Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Needs Assessment dan Perencanaan Dr. Hj. Sessy Rewetty Rivilla, M. Mpd.
Pendidikan Islam

BEBERAPA PENELITIAN TENTANG NEEDS


ASSESSMENT KEBUTUHAN DAN PERENCANAAN
PENDIDIKAN

OLEH:

FAHRI HUSAINI : 210211030068

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

PASCASARJANA/FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

BANJARMASIN

2022
PENDAHULUAN

Assessments atau penilaian merupakan komponen penting dalam


penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat
ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas penilaiannya.
Penilaian (assessments) pendidikan perlu dilakukan secara profesional karena hasil
penilaian pendidikan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan berbagai
keputusan tentang siswa, proses pembelajaran, kurikulum dan kebijakan
pendidikan. Perlunya upaya membangun pendidikan bermutu dan bermakna,
sehingga hasil penilaian menjadi dasar dalam perumusan kebijakan pembangunan
dan perbaikan mutu pendidikan.

Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan pendidikan perlu untuk secara berkala
dinilai untuk memperoleh informasi yang berguna bagi pengambilan kebijakan
pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatkan mutu
pendidikan adalah sebagai upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia,
meningkatkan daya saing masyarakat dan bangsa, meningkatkan martabat pribadi,
masyarakat dan bangsa serta mewujudkan kemajuan, kemakmuran dan
kesejahteraan hidup masyarakat dan bangsa.

Dalam makalah ini akan membahas beberapa penelitian tentang needs


assessment terutama hal yang berkaitan dengan kebutuhan dan perencanaan di
dunia pendidikan.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Need Assessment


Menurut Fenwick et al Needs Assessment adalah; Suatu alat/cara untuk
menemukan gap antara produk pendidikan yang ada (outcomes or results) dan
produk pendidikan yang dikehendaki, kemudian menempatkan gap-gap ini dalam
susunan prioritas dan memilih gap yang paling prioritas untuk dilakukan tindakan
biasanya melalui implementasi kurikulum yang ada atau kurikulum baru atau
melalui proses manajemen.
Need Assessment (analisis kebutuhan) juga dapat dipahami, cara atau metode
untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be
/ ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang
diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada,
seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. 1
Dengan demikian Needs Assessment merupakan langkah awal yang penting
dan mendasar dalam mengembangkan maupun merevisi suatu program pendidikan.
Melalui identifikasi kebutuhan-kebutuhan (identification of needs) yang teliti dan
sistematis dapat memberikan arah bagi para pengembang program pendidikan dan
latihan untuk menghasilkan suatu program yang representatif dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat.2 Dalam konteks pendidikan kebutuhan dimaksud diartikan
sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara kenyaataan
yang ada dengan kondisi yang diharapkan.
Popham mengemukakan pula bahwa asesmen dalam pembelajaran
adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan
dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk mempebaiki proses dan
hasil belajar siswa. 3

1
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pedidikan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004), h.52
2
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak, (Jakarta: PT. Indeks, 2010), 200.
3
Popham, W. James, Clasroom Assessment: What Teacher Need to Know, (Los
Angeles: Allyn and Bacon, 1995), 6.

2
B. Tahap - Tahap Need Assessment
Need Assessment dilakukan secara bertahap, yakni: persiapan,
pengumpulan data, analisis data dan interpretasi, deseminasi dan pembuatan
laporan.4
1. Persiapan
a. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang audien dan target populasi.
b. Mengklarifikasi tujuan analisis kebutuhan yaitu meliputi alasan yang
dinyatakan (stated reason) yaitu antara lain seleksi perseorangan atau group
untuk berpartisipasi dalam program, alokasi dana, dll. dan alasan yang tidak
dinyatakan (unstated reason).
c. Menetapkan cakupan dan tempat analisis kebutuhan.
d. Menentukan orang yang akan terlibat di dalam pelaksanaan analisis kebutuhan
yang meliputi keterlibatan anggota, menjalin komunikasi dengan group
tersebut sepanjang studi.
e. Mengembangkan dan memperhatikan isu-isu politik yang urgen yaitu meliputi
pelibatan individu dan grup kunci dalam lingkungannya, komunikasi secara
terus-menerus, mengidentifikasi dan pendekatan terhadap orang-orang yang
berada dalam lingkungan birokrasi.
f. Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan yang meliputi
keadaan, program, biaya, kerangka konsep dan dasar filosofi serta indicator
keberhasilan.
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
b. Menentukan sampel.
c. Menentukan prosedur pengumpulan data dan instrument
d. Menetapkan rencana implementasi dan prosedur observasi.
e. Mendokumentasi dan menyimpan informasi.
3. Analisis Data dan Interpretasi
a. Meriview dan memperbaharui informasi yang telah dikumpulkan.

4
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pedidikan, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2004), h.52
b. Mereview informasi dengan grup yang relevan.
c. Melakukan analisis deskriptik sesuai dengan tipe informasi.
d. Menilai informasi yang tersedia.
e. Melakukan analisis.
4. Deseminasi Hasil Analisis dan Pembuatan Laporan
Data yang telah dianalisis dipresentasikan dan dirumuskan dalam bentuk
kebijakan, sebagai rekomendasi. Hasil yang dipresentasikan dalam forum
seminar disebut dengan diseminasi hasil evaluasi, dengan peserta, para
perencana dan pelaksana program, pimpinan lembaga, pihak sponsor,
masyarakat yang terkena program dan stake holder.
Adapun standar yang digunakan untuk mereview dan mengevaluasi
rencana laporan berdasarkan Standar Evaluasi Analisis Kebutuhan antara lain:
a. Standar Kegunaan, yaitu meliputi antara lain: identifikasi audiens,
kredibilitas penilai, cakupan informasi, interpretasi penilaian, kejelasan
laporan, diseminasi laporan, jadwal laporan dan dampak dari evaluasi.
b. Standar Feasibility (Kelayakan) yaitu meliputi prosedur praktis,
pengakuan secara politis dan efisiensi biaya.
c. Standar Perilaku, yaitu meliputi kewajiban formal, konflik kepentingan,
keterbukaan kepada public, HAM, interaksi manusia, laporan secara
seimbang antara pusat, daerah, individual dan instansi, serta tanggung
jawab atas anggaran.
d. Standar Akurasi/Ketepatan, yaitu meliputi identifikasi obyek, analisis
konteks, menggambarkan tujuan dan prosedur, kebenaran sumber
informasi, pengukuran yang valid dan reliable, control data secara
sistematis, analisis informasi kuantitatif, analisis data kualitatif,
kesimpulan secara adil dan laporan yang objektif.

C. Beberapa Contoh Penelitian Need Assessment


1. Need Assessment Dalam Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning)
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis
kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang

4
mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar
kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang
paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu
sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika
dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik
akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak
diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan
secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum
optimal.
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree
of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar
digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang
diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses
pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-
rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas
pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik
yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari
konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas
adalah:
1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan
yang hirarkis.
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap
kompetensi harus diberikan feedback.
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan.
4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar lebih
Indikator Need Assessment Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning)

1. Indikator Need Assessment


Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas sebenarnya menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan
layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta
didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. Mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
b. Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
c. Mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Indikator Need Assessment yang sangat ditekankan dalam pembelajaran
tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat
(peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Pembelajaran tuntas
sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok
kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja,
permainan dan pembelajaran berbasis komputer.
2. Peran Guru
Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas menekankan pada peran
atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara
individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System
of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan
pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
a. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan
(unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan
prasyaratnya.
b. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.
c. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
d. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
e. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi
(kognitif, psikomotor, dan afektif)
f. Menggunakan teknik diagnostik

6
g. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik
yang mengalami kesulitan
3. Peran Peserta didik
Indikator Need Assessment memiliki pendekatan berbasis kompetensi
sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek
didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan
dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan dikerjakannya”.
Oleh karena itu, Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas
memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu
belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam
menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik
sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa evaluasi indikator need assessment ditetapkan
dengan pada setiap kompetensi dasar. Dalam hal ini batas evaluasi need
assessment ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru sampai peserta didik
dinyatakan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Asumsi dasar evaluasi need assessment adalah:
a. Bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan
berbeda.
b. Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus
atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
a. Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
b. Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar
(KD)
c. Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan
program pengayaan.
d. Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e. Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan,
kuesioner.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal.
Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai
alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes
diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai
sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan
segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun
umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling
realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga
memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap
KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah.

2. Need Assessment Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas


Jasmani Dalam Karakter Semangat Kebangsaan
Penelitian ini adalah sebuah jurnal Dwijaloka Jurnal Pendidikan Dasar &
Menengah Vol. 2 No. 2 Juni 2021 yang ditulis oleh Nur Eva Try Agustina, Asep
Ardiyanto, Prasena Arisyanto. Penlitian ini dilatar belakangi kurangnya model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PJOK dan belum adanya model
pembelajaran yang berbasis aktivitas jasmani untuk meningkatkan karakter Semangat
Kebangsaan peserta didik. Dalam pembelajaran guru menggunakan metode ceramah,
dengan model pembelajaran langsung, sehingga peserta didik merasa mononton dalam
pembelajaran, kurangnya sarana prasarana menjadi salah satu kendala dalam
melaksanakan pembelajaran disekolah, Pendidikan karakter semangat kebangsaan lebih
banyak di mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sehingga peserta didik hanya
menggunakan model pembelajaran seadanya.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini yaitu mengembangkan model pembelajaran aktivitas jasmani dengan karakter
Semangat Kebangsaan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and
Development (R&D) yang dikemukakan oleh Sugiyono dengan prosedur pengembangan
dimodifikasi sampai dengan tahap kelima yaitu Revisi Desain. Tahapan prosedur
pengembangan tersebut yaitu Potensi dan Masalah, Pengumpulan Data, Desain produk,
Validasi desain dan revisi desain. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara, angket, dan dokumentasi. Teknik yang digunakan pada saat penelitian yaitu
analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

8
Adapun hasil penelitian ini, Setelah dari hasil pengumpulan data maka dapat
digunakan untuk merancang suatu produk dengan suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan agar pembelajaran tidak monoton. Penentuan desain produk yang
dikembangkan dimulai dari pemilihan format digunakan untuk mengungkap proses
pembelajaran yang dilakukan. Format pembelajaran disesuaikan dengan pengembangan
model pembelajaran berbasis aktivitas jasmani, adapun format pengembangan model
yang dipilih adalah dapat mengintegrasikan model dalam pelaksanaan pembelajaran.
Langkah kedua yaitu penentuan perangkat dalam melaksanakaan pembelajaran, dalam
penelitan ini akan dikembangkan perangkat pembelajaran terintegrasi dengan
pengembangan model dalam pembelajaran. Adapun perangkat pembelajaran yang dibuat
difokuskan pada penerapan model pembelajaran berbasis aktivitas jasmani dalam
karakter semangat kebangsaan. Langkah terakhir adalah perancangan dengan
mendesain“model pembelajaran berbasis aktivitas jasmani dalam karakter semangat
kebangsaan”. Desain produk model pembelajaran berbasis aktivitas jasmani dalam
karakter semangat kebangsaan dinamakan draft 1. Draft 1 kemudian dievalusi oleh ahli.
Penilaian ahli dilakukan untuk memenuhi kriteria produk yang dikembangkan.

3. Assesmen Kebutuhan Dan Perencanaan Pendidikan Dan Latihan


Berbicara tentang asesmen kebutuhan dalam pendidikan tidak terlepas dari
input, proses, produk, output dan outcome. Dimana bagian-bagian tersebut
menunjukkan keterkaitan satu dengan lainnya. Input akan sangat mempengaruhi
proses dari sebuah pelaksanaan pendidikan. Proses yang dilakukan juga
mempengaruhi produk yang berdampak kepada output. Dengan output yang
mampu bersaing maka dapat dipastikan outcomes mampu bertahan hidup secara
kelompok dan individu bahkan mampu berkontribusi dalam kehidupan.
Pendekatan Sistem
Dengan melakukan pedekatan sistemik dalam menilai kebutuhan
pendidikan akan memberi kemudahan dalam memecahkan masalah. Pendekatan
secara sistem akan mengidentifikasi dan menjustifikasi masalah sebelum
melakukan penyelesaian masalah. Sehingga penyelesaian masalah tidak akan
salah sasaran.
Penerapan pendekatan sistem pada manajemen pendidikan sudah terjadi
sejak 10 tahun terakhir. Hal ini telah memeberikan dampak yang besar akan
pentingnya asesmen kebutuhan di dunia pendidikan. Namun penerapan
pendekatan sistem bukanlah sesuatu yang mudah untuk diimplementasikan. Salah
satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan pendekatan sistem dalam
pendidikan adalah dimulai dari pimpinan sekolah. Pimpinan sekolah atau school
administrators harus mendapatkan pelatihan yang sesuai denga tanggung jawab
mereka. Namun yang terjadi pada saat itu adalah pimpinan sekolah tidak
mendapatkan pelatihan tentang cara menganalisa sistem dan keterampilan dalam
perencanaan. Kurangnya pelatihan yang didapatkan oleh pimpinan sekolah
berdampak terhadap keterampilan mereka dalam membedakan antara solusi dan
masalah. Hal ini memberikan alasan mengapa sekolah-sekolah dahulu belum
mampu menerapkan manajemen yang efektif di sekolah. Hal ini diperburuk
dengan ketidakjelasan fungsi dari pengawasan yang dilakukan oleh pengawas.
Pengawas seharusnya mampu mengartikan kebijakan yayasan sekolah ke dalam
sebuah tindakan nyata yang seharusnya selaras dengan tujuan sekolah. Masalah
ketidakmapuan pimpinan sekolah dalam menciptakan manajemen sekolah yang
efektif dapat diselesaikan dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pimpinan sekolah tentang jenis-jenis strategi perencanaan secara komprehensif
yang menyentuh semua lini mulai dari strategi menciptakan sekolah sebagai
tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar
Assesment Kurikulum
Pengembangan kurikulum dan penerapannya adalah kendaraan bagi
peningkatan sistem sekolah yang paling sering dibahas. Kurikulum dianggap
sebagai kendaraan memiliki makna bahwa kurikulumlah yang menghasilkan apa
yang dipelajari siswa. Sehingga kurikulum merupakan salah satu kebutuhan
pendidikan.
Kurikulum merupakan central learning planning bagi seorang guru.
Melalui kurikulum yang baik maka guru harus dilatih untuk menggunakan
kurikulum tersebut. Guru dilatih untuk mengembangkan rencana pembelajaran
dan tugas menulis kurikulum. Dengan memanfaatkan asesmen kebutuhan sebagai

10
strategi dalam rangka menjadikan kurikulum lebih bermanfaat, lebih berhasil
dengan menghubungkan input dan output. Asesmen kebutuhan menyediakan
sebuah mekanisme dalam pengembangan, mengartikan, dan memvalidasi
kurikulum yang tepat sebagai jembatan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Prosedur Penerapan Asesmen Kebutuhan Dalam Kurikulum
1. Memilih hasil pendidikan
2. Menetapkan prioritas hasil
3. Menerjemahkan tujuan pendidikan menjadi sasaran pendidikan
4. Memetakan kurikulum sekolah yang ada
5. Bandingkan pernyataan outcome/hasil dengan kurikulum yang ada Setelah
kurikulum sudah dipetakan dengan akurat, maka outcome statement
(pernyataan spesifik, dapat diukur) dikembangkan pada tingkat kebijakan
oleh dewan pendidikan
6. Pilihan/pengembangan/penerapan
Pada saat hasil sudah diketahui, dan kurikulum sudah dipetakan dengan
akurat maka tes dapat dipilih atau dikembangkan yang mana: 1) memiliki
tingkat overlap/ketimpangan yang tinggi, 2) memasukkan sebanyak
mungkin konten kurikulum yang ada
7. Kesenjangan terhadap kebutuhan
8. Memeriksa kecukupan komposisi kurikulum
9. Membuat perubahan komposisi/isi kurikulum yang dibutuhkan. Membuat
perubahan atau tinjauan kurikulum dari kurikulum yang ada menjadi sebuah
kurikulum yang diinginkan dengan melihat komposisi kurikulum.
10. Menerapkan perubahan dan membandingkan umpan balik dengan solusi
yang dipilih Dengan melakukan review terhadap kurikulum yang ada
sehingga menjadi sebuah kurikulum yang diinginkan tidak lengkap tanpa
dilakukannya penerapan kurikulum. Penerapan perubahan pada kurikulum
yang diinginkan tidak menutup peluang untuk tetap mendapatkan feedback
untuk menjadikan kurikulum menjadi lebih baik lagi.
PENUTUP
Need Assessment adalah cara atau metode untuk mengetahui perbedaan
antara kondisi yang diinginkan/seharusnya atau diharapkan dengan kondisi yang
ada. Needs Assessment merupakan langkah awal yang penting dan mendasar
dalam mengembangkan maupun merevisi suatu program pendidikan. Melalui
identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang teliti dan sistematis dapat memberikan arah
bagi para pengembang program pendidikan dan latihan untuk menghasilkan suatu
program yang representatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Penelitian Need Assessment Dalam Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning)
menjelaskan indikator-indikator apa saja sehingga terpenuhi pembelajaran tuntas.
Dengan Need Assessment memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang
menjadi pembelajaran selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen
yang dituntut dari suatu capaian tertentu. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan
dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Popham, W. James, Clasroom Assessment: What Teacher Need to Know, (Los
Angeles: Allyn and Bacon, 1995.
Suharsimi Arikunto & Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pedidikan,
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak, Jakarta: PT. Indeks, 2010.

Anda mungkin juga menyukai