenis hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1. Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja
a) Jika... Maka...
b) Ada perbedaan antara... Dan... Dalam...
c) Ada pengaruh... Terhadap...

2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.


Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y
Rumusannya:
a) Tidak ada perbedaan antara... Dengan... Dalam...
b) Tidak ada pengaruh... terhadap...
Saran untuk memperoleh hipotesis:
1. Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari
hubungan-hubungan yang diamati
2. Hipotesis deduktif
Dalam hipotesis ini,peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada
dibidang yang menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori ini.
2.7 Ciri-ciri hipotesis
Ciri-ciri hipotesis yang baik:
1) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
2.8 Menggali dan merumuskan hipotesis
Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak
membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta
hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang
sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Good dan scates memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis :
1) Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu
2) Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan
3) Imajinasi dan angan-angan
4) Materi bacaan dan literatur
5) Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6) Data yang tersedia
7) Kesamaan

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut :
1. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik
2. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.

3. Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat diukur.
4. Hendaknya dapat diuji
3. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad dan Sakura H. Ridwan. (1988). Pembianaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. (2008). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademi Pressindo.
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=pengumpulanndata
http://id.wikipedia.org
http://id.wikipedia.org/hipotesis

Konsep, Sumber dan Metode


Pengumpulan Data
A.

Konsep Data
Data ( tunggal datum) adalah bahan keterangan tentang sesuatu objek
penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
Data merupakan salah satu komponen riset, artinya tanpa data tidak akan ada
riset. Data yang akan dipakai dalam riset haruslah data yang benar, karena data
yang salah akan menghasilkan informasi yang salah.[1]
Berikut ini adalah pengertian dan definisi data menurut beberapa ahli:[2]

# Webster New World Dictionary


Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu
yang diketahui atau dianggap.

# Zulkiffi A. M
Data adalah keterangn atau bukti mengenai suatu kenyataan yang masih
mentah, masih berdiri sendiri-sendiri, belum diorganisasikan, dan belum diolah.

# Nuzulla Agustina
Data adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang sudah sering terjadi dan
berupa himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata, huruf-huruf
yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan situasi.

#H. J Sriyanto
Data adalah suatu keterangan atau informasi tentang objek penelitian.

Dari beberapa defenisi data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa data
merupakan materi atau kumpulan fakta yang dipakai untuk keperluan suatu analisa,
diskusi, presentasi ilmiah, atau tes statistik.
Definisi data sebenarnya mirip dengan definisi informasi, hanya saja informasi
lebih ditonjolkan segi pelayanan, sedangkan data lebih menonjolkan aspek materi.
Dari

kedua

istilah

ini

dapat

dicontohkan

sebagai

berikut:

kardi

menginformasikan kepada saya tentang peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air di


Semarang

pada

saat

menginformasikan

kita

dalam

bertemu
kalimat

di

Bandara

tersebut

Juanda

menunjukkan

Surabaya.
suatu

Kata

pelayanan

informasi, sedangkan peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air adalah data yang
diinformasikan.
Berangkat dari konsep yang demikian itu, maka yang paling banyak disinggung
dalam penelitian adalah data, baik itu jenisnya maupun teknik memperolehnya.
Bahkan pada penelitian tertentu, juga disinggung-singgung bagaimana data

tersebut

sudah

dapat

dianalisis

di

lapangan,

sehingga

betul-betul

dapat

mencerminkan data absolute dari sebuah fakta yang utuh.


Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah sebuah data yang dinyatakan dalam bentuk bukan
angka. contoh : Jenis Pekerjaan seseorang ( bisa Petani, Nelayan, Pegawai dan
sebagainya ), Status pernikahan ( belum menikah, Menikah Duda, Janda ), Gender
( Pria, Wanita ) , kepuasan seseorang ( Tidak puas, cukup puas, sangat puas ) dan
sebagainya. Data jenis ini harus dikuantifikasi agar bisa diolah dengan statisitk.
Data kualitatif dapat dibagi menjadi dua pembagian data sebagai berikut:
a.

Data Nominal
Data nominal yaitu data yang memiliki ciri nominal, data yang paling
sederhana

dimana

angka

yang

diberikan

kepada

suatu

kategori

tidak

menggambarkan kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya tetapi


hanya sekadar kode maupun lebel. Data berskala nominal ( sering disebut skala
nominal, data nominal atau jenis data nominal ) adalah data yang diperoleh dengan
cara kategorisasi atau klasifikasi.
Contoh data nominal :
1.

Jenis Pekerjaan : diklasifikasi sebagai misalnya :

o Pegawai Negeri diberi tanda 1


o Pegawai Swasta diberi tanda 2
o Wiraswasta diberi tanda 3
Ciri data nominal adalah :

Posisi data setara, dalam contoh diatas, Pegawai Negeri tidak lebih tinggi dari
Wiraswasta, dan sebaliknya, walaupun angka kodenya beda.

Tidak bisa dilakukan operasi matematika ( x , /, + , - dan ^ ).


Contoh : tidak mungkin 3 2 = 1, atau Wiraswasta Pegawai Swasta = Pegawai
Negeri dan kemungkinan operasi lain.

b.

Data Ordinal

Data ordinal yaitu data suatu urutan tertentu dalam satu seri. Penentuan posisi
itu tidak memerhatikan jarak antara data kuantitatif yang satu dengan yang lain.
Misalnya 4 orang peserta kontes merancang CPU, masing-masing mendapat nilai
247 diberi rangking nomor satu, nilai 246 diberi nomor dua, nilai 245 diberi nomor
tiga, dan nilai 244 diberi nomor empat. Urutannya tidak berbeda dengan peserta
kontes merancang CPU di tempat lainnya yang masing-masing memperoleh nilai
356,355, 354, dan nomor 353 sebagai nomor satu, dua, tiga, dan empat. Data
berskala Ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi atau
klasifikasi, tetapi diantara data tersebut terdapat hubungan.
Contoh data ordinal :
1.

Kepuasan Pelanggan : diklasifikasi sebagai :

o Sangat Puas diberi tanda 5


o Puas diberi tanda 4
o Cukup Puas diberi tanda 3
o Tidak Puas diberi tanda 2
o Sangat Tidak Puas diberi tanda 1

Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. contoh :
Usia seseorang, Tinggi seseorang, Gaji/Upah, Penjualan dalam sebulan, Jumlah
bakteri dalam sebuah percobaan biologi tertentu, dan sebagainya.
Data kuantitatif dapat dibagi menjadi dua:
a.

Data interval
Data interval adalah data yang punya ruas atau interval, atau jarak yang
berdekatan dan sama. jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai
rata-rata (mean), bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati. Data
berskala Interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran , dimana
jarak dua titik pada skala sudah diketahui.
Contoh data Interval : [3]
Kelompok Pekerja

Besaran Pendapatan Per hari

b.

Bakul Rokok

15000-20000

Tukang Parkir

20000-25000

Portiere

25000-30000

Data rasio
Data rasio yaitu data yang mencakup tiga jenis data diatas ditambah dengan
sifat

lain,

yaitu

ukuran

ini

mempunyai

nilai

nol

yang

sama

dan

dapat

diperbandingkan, karena adanya titik nol inilah maka ukuran rasio dapat dibuat
perkalian maupun pembagian. Angka pada data ini merupakan ukuran yang
sebenarnya dari data kuantitatif. Data berskala Rasio adalah data yang diperoleh
dengan cara pengukuran, dimana jarak dua titik pada skala sudah diketahui, dan
mempunyai titik 0 yang absolut. Hal ini berbeda dengan skala Interval, dimana tidak
ada titik nol mutlak.

B.

Data dan Sumber Data[4]

1.

Data Primer.
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian. Kalau seorang meneliti pengaruh fokus tema siaran
TV terhadap tingkat rating siaran tersebut, kemudian mengambil data tersebut
langsung kepada pemirsa acara TV tersebut, maka itu artinya peneliti telah
menggunakan sumber data primer. Bagitu pula kalau seorang peneliti mendapat
data tingkat pendapatan 10 middle manajer PT Cilubintang Gemilang Mandiri
langsung dari dokumen perusahan, maka data tersebut adalah data primer.

2.

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan. Kalau seorang meneliti kebiasaan belajar
murid sekolah dasar, kemudian mengambil data penelitian dari guru dan orang tua,
berarti sumber data yang digunakan itu adalah sumber data sekunder. Guru dan
orang tua disebut sebagai sumebr data sekunder karena data penelitian diperoleh

dari orang yang mungkin mengetahui data tersebut bukan dari murid itu sendiri.
Data sekunder diklasifikasi menjadi dua:
a.

Internal data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder. Umpama kalau
pada perusahaan, dapat berupa faktur, laporan penjualan, pengiriman, operating
statements, general and departmental budgets, laporan hasil riset yang lalu, dan
sebagainya.

b.

Eksternal data, yaitu data yang diperoleh dari sumber luar. Umpamanya data
sensus dan data register, serta data yang diperoleh dari badan atau lembaga yang
aktivitasnya mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan/dalam
berbagai masalah.

C.

Metode Pengumpulan Data[5]


Pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan baku. Artinya, terdapat
cara-cara yang mengikuti aturan-aturan ilmiah dan sesuai dengan metode
penelitian dalam pengumpulan data. Metode pengumpulan data diarahkan dan
dipengaruhi oleh masalah yang dipilih dalam penelitian tersebut. Kesalahan dalam
memilih metode pengumpulan data akan menyebabkan masalah penelitian tidak
dapat dipecahkan. Namun, memungkinkan juga bahwa metode yang dipilih
ternyata tidak mampu menghasilkan data seperti yang diinginkan. Oleh sebab itu,
dalam pelaksanaan penelitian, diperlukan metode pengumpulan data yang tepat
agar data yang diinginkan dapat dikumpulkan secara lengkap dari lapangan.
Di setiap pembicaraan metode penelitian, bahasan metode pengumpulan data
menjadi amat penting. Antara lain metode angket, wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

1.

Metode Angket
Sering pula metode angket disebut sebagai kuesioner (daftar pertanyaan).
Bentuk umum sebuah angket terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk
pengisian angket, bagian identitas berisikan identitas responden seperti: nama,
alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian
baru memasuki bagian isi angket. Dari bentuk isi inilah kemudian angket dibedakan
emnjadi beberapa bentuk, seperti:

Angket Langsung Tertutup


Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa
untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri,

kemudian semua alternaatif jawaban yang harus dijawab telah tertera dalam angket
tersebut. Jawaban dari angket ini antara ya atau tidak
Angket Langsung Terbuka
Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan
sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang
keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.
Angket Tak Langsung Tertutup
Angket tak langsung tertutup adalah daftar pertanyaan yang disertai lebih dari
satu pilihan yang disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih jawaban
mana yang sesuai.
Angket Tak Langsung Terbuka
Angket tak lansung terbuka adalah bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri
yang sama dengan langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif
jawaban, sehingga responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang di
pandang sesuai.
2.

Metode Wawancara
Wawancara atau interviu adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab

sambil bertatap

muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Materi wawancara


yang baik memiliki: pembukaan, isi, dan penutup. Pembukaan wawancara adalah
kata-kata tegur sapa seperti: nama ibu siapa, alamatnya dimana, berapa
anaknya, umurnya berapa, dan sebagainya. Isi wawancara sudah jelas, yaitu pokok
pembahasan yang menjadi masalah atau tujuan penelitian sedangkan penutup
adalah bagian akhir dari suatu wawancara. Bagian ini dihiasi dengan kalimatkalimat penutup pembicaraan, antara lain: saya kira sampai disini wawancara kita,
terima kasih atas bantuan bapak, bapak sudah banyak memberikan bantuan
kepada saya, dan sebagainya. Bagian penutup biasanya diisi dengan janji-janji
untuk bertemu wawancara pada waktu-waktu yang lainnya.
Bentuk-bentuk wawancara :
Wawancara Sistematik
Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih
dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang

hendak ditanyakan kepada responden. Apabila seseorang akan mewawancarai


sekelompok tukang becak dan pembantu rumah tangga tentang jumlah pendapatan
mereka setiap bulan, maka lebih tepat menggunakan wawancra sistematik
mengingat tukang becak dan pembantu rumah tangga akan sulit menjawab
pertanyaan pewawancara yang tanpa guide tertentu.
Wawancara Terarah
Wawancara terarah adalah bentuk wawancara tidak formal dan sistematik bila
dibandingkan dengan wawancara sistematik. Wawancara terarah dilaksanakan
secara bebas tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan
yang akan ditanyakan. Misalnya mewawancarai sekelompok mahasiswa, dosen,
tokoh masyarakat.
Hal yang dipertimbangkan dari pewawancara adalah :
Memiliki idealisme dalam dunia ilmu pengetahuan.
Memahami makna wawancara untuk metode penelitian.
Memahmi permasalahn yang diwawancarai.
Mampu berkomunikasi dengan baik.
3.

Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengamatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Suatu
pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian
apabila memiliki kriteria sebagai berikut:

Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.


Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi
umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya.

Bentuk-Bentuk Observasi:

Observasi Langsung
Dimaksud dengan observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan
secara langsung pada objek yang diobservasikan, dalam artian bahwa pengamatan
tidak menggunakan media-media transparan. Hal ini dimaksud bahwa peneliti
secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian.
Observasi langsung ini dibagi manjadi beberapa bentuk yaitu:
Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau aktivitas apa
yang akan diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian karena
pada pengamatan penliti telah terlebihdahulu mempersiapkan materi pegamatan
dan instrument yang akan digunakan. Pengamatan dapat langsung di laboratorium
atau di lapangan, baik terhadap manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan.
Observasi tidak berstruktur
Pada observasi tidak berstruktur peneliti tidak mengetahui aspek-aspek
kegiatan yang diamati, yang sesuai dengan tujuan penelitiannya. Dengan demikian
pada obseravasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pada observasi ini yang terpenting
adalah pengamat harus menguasai ilmu tentang objek secara umum dari apa yang
hendak diamati.
4.

Metode Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpuan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode documenter
adalah metode yng digunakan untuk menelusuri data historis.
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berbagai macam,
tidak hanya dokumen resmi, bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan,
notulen rapat, catatan kasus (case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen
lainnya.[6]

[1] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis

Bisnis, Jakarta:Rajawali Pers, 1998, h.49


[2] Http://carapedia.com/pengertian_definisi_data_menurut_para_ahli_info505.html

[3] M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaatif, Jakarta: Prenada

Media, 2005, h.121.


[4]M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaatif, Jakarta: Prenada

Media, 2005, h.122.


[5] M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaatif, Jakarta: Prenada Media

2005, h. 123-144

Saya sengaja membuat judul artikel ini "ciri khas" penelitian yang baik dan benar, ciri khas disini bisa
masuk dalam kategori, karakteristik, dan sebagainya. Kajian artikel kali ini saya rangkum dari
pendapat Emory (1985). Beliau menjelaskan ada 7 ciri khas penelitian yang baik dan benar, yakni
sebagai berikut :
1. Jelas dan Fokus

Jelas dan fokus menjadi tahapan awal karakter penelitian yang baik

Masalah yang diteliti haruslah betul-betul sebagai masalah, sehingga data yang terkumpul dalam
penelitian itu dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian yang benar dan jelas. Sehingga penelitian akan lebih terarah dan fokus, efisien dan
efektif.
2. Prosedur penelitian yang Rinci
Prosedur penelitian harus jelas, terperinci, dijabarkan. Sehingga bukan hanya anda saja yang
memahaminya, tapi orang lain yang membaca hasil tulisan anda.
3. Prosedur Harus teliti
Prosedur dalam rancangan penelitian harus dibuat secara teliti dan hati-hati, agar nantinya
penelitian anda menjadi penelitian yang benar-benar valid. Valid maksudnya sesuai antara data dan
fakta. Sementara data yang dimaksud adalah teori-teori yang mendukung penelitian, dokumen,
maupun kuesioner anda. Intinya, dalam meneliti mau tidak mau anda harus mengedepankan
prosedur. Prosedurnya jelas, dan teliti.
4. Laporan lengkap dan sistematis
Laporan penelitian harus lengkap, dan disusun secara sistematis. Kelengkapan yang dimaksud
mencakup teori yang mendukung penelitian anda, sumber data baik pustaka maupun lapangan,
sekunder maupun primer, dan sebagainya.
Dalam menyusun laporan penelitian, baik itu jurnal, skripsi, tesis, dan disertasi, laporan yang
sistematis menjadi nilai tersendiri, dan tentunya akan diistimewakan. Sistematis dalam penelitian
termasuk dalam hal kemampuan anda dalam mengolah data, penempatan teori dari A sampai Z.

5. Analisis tepat
Analisis yang digunakan harus tepat. Dalam penelitian, ada baiknya sebelum menemukan masalah,
dan membuat judul, anda harus membuat rencana yang baik tentang desain penelitian anda.
Termasuk dalam hal menentukan analisisnya. Misalnya menggunakan analisis korelasi, maka yang
dikaji dan diteliti adalah hubungan antara masalah A dan B. yah begitulah selanjutnya, jika meneliti
hubungan maka gunakan analisis korelasi. Jika meneliti perbandingan, gunakan analisis komparatif.
6. Kesimpulan dan Saran dari sumber Bukan pribadi
Setiap kesimpulan dan saran yang diberikan harus didukung oleh data yang diperoleh dari
penelitian. Dengan kata lain, kesimpulan dan saran yang anda tuliskan bukanlah pendapat anda
semata. Boleh anda mengajukan pendapat, namun hal tersebut hanya sekedar saran tambahan.
7. Peneliti berintegritas
Poin inilah yang paling penting. Integritas merupakan perpaduan dari semua poin di atas. Dalam
penelitian, seorang peneliti yang berintegritas tentunya akan sangat ditunggu-tunggu hasil
penelitiannya. Bagaimana dengan skripsi? tentunya poin ini-pun akan berlaku. Mahasiswa yang
berintegritas dalam penelitiannya adalah mahasiswa yang membuat skripsinya dengan hasil jerih
payahnya sendiri, bukan dengan konsultan atau menggunakan jasa orang lain. Tentunya dengan
menerapkan poin-poin yang sudah dijelaskan diatas.

Anda mungkin juga menyukai