Anda di halaman 1dari 28

Konseling Kelompok

dengan Pendekatan Behavioral

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum BK Kelompok


Dosen Pengampu:
Maya Masyita Suherman, M.Pd

Disusun Oleh:

Aries Sumaryadi (18010089)


Empur Puspasningrum (18010358)
Khaerunnisa Ahadiah (18010234)
Lani Apriliani (18010353)
Niar Yusmaniar (18010334)
Rachmat Sukandar (18010331)

INSTITUT ILMU PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN SILIWANGI


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah  memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah
ini. Isi dari makalah ini membahas tentang  “Konseling Kelompok dengan
Pendekatan Behaviour”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT.

Harapan yang paling besar dari penulisan makalah ini ialah mudah-
mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman serta orang lain yang ingin menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Aamiin.

                                                                                    Cimahi, April 2020

                                                                                    Penyusun

i
DAFTRA ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
A. Pengertian Konseling Kelompok...............................................................4
B. Tipe Konseling Kelompok.........................................................................4
C. Tujuan Konseling Kelompok.....................................................................4
D. Tahapan Konseling Kelompok .................................................................5
E. Sejarah dan Konsep Dasar Konseling Behavioral ....................................7
F. Peranan Konselor dengan Konseli dalam Konseling Kelompok ..............11
G. Prosedur dan Proses Melakukan Konseling Kelompok ............................13

BAB III PENUTUP............................................................................................16


A. Kesimpulan ...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
RPL KONSELING KELOMPOK

ii
BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Individu-individu yang menempati wilayah tertentu merupakan suatu
perkumpulan atau disebut dengan kelompok. Dengan demikian, kehidupan
individu itu tidak terlepas dari kelompok, baik kelompok kecil seperti keluarga
dan kelompok kerja, maupun kehidupan kelompok besar seperti masyarakat,
bangsa, dan lain sebagainya.
Menurut Hernert Smith, kelompok adalah suatu unit yang terdapat
beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Jadi, dapat diambil pemahaman bahwa kelompok merupakan kumpulan
individu yang mengadakan interaksi secara mendalam antara satu sama lain.
Mereka memiliki kesatuan persepsi untuk bertingkah laku di dalam maupun di
luar kumpulan mereka. Sementara itu, konseling kelompok adalah layanan yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok.
Mengingat peranan konseling kelompok dalam kehidupan sekarang ini
bukan hanya menjadi salah satu teknik penting dalam profesi Bimbingan dan
Konseling khususnya di lingkungan pendidikan, namun telah menjadi salah satu
teknik terapi dan peningkatan pengelolaan emosi dan tingkah laku yang efektif
seperti yang sudah banyak dilakukan di negara-negara maju. Format konseling
kelompok bisa mengurangi ketakutan untuk mengungkapkan emosi, dan
menawarkan pelatihan ulang dalam pengungkapan emosi yang lebih sesuai.
Konseling kelompok yang dilakukan dengan baik sangat efektif dalam
menangani masalah psikologis, misalnya masalah antarpribadi. Untuk dapat
melakukan proses konseling kelompok yang baik sangat diperlukan pemahaman
dan pengaktualisasikan teknik-teknik konseling yang ada ke dalam konseling
kelompok secara tepat dan sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh
konseli.

1
Teknik-teknik konseling yang dapat diterapkan dalam konseling kelompok
cukup banyak, teknik-teknik tersebut ada yang berdasarkan pendekatan
individual, teknik komunikasi, serta teknik-teknik terapan lainnya sehingga dalam
melakukan kegiatan konseling kelompok, konselor hendaknya selalu
mengaktualisasikan teknik dan kemampuannya. Jadi pemahaman teknik-teknik
konseling yang baik sangat mendukung pelaksanaan konseling kelompok yang
efektif dan efisien.

      B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembahasan yang sudah dijelaskan di atas,
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan konseling kelompok?
2. Bagaimana tipe konseling kelompok?
3. Bagaimana tujuan konseling kelompok?
4. Bagaimana tahapan konseling kelompok?
5. Bagaimana sejarah dan konsep dasar konseling behavioral?
6. Bagaimana peranan konselor dengan konseli dalam konseling kelompok?
7. Bagaimana prosedur dan proses melakukan konseling kelompok?

      C.    Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling behavioral ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian konseling kelompok.
2. Untuk mengetahui tipe konseling kelompok.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling kelompok.
4. Untuk mengetahui tahapan dalam konseling kelompok.
5. Untuk mengetahui sejarah, konsep, dan teknik pelaksanaan konseling
behavioral dengan baik dan benar.
6. Memahami metode dan ciri khas yang terdapat dalam pelaksanaan konsep
teori behavioral dalam format konseling kelompok.

2
7. Menjelaskan kajian-kajian dan peranan konselor dan konseli dalam proses
konseling kelompok behavioral.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Kelompok


Konseling kelompok menurut Shertzer & Stone (2001) merupakan proses
dimana seorang konselor terlibat dalam suati hubungan dengan sejumlah klien
pada waktu yang sama. Konseling kelompok dapat menurunkan simtom, depresi,
dan memperbaiki mood, serta mengatasi berbagai masalah.

B. Tipe Konseling Kelompok


Tipe konseling kelompok menurut Thomas dan Rudolf (2002) terdapat 4
kategori kelompok yang terbuka, yaitu:
1. The common problem group
Kelompok anak-anak yang punya problem yang hampir sama (berat
badan, prestasi rendah,, perceraian, dsb)
2. The case-centered group
Kelompok anak-anak yang memiliki masalah yang berbeda.
3. The human potensial group
Kelompok memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan
sifat dan kelebihan mereka
4. The skill developmental
Kelompok ini diarahkan pada ketrampilan perilaku khusus
(mengembangkan ketrampilan, komunikasi, mendengar aktif belajar
menjadi asestif, menerima dan memberi umpan balik)

C. Tujuan Konseling Kelompok


Tujuan konseling kelompok ialah:
 Membantu anggota kelompok memahami dirinya dlm proses pencarian
identitas; menjadi diri sendiri
 Mengembangkan penerimaan diri & perasaan pribadi yg berharga

4
 Mengembangkan sosial & interpersonal skill, misal kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, empati & sensitif terhadap
kebutuhan orang lain, bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
 Belajar menjadi pendengar yang empatik
 Membantu tiap anggota membuat tujuan khusus & komitmen terhadap
pencapaian tujuan tersebut.

D. Tahapan Konseling Kelompok


Tahap konseling kelompok dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Tahap Pembentukan
Dalam konseling kelompok, tahap pembentukan yaitu tahap awal yang
sangat berpengaruh dalam proses selanjutnya. Tahap ini ditandai dengan
dibentuknya struktur kelompok. Adapun manfaat dari dibentuknya struktur
kelompok ini adalah agar anggota kelompok dapat memahami aturan yang ada
dalam kelompok untuk bertanggung jawab pada tujuan dan proses kelompok.
Kegiatan ini meliputi: 1. Mengungkap arti dan tujuan kegiatan kelompok 2.
Menjelaskan cara dan asas kegiatan kelompok 3. Saling memperkenalkan dan
mengungkapkan diri 4. Teknik khusus 5. Permainan pengakraban
2. Tahap Peralihan
Hal umum yang sering muncul pada tahap ini adalah terjadinya suasana
ketidakseimbangan dalam diri masing-masing anggota kelompok. Konselor
diharapkan membuka permasalahan masing-masing anggota sehingga masalah
tersebut dapat bersama-sama dirumuskan dan dapat diketahui penyebabnya.
Walaupun anggota kelompok mulai terbuka satu sama lain, tetapi dapat pula
terjadi kecemasan, resistensi, konflik, dan keengganan anggota kelompok
membuka diri. Oleh karena itu, konselor selaku pemimpin kelompok harus dapat
mengontrol dan mengarahkan anggotanya untuk merasa nyaman dan menjadikan
anggota kelompok sebagai keluarganya sendiri.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Menjelaskan kegiata yang akan ditempuh pada tahap berikutnya

5
b. Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani pada
tahap selanjutnya (tahap ke3)
c. Membahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap
pembentukan)
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah
dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defensifnya, adanya
perilaku modelling yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta
belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi,
pada tahap ini juga dapat saja terjadi konfrontasi antara anggota dan transferensi.
Dan peran konselor dalam hal ini adalah berupajaga keterlibatan dan kebersamaan
anggoota kelompok secara aktif.
Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya.
Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini
juga dapat dilalui dengan baik. Begitupun sebaliknya, apabila tahap ini berjalan
dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa
mengharapkan ikut campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.
Karena Tahap Ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek
tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelmpok.
Kegiatan pada Tahap Ketiga itu mendapatkan alokasi waktu yang terbesar dalam
keseluruhan kegiatan kelompok.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau
topik bahasan.
b. Menetapkan maslah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas

6
d. Kegiatan selingan
4. Tahap Pengakhiran
Tahap ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba
perilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan
balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok
apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap sebagai tahap
melatih diri klien untuk melakukan perubahan.
Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa
kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai
dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari pengalaman
sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki masalah
belum dapat terselesaikan pada fase sebelumnya, maka pada tahap ini masalah
tersebut harus diselesaikan.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan-kesan dan hasil
kegiatan
E. Sejarah dan Konsep Dasar Konseling Behavioral
1. Sejarah Konseling Behavioral
Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang
berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari
B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk
menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi
koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami
sebagai hasil kombinasi : (1) belajar di waktu yang lalu dalam hubungannya
dengan keadaan yang sekarang, (2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya
terhadap kepekaan terhadap lingkungan, (3) perbedaan-perbedaan biologik baik
genetik atau karena gangguan fisiologik.

7
Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya
pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1.   Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat
oleh pengaruh reinforcement (penguatan).
2.  Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi
kencenderungan kelompok.
3.   Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya
perilaku ketimbang motivasi di dalam diri.

Perkembangan pendekatan behavioral diawali pada tahun 1950-an dan


awal 1960-an sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang
dominan. Pendekatan ini dihasilkan berdasarkan hasil eksperimen tokoh
behavioral yang memberikan sumbangan pada prinsip-prinsip belajar dalam
tingkah laku manusia. Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan
behavioral terdiri dari sebagai berikut :
1.      Classical Conditioning
Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14
September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil
penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning.
Penelitiannya yang paling terkenal adalah menggunakan anjing yang dalam
keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara. Dalam penelitiannya tersebut,
Pavlov menyimpulkan bahwa Respon (tindakan) dapat terjadi apabila ada
Stimulus (rangasangan).

2.      Operant Conditioning
Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner
Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang
berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas
pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu
muncul.

Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian


instrumental (instrumental conditioning) karena memperlihatkan bahwa tingkah

8
laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan
diberikan untuk tingkah laku tersebut.

Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan,


telah mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya
memperoleh pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian
operan, pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan
pemberian penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku
berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan ganjar.

Sering kali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya berlebihan


atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil
pendekatan behavioral membantu konseli untuk belajar cara bertindak yang baru
dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi
tingkah laku yang berlebihan. Dengan kata lain, membantu konseli agar tingkah
lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif (Gladding,
2004).

Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu konseli yang


mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan
disfungsi psikoseksual. Juga bermanfaat untuk membantu mengurangi gangguan
yang diasosiasikan dengan anxietas, stres, asertivitas, dan interaksi sosial
(Gladding, 2004).
Pandangan teori behavioral secara umum terhadap perilaku manusia
menyatakan bahwa, antara lain :
 Respon tidak selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh
pengaruh penguatan (reinforcement).
 Lebih menekankan pada studi subjek individual dibandingkan generalisasi
kecenderungan kelompok.
 Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya
perilaku dibandingkan motivasi di dalam diri.

9
 Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan
yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif
yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.

2. Konsep Dasar Konseling Behavioral


Menurut Skinner, perilaku manusia atas konsekuensi yang diterima.
Apabila perilaku mendapat ganjaran positif, maka individu akan meneruskan atau
mengulangi tingkah lakunya, sebaliknya apabila perilaku mendapat ganjaran
negatif (hukuman), maka individu akan menghindari atau menghentikan tingkah
lakunya. Pendekatan behavioral lebih berorientasi pada masa depan dalam
menyelesaikan masalah. Inti dari behavioral adalah proses belajar dan lingkungan
individu. Konseling behavioral dikenal sebagai ancangan yang pragmatis.
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan
eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi
koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Kontribusi terbesar konseling behavioral adalah bagaimana memodifikasi perilaku
melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan
perilaku.
Corey (2001) mengatakan bahwa konseling behavioral yang modern tidak
mempunyai asumsi deterministik tentang manusia yang menganggap manusia
hanya sebagai produk dari kondisioning sosiokultur. Individu adalah hasil
produksi dan juga yang memproduksi lingkungannya. Corey melihat Skinner
sebagai penganut teori tingkah laki yang radikal yang tidak mengakui
kemungkinan diri sebagai penentu dan kebebasan diri. Kecenderungan sekarang
adalah untuk mengajarkan pengendalian kepada konseli, dengan demikian
meningkatkan kebebasan mereka. Modifikasi tingkah laku bertujuan
meningkatkan keterampilan individu sehingga mereka mempunyai lebih banyak
pilihan dalam memilih suatu tingkah laku.
Adapun ciri-ciri dari karakteristik konseling behavioral antara lain adalah,
yaitu :

10
 Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat
dirubah.
 Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat
membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan;  prosedur-
prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang
relevan dalam perilaku konseli dengan merubah lingkungan.
 Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “sosial
modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur
konseling.
 Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-
perubahan dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan 
konseling yang diberikan.
 Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus di desain untuk membantu konseli
dalam memecahkan masalah khusus.

F. Peranan Konselor dengan Konseli Dalam Konseling Kelompok\


1.      Peran Konselor
Pada umumnya konselor yang mempunyai orientasi behavioral bersikap
aktif dalam proses konseling. Konseli belajar menghilangkan atau belajar kembali
bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan,
guru, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia bisa juga memberi instruksi atau
mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan konseli yang
membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif
beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan konseli dalam setiap
fase konseling (Gladding, 2004).
Fungsi dan tuga konselor juga dijelaskan untuk mengaplikasikan  prinsip 
dari  mempelajari manusia untuk memberi fasilitas pada penggantian perilaku
maladaptif  dengan perilaku yang lebih adaptif. Kemudian menyediakan sarana
untuk mencapai sasaran konseli, dengan membebaskan  seseorang dari  perilaku
yang  mengganggu  kehidupan  yang efektif sesuai dengan nilai demokrasi tentang

11
hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki  sepanjang sasaran
itu  sesuai  dengan  kebaikan masyarakat secara umum.
Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling
kelompok ini, antara lain adalah :
1)      Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis
tingkah laku yang ditunjukan oleh konseli.

2)      Konselor harus menerima dan memahami konseli tanpa mengadili atau


mengkritik.

3)      Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan
memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.

4)      Memberikan informasi dan menjelaskan proses yang dibutuhkan anggota


untuk melakukan perubahan.

5)      Konselor harus memberikan reinforcement.

6)     Mendorong konseli untuk mentransfer tingkah lakunya dalam kehidupan


nyata.

2.      Peran Konseli
Keberadaan konseli dalam konseling kelompok khususnya behavioral
tidak harus berasal dari konseli yang mempunyai permasalahan yang sama. Setiap
anggota kelompok diberikan kesempatan untuk menanggapi persoalan yang
sedang dihadapi oleh salah seorang anggota kelompok. Di sini, ada
semacam sharing pendapat di antara teman sebaya dalam memecahkan sebuah
persoalan.
Adapun peranan atau hak seorang konseli dalam proses konseling
kelompok behavioral, antara lain adalah :
1)      Setiap anggota mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti
variabel eksternal dan internal yang mungkin menstimulasi dan
menguatkan perilakunya dan lebih lanjut membuat pernyataan perilaku
baru yang diharapkan.
2)      Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi dalam terapeutik.

12
3)      Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.

Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan


langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah
untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada
perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral sangat
terdefinisikan, juga demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus
memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan
aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu :
 Konselor memahami dan menerima konseli.
 Antara konselor dan konseli saling bekerjasama dalam satu kelompok.
 Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.

G. Prosedur dan Proses Melakukan Konseling kelompok


Untuk memberikan gambaran singkat tentang proses konseling kelompok
secara umum, berikut urutan proses pelaksanaannya :
1.      Konselor memperkenalkan diri, kemudian mempersilahkan masing-
masing anggota kelompok untuk memperkenalkan diri mereka.
2.      Konselor menjelaskan aturan main dalam konseling kelompok.
3.      Konselor menyuruh setiap anggota kelompok mengemukakan persoalan
yang saat ini dihadapi.
4.      Setelah semua anggota sudah menyampaikan permasalahan, maka
konselor bersepakat dengan semua anggota kelompok untuk membahas
satu permasalahan yang dianggap paling mendesak untuk dipecahkan.
5.      Mempersilahkan setiap anggota kelompok untuk menanggapi persoalan
yang dibahas.

13
6.      Setelah menemukan solusi terhadap persoalan, konselor menanyakan
kesanggupan anggota kelompok untuk melaksanakan kesepakatan
bersama.
7.      Menutup pertemuan dengan kalimat yang baik dan doa.

Guna mencapai perubahan yang menjadi tujuan penyelenggaraan


konseling behavioral, maka tahap-tahap pelaksanaan konseling harus sistematis.
Hal ini disebabkan konseling behavioral berbasis pada tingkah laku khusus yang
akan dirubah. Berikut merupakan tahapannya :

1.      Memulai Kelompok (Beginning The Group)

Konselor mengadakan pertemuan dengan setiap individu untuk


menentukan apakah individu-individu tersebut cocok untuk ditangani dalam
kelompok dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam kelompok. Aktivitas
dalam pertemuan kelompok yang pertama dipusatkan pada pengorganisasian
kelompok, serta mengorientasikan konseli ke proses kelompok dan memulai
membangun sebuah kebersamaan kelompok.
2.      Pembatasan atau Penentuan masalah (Definition of the Problem)

Masalah konseli yang diceritakan pada kelompok perlu dianalisis terlebih


dahulu. Konselor mengidentifikasi anteseden dan konsekuensi tingkah laku
dengan melakukan analisis yang sistematis tentang tingkah laku bermasalah
tersebut, sehingga konselor dapat memberikan stimuli dan mengeksplorasi lebih
lanjut unsur-unsur penguat yang mungkin ada pada masalah itu.
3.      Perkembangan dan Sejarah Sosial (The Development and Social History)

Pada tahap ini, konselor dapat meminta konseli untuk mengungkapkan


keberhasilan dan kegagalan dalam hidupnya, kelebihan dan kekurangan dirinya,
hubungan sosial, penghambat tingkah laku, dan konflik-konflik yang dialami.
4.      Pernyataan Tujuan Behavioral (Stating Behavioral Goal)

Konseli harus menyatakan masalah dan tujuan yang diharapkan dalam


bentuk behavioral. Tujuan yang spefisik ini merupakan tujuan bagi perilaku
khusus yang akan diubah.

14
5.      Strategi Pengubahan Tingkah Laku (Strategies for Behavioral Change)

Pada tahap ini akan sangat membantu jika konselor mengembangkan


kontrak behavioral yang spefisik, yaitu kontrak mingguan dengan setiap anggota.
6.      Pengalihan dan Pemeliharaan Tingkah Laku yang Dikehendaki
(Transfer and Maintenance of Desired Behavior)

Pengalihan pengubahan tingkah laku ini dapat difasilitasi pemanfaatan


kelompok sebagai dunia kecil dari kehidupan yang sebenarnya. Konselor perlu
membangun situasi di mana anggota kelompok dapat mencoba tingkah laku yang
dikehendaki dalam situasi kelompok sehingga mereka dapat memperoleh balikan
(feedback) atas usaha mereka.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tingkah laku adalah hasil belajar, manusia merupakan hasil dari
lingkungan tetapi juga pencipta lingkungan. Tidak ada asumsi dasar yang dapat
merangkum seluruh prosedur dalam pendekatan tingkah laku.
Teknik konseling kelompok behavioral sangat menitik beratkan kepada
pengubahan tingkah laku dan tindakan, tidak terkecuali dalam sebuah kelompok.
Konselor dapat menjadi pembimbing tiba-tiba kemudian bisa pula menjadi
fasilitator atau juga supervisor dalam sesi-sesi konseling yang dilakukan.
Teknik-teknik pengubahan tingkah laku yang khusus dalam behavioral
adalah ; Pelatihan Asertivitas, Latihan Respon, Relaksasi, Desensitisasi
Sistematis, Implosion dan Flooding, yang mana teknik-teknik ini dapat digunakan
sesuai kondisi dan tingkat keperluannya dalam proses konseling kelompok.
Proses konseling kelompok behavioral ini jarang sekali dapat dilakukan
hanya sekali, perlu beberapa sesi untuk setiap konseli agar benar-benar puas dan
mengubah tingkah lakunya sesuai dengan harapannya. Namun konseling
behavioral sangat efektif untuk mengurangi tingkat dan kecenderungan seperti
kecemasan, kegalauan, kekhawatiran, kebingungan dan lain sebagainya dalam
lingkup singkat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika
Aditama. Bandung.
https://www.blogger.com/profile/05482452794086163348
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks,
Jakarta.
Lesmana, Jeanette Murad (2005). Dasar-Dasar Konseling. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Prayitno. (1998).  Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang.
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta.

17
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
KONSELING KELOMPOK
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIOUR
A Komponen Layanan Dasar
B Bidang Layanan Pribadi dan Sosial
C Topik / Tema Layanan Menumbuhkan kepercayaan diri
D Fungsi Layanan Pemahaman
E Tujuan Setelah mengikuti bimbingan kelompok siswa diharapkan mampu:
1.   Memiliki rasa percaya diri yang baik
2.   Bersosialisasi dengan baik
3.   Menghilangkan rasa kurang percaya diri
G Sasaran Layanan Kelas VII
H Materi Layanan Cara menumbuhkan kepercayaan diri
I Waktu 1x 30 Menit
J Sumber Materi    Angelis, Barbara D. 2005. Percaya Diri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
   Hakim, Thursan. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri.
Jakarta: Puspa Swara
K Metode/Teknik Ceramah, Curah pendapat dan tanya jawab/ Teknik Round Robin
L Media / Alat Kertas dan Pulpen
M Pelaksanaan
Tahap Uraian Kegiatan
1.    Menerima secara terbuka dan mengucap terima kasih
2.    Berdo’a
3.    Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
1. Tahap Pembentukan 4.    Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok
5.    Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok
6.    Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok
7.    Perkenalan dilanjutkan dengan permainan
1.   Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2.   Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
3.   Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan/sebagian
belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana
tersebut
2. Tahap Peralihan 4.   Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibatasi
dalam kelompok
3. Tahap Kegiatan 1.    Pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan yang telah
dipersiapkan
2.    Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok
3.    Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin kelompok
4.    Pembahasan topik tersebut secara tuntas
5.    Selingan
6.    Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera
dilakukan berkenaan dengan topik yang telah dibahas)
4. Tahap Pengakhiran 1.    Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan akan diakhiri
2.    Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan
yang dicapai masing-masing

18
3.    Pembahasan kegiatan lanjutan
4.    Peran serta tanggapan anggota kelompok
5.    Ucapan terima kasih
6.    Berdo’a
7.    Perpisahan
M Evaluasi
1.  EvaluasiProses Pemimpin kelompok melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi :
1.  Menumbuhkan  antusiasme  peserta  dalam mengikuti
kegiatan
Membangun dinamika kelompok
3.    Memberikan penguatan  dalam membuat langkah yang akan
dilakukannya
2.  Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, antara lain
:
1.  Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap
pengalaman anggotakelompok dalam bimbingan kelompok
2.    Mengamati perubahan perilaku anggota
kelompok setelahbimbingan kelompok
3.    Anggota kelompok mengisi instrumen penilaian
dari Pemimpin kelompok

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.      Uraian materi

Mengetahui Cimahi, April 2020


Kepala Sekolah Guru Pembimbing

________________ ________________

                                                                                                           

19
Lampiran 1. Uraian Materi

MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DIRI


A. Pengertian Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi
untuk mendorong individu dalam meraih kesuksesan yang terbentuk melalui
proses belajar individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam
interaksinya, individu mendapat umpan balik yang dapat berupa hadiah dan
hukuman. Kepercayaan diri di definisikan sebagai suatu keyakinan individu
untuk mampu berprilaku sesuai dengan yang diharapkan. Individu yang
mempunyai rasa kepercayaan diri adalah individu yang mampu bekerja secara
efektif, dapat melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab.
Kepercayaan diri sering di identikkan dengan kemandirian meski demikian
individu yang kepercayaan dirinya tinggi pada umumnya lebih mudah untuk
terlibat secara pribadi dengan individu lain yang akan lebih berhasil dalam
menjalin hubungan secara interpersonal.
Menurut Lindenfield (1997: 3) “bahwa orang yang percaya diri ialah orang
yang merasa puas dengan dirinya”. Kepercayaan diri merupakan suatu
keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi
dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri lahir dari kesadaran jika seorang
individu memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus
dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu
bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai
tujuan yang diinginkan tercapai.
Menurut Hakim (2005 : 6) “kepercayaan diri merupakan keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan di
dalam hidupnya”. Individu yang percaya diri akan merasa yakin terhadap
dirinya sendiri. Individu juga merasa optimis dalam melakukan segala
aktivitasnya sehingga dapat mengoptimalkan kelebihan-kelebihannya serta
dapat membuat tujuan hidup yang realistik bagi dirinya, artinya individu itu
menetapkan tujuan hidup yang tidak terlalu tinggi baginya sehingga ia dapat

20
mencapai tujuan hidup yang ia tentukan. Individu yang dapat mencapai tujuan
hidupnya akan merasa mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri.
Menurut Mastuti (2008: 13) “kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya”. Individu yang memiliki sikap positif seperti yang dikemukakan
oleh mastuti tersebut nantinya akan mempunyai rasa optimis di dalam
melakukan segala hal, serta mempunyai harapan yang realistik terhadap diri
sendiri. Rasa percaya diri merujuk pada beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan
percaya bahwa dia bisa.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang
dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang
berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan, bekerja secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan tanggung jawab.

B. Jenis - Jenis Kepercayaan Diri


Kepercayaan diri bersumber dari dalam diri individu dan dari luar/tingkah
laku individu. Oleh karena itu kepercayaan diri dapat dibagi menjadi beberapa
bagian. Menurut Lindenfield (1997:4) mengemukakan bahwa:
1.   Kepercayaan Diri Batin
Kepercayaan diri batin ialah kepercayaan diri yang tumbuh dari dalam diri
seseorang dan sebagai acuan pada tindakan yang akan dilakukan dalam
berbagai situasi. Menurut Lindenfild (1997: 4-7) “ada empat ciri utama yang

21
khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri
itu adalah cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif”.
2.    Kepercayaan Diri Lahiriah
Kepercayaan diri lahiriah ialah kepercayaan diri seseorang yang akan
dilaksanakan dalam berbagai situasi dan didorong dari dalam oleh kepercayaan
diri batin. Percaya diri tidak hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Namun dipandang perlu oleh seseorang untuk memberikan kesan percaya diri
pada dunia luar.
Berkenaan dengan hal tersebut maka individu yang bersangkutan perlu
mengembangkan ketrampilan yang meliputi bidang komunikasi, ketegasan,
penampilan diri dan pengendalian perasaan. “Adapun manfaat dari
ketrampilantersebut adalah komunikasi, penampilan diri, pengendalian perasaan”
(Lindenfield, 1997:7-11).
Menurut Hakim (2005: 8-9), orang yang mengalami gejala tidak percaya
diri mempunyai ciri-ciri yang tampak, antara lain :
(1) Mudah cemas dalam menghadapi persoalan
(2) Gugup dan terkadang bicara gagap.
(3) Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan
tertentu.
(4) Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya.
(5) Mudah putus asa.
(6) Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
(7) Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan
menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa
tidak percaya dirinya semakin buruk.
C.    Penyebab Timbulnya Rasa Kurang Percaya Diri
Faktor-faktor penyebab rasa tidak percaya diri tersebut adalah:
1) Perlakuan keluarga yang keras, keluarga lebih banyak mencela daripada
memuji. Dan lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang dan
penghargaan, terutama pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja.
2) Kurangnya komunikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan.

22
3) Kekurangan jasmani.
4) Kegagalan yang berulang kali tanpa diimbangi dengan optimisme yang
memadai.
5) Keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal (Idealisme yang
tidak realistis)
6) Kurang memahami nilai dan peranan Iman dalam hidup.
7) Anak tidak meyakini fungsi diri : anak tidak yakin bahwa keseluruhan dirinya
akan berfungsi dengan baik. Sehingga tidak mampu mendorong dirinya untuk
berkembang total, maksimal dan optimal. Dengan semua itu, maka anak
tersebut tidak dapat mencapai kemandirian.
8) Belum dapat mengontrol temperament yang lebih baik

D.  Cara Menumbuhkan Kepercayaan Diri


Adapun cara untuk menumbuhkan kepercayaan diri adalah :
1.    Rileks
Bersikaplah rileks jangan terlalu formal, jika terlalu formal maka akan
menyempitkan pemikiran anda dan akan membuat kaku suasana. Dengan
bersikap rileks, apa yang sedang dihadapi ataupun dikerjakan akan berjalan
dengan suasana santai dan tenang tanpa ketegangan.
2.    Lupakan standar yang ditetapkan orang lain
Lakukanlah sesuatu sesaui dengan standar yang kita miliki, jangan mengikuti
standar orang lain. Orang lain memiliki nilai yang berbeda, dan sekeras apa
pun mencoba, kita tidak pernah bisa memuaskan semua orang. Jangan khawatir
jika orang-orang menyebut kita gendut, kurus, pemalas, membosankan, pelit,
konyol, ataupun sebutan lainya. Bertahanlah pada standar yang kita miliki,
bukan pada standar yang dimiliki oleh orang lain. Setiap orang mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita kecil tapi lincah dan cerdas,
gendut tapi pintar, membosankan tapi kreatif dan lain sebagainya.
3.    Memperbaiki penampilan
Perbaikilah penampilan, memang yang sebenarnya dilihat oleh orang lain
untuk pengenalan lebih lanjut adalah sikap dan kepribadian diri, tapi

23
penampilan juga perlu untuk ditunjukkan yang lebih baik agar orang bisa
tertarik melihat penampilan kita.
4.    Memperbaiki diri
Perbaikilah diri kita, baik dari segi kepribadian, sikap, karakter dan lain
sebagainya. Demikian pula menggali bakat, skill dan kemampuan agar menjadi
manusia yang hebat. Dengan perbaikan tersebut seseorang akan menjadi
pribadi yang lebih baik lagi, selain itu akan menumbuhan rasa percaya diri.
5.    Selalu Berpikir Positif
Dengan berpikir positif kita akan melakukan sesuatu tanpa beban pikiran, akan
tumbuh rasa percaya diri. Oleh karena itu hilangkanlah pemikiran-pemikiran
negatif yang ada pada diri. Kembangkan pikiran-pikiran positif yang akan
mempengaruhi tindakan untuk menjadi pribadi  lebih baik lagi.
6.    Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan
Janganlah minder jika melihat orang lain mempunyai kelebihan, karena dibalik
kelebihannya dia pasti mempunyai kekurangan. Begitupun sebaliknya jangan
minder dengan kekurangan anda karena dibalik itu anda mempunyai kelebihan.
Lakukan saja apa yang bisa anda lakukan dan kerjakan yang terbaik.
7.    Menjadi diri sendiri
Setiap orang sudah diberikan oleh Tuhan kebaikan dan kelebihan, tidak perlu
minder dengan kekurangan diri. Jadilah diri sendiri dengan melakukan yang
terbaik, karena orang lain belum tentu lebih baik dari kita. Kita yang tahu apa
yang terbaik untuk kita, oleh karena itu lakukan yang terbaik dan perbaiki diri
serta mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik.
8.    Bebas berpikir dan berekspresi
Janganlah kungkung pemikiran anda dengan pemikiran-pemikiran yang tidak
berguna, berpikirlah positif dan hal yang baik-baik. Begitupun kerjakan sesuatu
sesuai dengan keinginan anda selama tidak melanggar aturan, anda bebas untuk
berekspresi selama tidak merugikan orang lain dan melanggar aturan.
9.    Belajarlah dari kesalahan
Belajarlah dari kesalahan, agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. perbaikilah
diri karena hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan diri. Rasa percaya diri

24
anda mungkin tertutup oleh ketakutan untuk mengulang kesalahan yang pernah
anda lakukan di masa lalu.  Untuk mengatasi hal ini, anda justru harus
mempelajari lagi kesalahan-kesalahan tersebut sehingga tidak akan terulang
lagi di masa depan.
10.     Bersyukur atas apa yang Anda miliki
Minder dengan kekurangan hanya akan menghancurkan kepercayaan pada diri
sendiri, bersyukurlah atas apa yang telah Tuhan berikan. Tidak ada yang
sempurna didunia ini, yang perlu dilakukan adalah melakukan yang terbaik
untuk diri kita dan terus mengembangkan kemampuan yang ada pada diri
kita.

25

Anda mungkin juga menyukai