Dosen Pengempu:
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nama Anggota:
Pengusaha kecil adalah merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun buku
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah). Pengusaha kecil diperkenankan untuk memilih dikukuhkan
menjadi PKP. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan PPN atau Pajak PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP
yang dilakukannya.
Pemenuhan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan Barang Mewah
(PPnBM)
a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan atau tempat
kegiatan usaha Wajib Pajak.
Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan atau tempat kegiatan usaha Wajib
Pajak berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Setiap SSP hanya bisa digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran untuk satu
jenis pajak, satu masa atau tahun pajak, satu Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan PBB, Surat Tagihan PBB, atau satu surat keputusan atas upaya
hukum yang mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Setiap penyampaian SSP harus menggunakan satu kode akun pajak dan satu jenis setoran
pajak. Adapun, dalam aturan terbaru DJP mengubah dafatar kode akun dan kode jenis pajak
sebagaimana terlampir dalam beleid tersebut. Perubahan ini dilakukan agar kode akun
maupun kode jenis pajak sesuai dengan perkembangan aturan di bidang perpajakan.
Dalam aturan terbaru DJP juga mengakomodir tata cara pengisian SSP melalui aplikasi
billing yang dimiliki DJP maupun sistem penerbitan kode billing lainnya yang terintegrasi
dengan sistem billing DJP. Adapun dalam ketentuan yang lama, mekanisme penyampaian
SSP melalui billing sistem tidak diatur.
Wajib pajak diharuskan terlebih dahulu untuk membuat SSP dan membawa SSP
tersebut ke bank atau kantor pos sebelum membayar pajak. Surat Setoran Pajak sangat
penting keberadaannya karena berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak. SSP dianggap
sah apabila sudah disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran atau jika sudah
divalidasi pembayarannya oleh pihak berwenang. Jadi, Surat Setoran Pajak adalah formulir
yang penting, terutama bagi Anda yang telah membayar pajak dan ingin melaporkan
pembayaran pajak untuk memenuhi kewajiban terhadap negara.
Jenis-jenis Surat Setoran Pajak yang perlu Anda ketahui dan pahami di antara lain:
1. SSP Standar adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak dan berfungsi untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kantor Penerima Pembayaran, dan
digunakan sebagai bukti pembayaran dengan bentuk, ukuran, dan isi yang telah ditetapkan.
SSP ini biasa digunakan para wajib pajak saat melakukan kewajibannya ke Kantor Penerima
Pembayaran. Surat ini sendiri nantinya mempunyai tujuan sebagai bukti pembayaran dalam
isi, ukuran dan bentuk dan dibuat rangkap lima.
Lembar pertama ditujukan kepada Wajib Pajak dan dipergunakan sebagai arsip.
Lembar kedua diperuntukan bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang diberikan
melewati Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Lembar ketiga akan digunakan Wajib Pajak saat melapor ke KPP.
Lembar keempat akan diberikan untuk Kantor Penerima Pembayaran.
Lembar kelima akan dipergunakan sebagai arsip Wajib Pungut atau pihak berwenang lainya
yang telah diatur dalam undang-undang perpajakan
2. SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke Kantor Penerima
Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin
transaksi dan/ atau alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi perpajakan. SSP ini
hanya dapat dicetak saat terjadi transaksi pembayaran sebanyak 2 lembar, yang dimana
lembar pertama memiliki fungsi yang sama dengan lembar ke-1 dan lembar ke-3 SSP
Standar. Selain itu juga dapat dicetak secara terpisah dan nantinya dapat dipergunakan
dengan lembar ke-2 SSP Standar, serta diteruskan kepada KPPN sebagai lampiran Daftar
Nominatif Penerimaan (DNP).
3. Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor (SSPCP) adalah SSP
yang digunakan oleh Importir atau Wajib Bayar dalam rangka impor. Surat jenis ini dibuat
dalam enam rangkap dan diberikan kepada pihak- pihak tertentu seperti:
Lembar 1a diberikan untuk KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Cukai) melewati Penyetor.
Lembar 1b nantinya diberikan untuk Penyetor.
Lembar 2a diperuntukan untuk KPBC melalui KPPN.
Lembar 2b & 2c diberikan untuk KPP melalui KPPN.
Lembar 3a & 3b ditujukan kepada KPP melalui Penyetor.
Lembar 4 diberikan untuk Bank Persepsi atau Pos Indonesia
4. Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan dalam
Negeri (SSCP) adalah SSP yang digunakan oleh Pengusaha untuk cukai atas Barang Kena
Cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri. Akan dibuat dalam enam rangkap dan
diberikan kepada yang berwenang seperti:
Fungsi utama SSP adalah sebagai bukti utama dan sarana administradi bagi Wajib pajak
yang sudah melakukan pembayaran pajak sesuai aturan yang berlaku.
Bagi wajib pajak yang telah menyelesaikan kewajibannya terkait dengan pajak, akan
mendapat bukti pembayaran pajak yang telah disahkan atau telah mendapat validasi dari
pejabat kantor atau pihak lainnya yang memiliki kewenangan dalam hal ini.
Beberapa fungsi surat setoran pajak bagi wajib pajak adalah sebagai berikut:
3. Bukti Pengesahan
Surat setoran pajak juga memiliki fungsi sebagai bukti pengesahan dari kantor penerima
pajak. Sehingga pembayaran pajak Anda dapat disahkan secara resmi oleh pejabat
penerima pembayaran pajak tersebut.
Kantor Pos.
Misalnya, bank swasta tertentu seperti BCA, Bank Mandiri, BNI, dan lain-lain.
Bank tempat pembayaran pajak disebut juga dengan nama Bank Persepsi
Formulir SSP dibuat dalam rangkap 4 (empat), dengan peruntukan sebagai berikut :
lembar ke-3 : untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak;
Apabila diperlukan di SSP dibuat rangkap 5 (lima) dengan ketentuan lembar ke-5 :
lembar ke-5 adalah untuk arsip Wajib Pungut (Bendahara Pemerintah/BUMN) atau pihak
lain.
Pengisian Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran dalam formulir SSP dilakukan
berdasarkan Tabel Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran. Batas Waktu Pembayaran,
Penyetoran, Penyampaian SPT, dan Sanksi Keterlambatan
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. (pasal 1 angka 8 UU KUP
No. 28 TAHUN 2007)
2. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan tetapi tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh. (pasal 9 ayat (2) UU KUP No. 28 TAHUN 2007)
a. Batas waktu penyampaian SPT nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun Pajak
(pasal 3 ayat (3) UU KUP No. 28 TAHUN 2007)
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. (pasal 1 angka 8 UU KUP
No. 28 TAHUN 2007)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus dibayar
lunas sebelum SPT PPh disampaikan. (pasal 9 ayat (2) UU KUP No. 28 TAHUN 2007)
a. Batas waktu penyampaian SPT Masa adalah paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak
(Pasal 3 ayat (3) dan pasal 7 UU No 28 TAHUN 2007). (ketentuan lebih lanjut diatur
dalam PMK-242/PMK.03/2014)
b. Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak
yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling
lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
(Pasal 9 ayat (1) UU Nomor 28 TAHUN 2007). (ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK-
242/PMK.03/2014)
c. Ketentuan terkait tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak
untuk SPT Masa diatur dalam PMK-242/PMK.03/2014, yaitu :
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan
dengan hari libur, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan paling lambat
pada hari kerja berikutnya. (Pasal 9 ayat (1) PMK-242/PMK.03/2014)
Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal
11 bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling lambat pada hari
kerja berikutnya. (Pasal 12 ayat (1) PMK-243/PMK.03/2014)
Hari libur yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan
untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama secara nasional. (Pasal
12 ayat (2) PMK-243/PMK.03/2014)
Batas waktu pembayaran, penyetoran, atau pelaporan pajak untuk SPT masa
adalah:
BATAS WAKTU
BATAS WAKTU PELAPORAN (Pasal
No JENIS PAJAK PENYETORAN (Pasal 2 PMK- 10 dan 11
242/PMK.03/2014) PMK-243/PMK.03/20
14)
Ketentuan mengenai
kewajiban untuk
melaporkan PPh Pasal
tanggal 10 (sepuluh) bulan
21/26 yang dipotong
6. PPh Pasal 21/26 berikutnya setelah Masa Pajak
tetap berlaku dalam hal
berakhir
jumlah PPh Pasal
21/26 yang dipotong
pada bulan yang
bersangkutan nihil.
(Pasal 10 ayat (2)
PMK-243/PMK.03/20
14)
14. PPN & PPnBM akhir bulan berikutnya setelah paling lama akhir bulan
masa pajak berakhir & sebelum berikutnya setelah
SPT masa PPN disampaikan Masa Pajak berakhir.
paling lama
PPN atau PPN dan PPnBM
akhir bulan
yang pemungutannya tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya
19. dilakukan oleh Pemungut berikutnya setelah Masa Pajak
setelah
PPN yang ditunjuk selain berakhir.
Masa Pajak
Bendahara Pemerintah
berakhir.
Ph 25 bagi WP dengan
kriteria tertentu yang dapat
20 hari setelah
melaporkan beberapa Masa harus dibayar paling lama pada
20. berakhirnya Masa
Pajak dalam satu SPT akhir Masa Pajak terakhir.
Pajak terakhir.
Masa. (Pasal 3 ayat (3B)
UU KUP)
Pembayaran masa selain harus dibayar paling lama sesuai 20 hari setelah
20 PPh 25 WP kriteria tertentu dengan batas waktu untuk masing- berakhirnya Masa
yang dapat melaporkan masing jenis pajak. Pajak terakhir.
beberapa Masa Pajak
dalam satu SPT Masa.
(Pasal 3 ayat (3B) UU
KUP)
Denda
No Jenis SPT
UU 28 /2007 UU 16/2000 UU 9 /1994 UU 6 /1983
50.000 25.000
SPT Masa
2 100.000
Lainnya
10.000
SPT PPh WP
3 1.000.000
Badan
100.000 50.000
1). Pengenaan sanksi administrasi berupa denda keterlambatan pelaporan SPT tidak
dilakukan terhadap: (pasal 7 ayat (2) UU KUP No 28 TAHUN 2007)
1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia:
2. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas;
3. Wajib Pajak orang pribadi yang bersttus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal lagi
di Indonesia;
4. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
5. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
7. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan menteri
Keuangan; atau
8. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak lain (ditetapkan dengan keputusan Dirjen Pajak) adalah wajib pajak yang tidak
dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah ditentukan karena
keadaan antara lain: (Pasal 17 ayat (3) PMK-242/PMK.03/2014)
1. kerusuhan massal;
2. kebakaran;
3. ledakan bom atau aksi terorisme;
4. perang antar suku; atau
5. kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan; atau
6. keadaan lain berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
2). Ketentuan terkait sanksi keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak adalah :
1. Untuk SPT Masa
Pembayaran atau penyetoran pajak, yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 9 ayat (2a)
UU Nomor 28 TAHUN 2007).
2. Untuk SPT Tahunan PPh
Atas pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
penyampaian SPT Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT
Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. (Pasal 9 ayat (2b) UU Nomor 28 TAHUN 2007)
Ketentuan Terkait
1. Pasal 3 ayat (3) dan pasal 7 UU Nomor 28 TAHUN 2007 tentang perubahan ketiga atas
UU Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
2. PMK-242/PMK.03/2014 tentang tata cara pembayaran dan penyetoran pajak
3. PMK-243/PMK.03/2014 tentang tata SPT
1.10 Tata Cara Menunda atau Mengangsura Pembayaran atas Ketepatan Pajak
Tata Cara Pengajuan Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak
1. Permohonan harus diajukan secara tertulis (dengan menggunakan formulir surat
penundaan/angsuran pembayaran pajak di lampiran 1 PER-38/PJ/2008) kepada Kepala
KPP tempat WP terdaftar. (Pasal 1 ayat (3) PER-38/PJ/2008)
2. Permohonan harus diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh
tempo pembayaran utang pajak berakhir. (Pasal 10 ayat (1) PMK-184/PMK.03/2007
stdd PMK-80/PMK.03/2010)
3. Permohonan Wajib Pajak disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta : jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa
angsuran, dan besarnya angsuran; ataujumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk
ditunda dan jangka waktu penundaan. (Pasal 2 ayat (1) PER-38/PJ/2008)
4. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan harus memberikan jaminan yang besarnya
ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala KPP
menganggap tidak perlu. (Pasal 3 ayat (1) PER-38/PJ/2008)
5. Jaminan ini dapat berupa garansi bank, surat/dokumen bukti kepemilikan barang
bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat tanah, atau sertifikat
deposito. (Pasal 3 ayat (2) PER-38/PJ/2008)
Ketentuan Terkait Keputusan KPP atas Permohonan Mengangsur atau Menunda
Pembayaran Pajak
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan. (Pasal 11 ayat (1) PMK-
184/PMK.03/2007 stdd PMK-80/PMK.03/2010)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberi
suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima. (Pasal 11 ayat (1) PMK-
184/PMK.03/2007 stdd PMK-80/PMK.03/2010)
Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut telah terlampaui dan Kepala KPP
tidak menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan
Wajib Pajak, dan Surat Keputusan Persetujuan Angsuran Pembayaran Pajak atau Surat
Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5
(lima) hari kerja setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja tersebut berakhir. (Pasal 6
ayat (3) PER-38/PJ/2008)
Lama Angsuran Atau Penundaan Yang Diberikan Oleh DJP
Atas kekurangan pembayaran pajak yang terutang (PPh Pasal 29) berdasarkan SPT Tahunan
PPh
Kesimpulan:
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaranpembangunan.
Selain itu perusahaan kena pajak juga mempunyai peranan dalam melakukan penyerahan
barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya. Surat Setoran
Pajak (SSP) juga mempunyai peran penting karena sebagai bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan formulir atau
dengan cara lain ke kas Negara melalui tempat pembayaran.
Saran:
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pengukuhan-pkp-cara-syarat-
pengajuan-pkp
https://pajakstartup.com/2020/02/16/pencabutan-pengukuhan-pkp/
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2012/73~PMK.03~2012Per.HTM
https://dokterpajak.com/pencabutan-pengukuhan-pkp
https://blog.klikcair.com/surat-setoran-pajak-adalah/
https://www.softwarepajak.net/news/67-seri-kup-wajib-pajak-dan-pengusaha-kena-
pajak/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sam-ratulangi/perpajakan/
pengukuhan-pengusaha-kena-pajak-fungsi-tempat-pencabutan-sanksi/46486874
https://klikpajak.id/blog/dokumen-ssp-sebagai-bukti-penyetoran-pajak/
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/surat-setoran-pajak/
https://www.pajakonline.com/ini-pengertian-surat-setoran-pajak-ssp/
https://www.thinktax.id/tax-flash/batas-waktu-pembayaran-penyetoran-penyampaian-
spt-dan-sanksi-keterlambatan
https://dokterpajak.com/tata-cara-angsuran-dan-penundaan-pembayaran-pajak
https://www.pajakonline.com/cara-mengajukan-permohonan-penundaan-pembayaran-
pajak/