Anda di halaman 1dari 5

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)

BIMBINGAN DAN KONSELING

I.            IDENTITAS
                     

A.    Satuan Pendidikan          : Umum


B.     Tahun Ajaran                  : -
C.     Sasaran Pelayanan         : -
D.    Pelaksana                        : Anugrah Sangga Gumilang
E.     Pihak Terkait                  : Siswa

II.            WAKTU DAN TEMPAT


                     

A.       Tanggal                           : 31 Mei 2016


B.       Jam Pelayanan               : Sesuai jadwal
C.       Waktu Pelaksanaan       : 2 X 40 Menit
D.       Tempat Pelaksanaan     : Ruang BK

III.            MATERI PEMBELAJARAN
                     

A.       Tema/Subtema               :  1. Tema        : Broken Home


2.  Subtema : Berpikir negative tentang kondisi kelurga
            B.       Sumber Materi          : Pengalaman pribadi siswa

IV.            TUJUAN  PENGEMBANGAN
                    

A.       Pengembangan KES                 
Pemahaman, agar konseli bias lebih berpikir positif dalam lingkungan keluarga
B.       Pengembangan KES-T
Pencegahan, konseli dapat menghilangkan pikiran yang negative terhadap dirinya sendiri dalam
lingkup keluarga

V.            METODE DAN TEKNIK                          


                     

A.       Jenis Layanan                            : Konseling Individu
B.       KegiatanPendukung                  : Aplikasi Sosiometri

VI.            SARANA
                    

A.       Media                  : Wawancara Konseling
B.       Perlengkapan     : kertas dan bolpoin

          VII.            SARANA PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN/PELAYANAN


Diperolehnya hal-hal baru oleh siswa terkait KES (kehidupan efektifitas sehari-hari) dengan
unsur-unsur AKURS
A.       KES         :
1.        Acuan (A)                 : hal-hal yang perlu di ketahui konseli tentang perasaan pribadinya
2.        Kompetensi (K)        : kemampuan yang perlu dikuasai konseli untuk berperasaan positif
3.        Usaha (U)                  : mewujudkan konseli yang berpikir positif terhadap dirinya sendiri
4.        Rasa (R)                    : merasa senang berpikir hal-hal positif tentang dirinya sendiri dan keluarga
5.        Sungguh-sungguh (S): kesungguhan konseli untuk mengubah pola pikirnya menjadi positif

B.       KES-T     :
Menghindari sikap Konseli yang berpikir negative terhadap dirinya sendiri maupun aktifitas
yang dilakukan dalam keluarga

C.       Ridlo Tuhan, Bersyukur, Ikhlas dan Tabah :


Memohon ridho dan rahmat Tuhan yang Maha Esa untuk
suksesnya konseli menanamkan pikiran yang positif terhadap dirinya sendiri dan keluarga
         
          VIII.            LANGKAH KEGIATAN
N
Tahapan Kegiatan
o
1 Pendahulua 1.   Menciptakan raport dengan konseli
n 2.   Memberi kesepakatan waktu
3.   Menjelaskan kesepakatan dengan konseli
4.   Menjelaskan asas-asas yang
ada dalam konseling individu
5.   Meyakinkan konseli agar
dalam kondisi siap dalam melakukan konseling
2 Kegiatan 1.   Konseli diminta utuk mengungkapkan masalah yang
dialami secara terbuka dan sukarela
2.   Mengidentifikasi kasus yang dialami konseli
3.   Mendiagnosa kasus( menganalisis kasus berdasarkan has
il indentifikasi masalah yang dihadapi konseli)
4.   Perencanaan treatmen/ jalan keluar pelaksanaannya yang
dihadapi konseli berdasarkan diagnosis
disesuaikan dengan potensi dan kondisi konseli
3 Pengakhira 1.   Menyimpulkan jalannya proses
n konseling secara keseluruhan dari awal hingga akhir
2.   Menegaskan jalan keluar yang harus diambil
3.   Memberikan motivasi pada konseli
4.   Meminta kritik dan saran
dari konseli untuk member masukan kita

Mengetahui:                                                                       Surabaya, 31 Mei 2016
Koordinatort BK                                                                Konselor 

IMAM Q, S.Pd, M.Si                                                       ANUGRAH  SANGGA G


NIP 19681107 198405 1 016                                             NIM 125000065

LAMPIRAN         
Rencana penilaian : penilaian segera
A.  PENILAIAN PROSES LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (dikelas)
NO INDIKATOR YANG DIAMATI A B C
1 Partisipasi perseta didik dalam mengikuti
layanan
2 Peserta layanan dapat melakukan konseling
dengan baik
3 Keaktifan peserta didik dalam mengikuti
layanan dan partisipasi aktif
4 Fasilitas mendukung dalam layanan
5 Materi layanan diamati peserta layanan
JUMLAH
Keterangan : A : Baik        = jumlah skor 10-15
                          B : Cukup    = jumlah skor 9-5
                          C : Kurang   = jumlah skor 1-5
B.  PENILAIAN HASIL BIMBINGAN DAN KONSELING
NO INDIKATOR YANG DIAMATI A B C
1 Peserta layanan merasa senang dalam
kegiatan layanan
2 Peserta layanan merasa terhindar dari
masalah broken home
3 Peserta layanan akan menerapkan upaya
Broken Home
4 Peserta dapat keluar dari permasalahan
broken Home
5 Peserta layanan memiliki pengetahuan dan
pengalaman lebih tentang fasilitas yang
disediakan

C.  KEGIATAN SISWA
Memberikan PR kepada peserta didik agar (a) mendekatkan diri kepada Tuhan, (b) berpikir dan
berperilaku positif, (c) saling berbagi, dan (d) mencari kegiatan positif

Materi
  Definisi Broken Home
Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang
tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Broken
home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan
seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa
anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas
mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari
simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal
semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan
mau berprestasi.
  Penyebab Utama Broken Home
Setiap keluarga selalu mendambakan sebuah keluarga yang utuh dan harmonis, jauh dari
pertengkaran atau perpecahan. Namun, setiap keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak
datang begitu saja, tetapi ada penyebab-penyebabnya.
Penyebab utama terjadinya broken home, yaitu: (a) perceraian, terjadi akibat disorientasi antara
suami istri dalam membangun rumah tangga; (b) kebudayaan bisu, ketika tidak adanya
komunikasi dan dialog antar anggota keluarga; (c) ketidakdewasaan sikap orangtua, karena
orangtua  hanya memikirkan diri mereka daripada anak; dan (d) orangtua yang kurang rasa
tanggung jawab dengan alasan kesibukan bekerja. Mereka hanya terfokus  pada materi yang akan
didapat dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab di dalam keluarga
(“Kehidupan Anak Broken Home,” 2012).

  Penyebab Tambahan Broken Home


Penyebab tambahan yang memicu terjadinya broken home, yaitu: (a) perang dingin dalam
keluarga, karena adanya perselisihan atau rasa benci; (b) kurang mendekatkan diri pada Tuhan,
yang membuat orangtua tidak dapat mendidik anaknya dari segi keagamaan; (c) masalah
ekonomi, yang tidak jarang menjadi sebab pertengkaran maupun berakhir dengan
perceraian;  dan (d) masalah pendidikan, kurangnya pengetahuan suami ataupun istri terhadap
keluarga mereka sendiri (“Kehidupan Anak Broken Home,” 2012).

  Dampak Broken Home Pada Anak


a.       Dampak psikologis. Setiap keluarga yang mengalami broken home biasanya akan berdampak
anak-anaknya. Orangtua tidak pernah memikirkan konskuensi dari tindakan yang mereka
lakukan. Dampak paling utama yang akan melekat sampai anak tersebut dewasa adalah dampak
psikologis. Seorang anak dapat berkembang dengan baik jika kebutuhan psikologisnya juga
baik. 
Secara umum anak yang mengalami broken home memiliki (a) ketakutan yang berlebihan, (b)
tidak mau berinteraksi dengan sesama, (c) menutup diri dari lingkungan, (d) emosional, (e)
sensitif, (f) temperamen tinggi, dan (g) labil. Sebenarnya, dampak psikologis yang diterima
seorang anak berbeda-beda tergantung usia atau tingkatan perkembangan anak (Nurmalasari,
2008).
b.      Dampak bagi prestasi anak. Akibat dari broken home juga mempengaruhi prestasi anak
tersebut. Anak broken home cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi untuk
belajar. Berdasarkan sampel penelitian pada siswa kelas dua SMP Negeri Baleendah 2
Kabupaten Bandung dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa
berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh, motivasi
belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari
keluarga utuh, keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap motivasi belajar siswa (Broto, 2009).
c.       Dampak bagi perilaku remaja. Remaja broken home yang kurang perhatian membuat self
esteem dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari perhatian dari lingkungan.
Biasanya dengan memberontak, melakukan bullying, dan bersikap derduktif terhadap
lingkungan, seperti merokok, free sex, dan minum minuman keras (Nurmalasari, 2008).

  Cara Mengatasi Broken Home


Tidak semua orang berpandangan bahwa broken home adalah hal yang negatif. Ada yang
berpikir bahwa broken home adalah jalan yang terbaik bagi keluarganya. Ada beberapa cara
untuk meminimalisir atau mengatasi broken home, antara lain (a) mendekatkan diri kepada
Tuhan, (b) berpikir dan berperilaku positif, (c) saling berbagi, dan (d) mencari kegiatan positif
(“Broken Home dan Cara Mengatasinya,” 2013).

Anda mungkin juga menyukai