Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah
ini. Isi dari makalah ini membahas tentang “Konseling Kelompok dengan
Pendekatan Behaviour”
Harapan yang paling besar dari penulisan makalah ini ialah mudah-
mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman serta orang lain yang ingin menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTRA ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
A. Pengertian Konseling Kelompok...............................................................4
B. Tipe Konseling Kelompok.........................................................................4
C. Tujuan Konseling Kelompok.....................................................................4
D. Tahapan Konseling Kelompok .................................................................5
E. Sejarah dan Konsep Dasar Konseling Behavioral ....................................7
F. Peranan Konselor dengan Konseli dalam Konseling Kelompok ..............11
G. Prosedur dan Proses Melakukan Konseling Kelompok ............................13
DAFTAR PUSTAKA
RPL KONSELING KELOMPOK
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Individu-individu yang menempati wilayah tertentu merupakan suatu
perkumpulan atau disebut dengan kelompok. Dengan demikian, kehidupan
individu itu tidak terlepas dari kelompok, baik kelompok kecil seperti keluarga
dan kelompok kerja, maupun kehidupan kelompok besar seperti masyarakat,
bangsa, dan lain sebagainya.
Menurut Hernert Smith, kelompok adalah suatu unit yang terdapat
beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan
kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
Jadi, dapat diambil pemahaman bahwa kelompok merupakan kumpulan
individu yang mengadakan interaksi secara mendalam antara satu sama lain.
Mereka memiliki kesatuan persepsi untuk bertingkah laku di dalam maupun di
luar kumpulan mereka. Sementara itu, konseling kelompok adalah layanan yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok.
Mengingat peranan konseling kelompok dalam kehidupan sekarang ini
bukan hanya menjadi salah satu teknik penting dalam profesi Bimbingan dan
Konseling khususnya di lingkungan pendidikan, namun telah menjadi salah satu
teknik terapi dan peningkatan pengelolaan emosi dan tingkah laku yang efektif
seperti yang sudah banyak dilakukan di negara-negara maju. Format konseling
kelompok bisa mengurangi ketakutan untuk mengungkapkan emosi, dan
menawarkan pelatihan ulang dalam pengungkapan emosi yang lebih sesuai.
Konseling kelompok yang dilakukan dengan baik sangat efektif dalam
menangani masalah psikologis, misalnya masalah antarpribadi. Untuk dapat
melakukan proses konseling kelompok yang baik sangat diperlukan pemahaman
dan pengaktualisasikan teknik-teknik konseling yang ada ke dalam konseling
kelompok secara tepat dan sesuai dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh
konseli.
1
Teknik-teknik konseling yang dapat diterapkan dalam konseling kelompok
cukup banyak, teknik-teknik tersebut ada yang berdasarkan pendekatan
individual, teknik komunikasi, serta teknik-teknik terapan lainnya sehingga dalam
melakukan kegiatan konseling kelompok, konselor hendaknya selalu
mengaktualisasikan teknik dan kemampuannya. Jadi pemahaman teknik-teknik
konseling yang baik sangat mendukung pelaksanaan konseling kelompok yang
efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembahasan yang sudah dijelaskan di atas,
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan konseling kelompok?
2. Bagaimana tipe konseling kelompok?
3. Bagaimana tujuan konseling kelompok?
4. Bagaimana tahapan konseling kelompok?
5. Bagaimana sejarah dan konsep dasar konseling behavioral?
6. Bagaimana peranan konselor dengan konseli dalam konseling kelompok?
7. Bagaimana prosedur dan proses melakukan konseling kelompok?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan tentang teknik konseling behavioral ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian konseling kelompok.
2. Untuk mengetahui tipe konseling kelompok.
3. Untuk mengetahui tujuan konseling kelompok.
4. Untuk mengetahui tahapan dalam konseling kelompok.
5. Untuk mengetahui sejarah, konsep, dan teknik pelaksanaan konseling
behavioral dengan baik dan benar.
6. Memahami metode dan ciri khas yang terdapat dalam pelaksanaan konsep
teori behavioral dalam format konseling kelompok.
2
7. Menjelaskan kajian-kajian dan peranan konselor dan konseli dalam proses
konseling kelompok behavioral.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Mengembangkan sosial & interpersonal skill, misal kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, empati & sensitif terhadap
kebutuhan orang lain, bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
Belajar menjadi pendengar yang empatik
Membantu tiap anggota membuat tujuan khusus & komitmen terhadap
pencapaian tujuan tersebut.
5
b. Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani pada
tahap selanjutnya (tahap ke3)
c. Membahas suasana yang terjadi
d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
e. Kalau perlu, kembali ke beberapa aspek tahap pertama (tahap
pembentukan)
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini dilakukan setelah permasalahan anggota kelompok diketahui
penyebabnya sehingga konselor dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu
menyusun rencana tindakan. Pada tahap ini anggota kelompok diharapkan telah
dapat membuka dirinya lebih jauh dan menghilangkan defensifnya, adanya
perilaku modelling yang diperoleh dari mempelajari tingkah laku baru serta
belajar untuk bertanggung jawab pada tindakan dan tingkah lakunya. Akan tetapi,
pada tahap ini juga dapat saja terjadi konfrontasi antara anggota dan transferensi.
Dan peran konselor dalam hal ini adalah berupajaga keterlibatan dan kebersamaan
anggoota kelompok secara aktif.
Kegiatan kelompok pada tahap ini dipengaruhi pada tahapan sebelumnya.
Jadi apabila pada tahap sebelumnya berlangsung dengan efektif maka tahap ini
juga dapat dilalui dengan baik. Begitupun sebaliknya, apabila tahap ini berjalan
dengan baik, biasanya anggota kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa
mengharapkan ikut campur tangan pemimpin kelompok lebih jauh.
Karena Tahap Ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek
tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelmpok.
Kegiatan pada Tahap Ketiga itu mendapatkan alokasi waktu yang terbesar dalam
keseluruhan kegiatan kelompok.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau
topik bahasan.
b. Menetapkan maslah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas
6
d. Kegiatan selingan
4. Tahap Pengakhiran
Tahap ini adalah tahapan dimana anggota kelompok mulai mencoba
perilaku baru yang telah mereka pelajari dan dapatkan dari kelompok. Umpan
balik adalah hal penting yang sebaiknya dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompok. Hal ini dilakukan untuk menilai dan memperbaiki perilaku kelompok
apabila belum sesuai. Oleh karena itu, tahap akhir ini dianggap sebagai tahap
melatih diri klien untuk melakukan perubahan.
Sehubungan dengan pengakhiran kegiatan, Prayitno mengatakan bahwa
kegiatan kelompok harus ditujukan pada pencapaian tujuan yang ingin dicapai
dalam kelompok. Kegiatan kelompok ini biasanya diperoleh dari pengalaman
sesama anggota. Apabila pada tahap ini terdapat anggota yang memiliki masalah
belum dapat terselesaikan pada fase sebelumnya, maka pada tahap ini masalah
tersebut harus diselesaikan.
Kegiatan dalam tahapan ini meliputi:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan-kesan dan hasil
kegiatan
E. Sejarah dan Konsep Dasar Konseling Behavioral
1. Sejarah Konseling Behavioral
Konseling Behavioral pada mulanya disebut dengan Terapi Perilaku yang
berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovian dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari
B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1958) untuk
menanggulangi (treatment) neurosis. Tujuan terapi adalah untuk memodifikasi
koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami
sebagai hasil kombinasi : (1) belajar di waktu yang lalu dalam hubungannya
dengan keadaan yang sekarang, (2) keadaan motivasional sekarang dan efeknya
terhadap kepekaan terhadap lingkungan, (3) perbedaan-perbedaan biologik baik
genetik atau karena gangguan fisiologik.
7
Dalam hal ini Skinner walaupun dipengaruhi teori S-R, tetapi dia punya
pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
1. Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat
oleh pengaruh reinforcement (penguatan).
2. Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi
kencenderungan kelompok.
3. Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya
perilaku ketimbang motivasi di dalam diri.
2. Operant Conditioning
Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner
Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang
berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas
pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu
muncul.
8
laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan
diberikan untuk tingkah laku tersebut.
9
Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan
yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif
yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.
10
Kebanyakan perilaku manusia dapat dipelajari dan karena itu dapat
dirubah.
Perubahan-perubahan khusus terhadap lingkungan individual dapat
membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang relevan; prosedur-
prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan yang
relevan dalam perilaku konseli dengan merubah lingkungan.
Prinsip-prinsip belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement” dan “sosial
modeling”, dapat digunakan untuk mengembangkan prosedur-prosedur
konseling.
Keefektifan konseling dan hasil konseling dinilai dari perubahan-
perubahan dalam perilaku-perilaku khusus konseli diluar dari layanan
konseling yang diberikan.
Prosedur-prosedur konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus di desain untuk membantu konseli
dalam memecahkan masalah khusus.
11
hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki sepanjang sasaran
itu sesuai dengan kebaikan masyarakat secara umum.
Lebih rincinya peranan seorang konselor dalam proses konseling
kelompok ini, antara lain adalah :
1) Konselor berperan sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis
tingkah laku yang ditunjukan oleh konseli.
3) Konselor juga harus dapat membuat suasana yang hangat, empatik dan
memberikan kebebasan bagi konseli untuk mengekspresikan diri.
2. Peran Konseli
Keberadaan konseli dalam konseling kelompok khususnya behavioral
tidak harus berasal dari konseli yang mempunyai permasalahan yang sama. Setiap
anggota kelompok diberikan kesempatan untuk menanggapi persoalan yang
sedang dihadapi oleh salah seorang anggota kelompok. Di sini, ada
semacam sharing pendapat di antara teman sebaya dalam memecahkan sebuah
persoalan.
Adapun peranan atau hak seorang konseli dalam proses konseling
kelompok behavioral, antara lain adalah :
1) Setiap anggota mengemukakan masalahnya secara khusus, meneliti
variabel eksternal dan internal yang mungkin menstimulasi dan
menguatkan perilakunya dan lebih lanjut membuat pernyataan perilaku
baru yang diharapkan.
2) Konseli dituntut memiliki kesadaran dan berpartisipasi dalam terapeutik.
12
3) Konseli berani menanggung resiko atas perubahan yang ingin dicapai.
13
6. Setelah menemukan solusi terhadap persoalan, konselor menanyakan
kesanggupan anggota kelompok untuk melaksanakan kesepakatan
bersama.
7. Menutup pertemuan dengan kalimat yang baik dan doa.
14
5. Strategi Pengubahan Tingkah Laku (Strategies for Behavioral Change)
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tingkah laku adalah hasil belajar, manusia merupakan hasil dari
lingkungan tetapi juga pencipta lingkungan. Tidak ada asumsi dasar yang dapat
merangkum seluruh prosedur dalam pendekatan tingkah laku.
Teknik konseling kelompok behavioral sangat menitik beratkan kepada
pengubahan tingkah laku dan tindakan, tidak terkecuali dalam sebuah kelompok.
Konselor dapat menjadi pembimbing tiba-tiba kemudian bisa pula menjadi
fasilitator atau juga supervisor dalam sesi-sesi konseling yang dilakukan.
Teknik-teknik pengubahan tingkah laku yang khusus dalam behavioral
adalah ; Pelatihan Asertivitas, Latihan Respon, Relaksasi, Desensitisasi
Sistematis, Implosion dan Flooding, yang mana teknik-teknik ini dapat digunakan
sesuai kondisi dan tingkat keperluannya dalam proses konseling kelompok.
Proses konseling kelompok behavioral ini jarang sekali dapat dilakukan
hanya sekali, perlu beberapa sesi untuk setiap konseli agar benar-benar puas dan
mengubah tingkah lakunya sesuai dengan harapannya. Namun konseling
behavioral sangat efektif untuk mengurangi tingkat dan kecenderungan seperti
kecemasan, kegalauan, kekhawatiran, kebingungan dan lain sebagainya dalam
lingkup singkat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Refika
Aditama. Bandung.
https://www.blogger.com/profile/05482452794086163348
Jones, Richard Nelson. (2011). Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Komalasari, Gantina., dkk. (2011) Teori dan Teknik Konseling. PT Indeks,
Jakarta.
Lesmana, Jeanette Murad (2005). Dasar-Dasar Konseling. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Prayitno. (1998). Konseling Panca Waskita, PSBK. FIP IKIP Padang.
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP.
WS. Winkel & M.M Sri Hastuti (2005), Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Media Abdi; Yogyakarta.
17
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
KONSELING KELOMPOK
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIOUR
A Komponen Layanan Dasar
B Bidang Layanan Pribadi dan Sosial
C Topik / Tema Layanan Menumbuhkan kepercayaan diri
D Fungsi Layanan Pemahaman
E Tujuan Setelah mengikuti bimbingan kelompok siswa diharapkan mampu:
1. Memiliki rasa percaya diri yang baik
2. Bersosialisasi dengan baik
3. Menghilangkan rasa kurang percaya diri
G Sasaran Layanan Kelas VII
H Materi Layanan Cara menumbuhkan kepercayaan diri
I Waktu 1x 30 Menit
J Sumber Materi Angelis, Barbara D. 2005. Percaya Diri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Hakim, Thursan. 2005. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri.
Jakarta: Puspa Swara
K Metode/Teknik Ceramah, Curah pendapat dan tanya jawab/ Teknik Round Robin
L Media / Alat Kertas dan Pulpen
M Pelaksanaan
Tahap Uraian Kegiatan
1. Menerima secara terbuka dan mengucap terima kasih
2. Berdo’a
3. Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok
1. Tahap Pembentukan 4. Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok
5. Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok
6. Menjelaskan asas-asas bimbingan kelompok
7. Perkenalan dilanjutkan dengan permainan
1. Menjelaskan kembali kegiatan kelompok
2. Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
3. Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan/sebagian
belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana
tersebut
2. Tahap Peralihan 4. Memberi contoh topik bahasan yang dikemukakan dan dibatasi
dalam kelompok
3. Tahap Kegiatan 1. Pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan yang telah
dipersiapkan
2. Menjelaskan pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok
3. Tanya jawab tentang topik yang dikemukakan pemimpin kelompok
4. Pembahasan topik tersebut secara tuntas
5. Selingan
6. Menegaskan komitmen para anggota kelompok (apa yang segera
dilakukan berkenaan dengan topik yang telah dibahas)
4. Tahap Pengakhiran 1. Menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan akan diakhiri
2. Anggota kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan
yang dicapai masing-masing
18
3. Pembahasan kegiatan lanjutan
4. Peran serta tanggapan anggota kelompok
5. Ucapan terima kasih
6. Berdo’a
7. Perpisahan
M Evaluasi
1. EvaluasiProses Pemimpin kelompok melakukan evaluasi dengan memperhatikan
proses yang terjadi :
1. Menumbuhkan antusiasme peserta dalam mengikuti
kegiatan
Membangun dinamika kelompok
3. Memberikan penguatan dalam membuat langkah yang akan
dilakukannya
2. Evaluasi Hasil Evaluasi setelah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok, antara lain
:
1. Mengajukan pertanyaan untuk mengungkap
pengalaman anggotakelompok dalam bimbingan kelompok
2. Mengamati perubahan perilaku anggota
kelompok setelahbimbingan kelompok
3. Anggota kelompok mengisi instrumen penilaian
dari Pemimpin kelompok
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian materi
________________ ________________
19
Lampiran 1. Uraian Materi
20
mencapai tujuan hidup yang ia tentukan. Individu yang dapat mencapai tujuan
hidupnya akan merasa mampu untuk melakukan sesuatu dalam dirinya sendiri.
Menurut Mastuti (2008: 13) “kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya”. Individu yang memiliki sikap positif seperti yang dikemukakan
oleh mastuti tersebut nantinya akan mempunyai rasa optimis di dalam
melakukan segala hal, serta mempunyai harapan yang realistik terhadap diri
sendiri. Rasa percaya diri merujuk pada beberapa aspek dari kehidupan
individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan
percaya bahwa dia bisa.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang untuk meyakini terhadap segala
aspek-aspek kelebihan dalam dirinya, merasa mampu untuk melakukan
sesuatu, memiliki penilaian positif terhadap dirinya ataupun situasi yang
dihadapinya, serta memiliki rasa optimis dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang
berfungsi mendorong individu dalam meraih kesuksesan melalui hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan, bekerja secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan tanggung jawab.
21
khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri
itu adalah cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, berfikir positif”.
2. Kepercayaan Diri Lahiriah
Kepercayaan diri lahiriah ialah kepercayaan diri seseorang yang akan
dilaksanakan dalam berbagai situasi dan didorong dari dalam oleh kepercayaan
diri batin. Percaya diri tidak hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Namun dipandang perlu oleh seseorang untuk memberikan kesan percaya diri
pada dunia luar.
Berkenaan dengan hal tersebut maka individu yang bersangkutan perlu
mengembangkan ketrampilan yang meliputi bidang komunikasi, ketegasan,
penampilan diri dan pengendalian perasaan. “Adapun manfaat dari
ketrampilantersebut adalah komunikasi, penampilan diri, pengendalian perasaan”
(Lindenfield, 1997:7-11).
Menurut Hakim (2005: 8-9), orang yang mengalami gejala tidak percaya
diri mempunyai ciri-ciri yang tampak, antara lain :
(1) Mudah cemas dalam menghadapi persoalan
(2) Gugup dan terkadang bicara gagap.
(3) Tidak tahu bagaimana cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan
tertentu.
(4) Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya.
(5) Mudah putus asa.
(6) Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
(7) Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan
menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa
tidak percaya dirinya semakin buruk.
C. Penyebab Timbulnya Rasa Kurang Percaya Diri
Faktor-faktor penyebab rasa tidak percaya diri tersebut adalah:
1) Perlakuan keluarga yang keras, keluarga lebih banyak mencela daripada
memuji. Dan lingkungan yang kurang memberikan kasih sayang dan
penghargaan, terutama pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja.
2) Kurangnya komunikasi dalam berinteraksi dengan lingkungan.
22
3) Kekurangan jasmani.
4) Kegagalan yang berulang kali tanpa diimbangi dengan optimisme yang
memadai.
5) Keinginan untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal (Idealisme yang
tidak realistis)
6) Kurang memahami nilai dan peranan Iman dalam hidup.
7) Anak tidak meyakini fungsi diri : anak tidak yakin bahwa keseluruhan dirinya
akan berfungsi dengan baik. Sehingga tidak mampu mendorong dirinya untuk
berkembang total, maksimal dan optimal. Dengan semua itu, maka anak
tersebut tidak dapat mencapai kemandirian.
8) Belum dapat mengontrol temperament yang lebih baik
23
penampilan juga perlu untuk ditunjukkan yang lebih baik agar orang bisa
tertarik melihat penampilan kita.
4. Memperbaiki diri
Perbaikilah diri kita, baik dari segi kepribadian, sikap, karakter dan lain
sebagainya. Demikian pula menggali bakat, skill dan kemampuan agar menjadi
manusia yang hebat. Dengan perbaikan tersebut seseorang akan menjadi
pribadi yang lebih baik lagi, selain itu akan menumbuhan rasa percaya diri.
5. Selalu Berpikir Positif
Dengan berpikir positif kita akan melakukan sesuatu tanpa beban pikiran, akan
tumbuh rasa percaya diri. Oleh karena itu hilangkanlah pemikiran-pemikiran
negatif yang ada pada diri. Kembangkan pikiran-pikiran positif yang akan
mempengaruhi tindakan untuk menjadi pribadi lebih baik lagi.
6. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan
Janganlah minder jika melihat orang lain mempunyai kelebihan, karena dibalik
kelebihannya dia pasti mempunyai kekurangan. Begitupun sebaliknya jangan
minder dengan kekurangan anda karena dibalik itu anda mempunyai kelebihan.
Lakukan saja apa yang bisa anda lakukan dan kerjakan yang terbaik.
7. Menjadi diri sendiri
Setiap orang sudah diberikan oleh Tuhan kebaikan dan kelebihan, tidak perlu
minder dengan kekurangan diri. Jadilah diri sendiri dengan melakukan yang
terbaik, karena orang lain belum tentu lebih baik dari kita. Kita yang tahu apa
yang terbaik untuk kita, oleh karena itu lakukan yang terbaik dan perbaiki diri
serta mengembangkan diri untuk menjadi lebih baik.
8. Bebas berpikir dan berekspresi
Janganlah kungkung pemikiran anda dengan pemikiran-pemikiran yang tidak
berguna, berpikirlah positif dan hal yang baik-baik. Begitupun kerjakan sesuatu
sesuai dengan keinginan anda selama tidak melanggar aturan, anda bebas untuk
berekspresi selama tidak merugikan orang lain dan melanggar aturan.
9. Belajarlah dari kesalahan
Belajarlah dari kesalahan, agar kedepannya menjadi lebih baik lagi. perbaikilah
diri karena hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan diri. Rasa percaya diri
24
anda mungkin tertutup oleh ketakutan untuk mengulang kesalahan yang pernah
anda lakukan di masa lalu. Untuk mengatasi hal ini, anda justru harus
mempelajari lagi kesalahan-kesalahan tersebut sehingga tidak akan terulang
lagi di masa depan.
10. Bersyukur atas apa yang Anda miliki
Minder dengan kekurangan hanya akan menghancurkan kepercayaan pada diri
sendiri, bersyukurlah atas apa yang telah Tuhan berikan. Tidak ada yang
sempurna didunia ini, yang perlu dilakukan adalah melakukan yang terbaik
untuk diri kita dan terus mengembangkan kemampuan yang ada pada diri
kita.
25