Anda di halaman 1dari 12

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
Dosen Pengampu : Raden Roro Diana Atika Gozali S.E., M.Ak.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas J

ELEONARA WINDA SWANDAYANI (40011423650389)


ADINDA PUTRI MAULIDA (40011423650390)
NAYLA HUSNA NASICHA (40011423650392)
NASHWA NURUL AZIZAH (40011423650403)

PROGRAM STUDI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN AJARAN 2024 / 2025
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii


BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
BAB II ................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 2
A. Pengkreditan Pajak Masukan ...............................................................................................2
B. Ketentuan Pengkreditan PPN Masukan ................................................................................2
C. Pengkreditan pajak masukan sebelum PKP dan setelah faktur pajak dibuat .........................4
D. Pengecualian Pengkreditan PPN Masukan ...........................................................................6
E. Pengajuan Pembatalan Pengkreditan Pajak Masukan pada PKP ...........................................6
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pajak masukan merupakan pajak pertambahan nilai yang telah
dibayarkan oleh pengusaha kena pajak karena adanya perolehan dari barang kena pajak
atau bisa diartikan sebagai adanya penerimaan jasa kena pajak, pemanfaatan barang
kena pajak yang tidak berwujud dari luar daerah pabean, penerimaan jasa dari luar
daerah pabean, atau adanya pengimporan barang kena pajak. Pajak masukan yang telah
dibayarkan oleh pengusaha kena pajak saat perolehan atau impor barang kena pajak
atau penerimaan jasa kena pajak ini dapat dikreditkan dengan pajak keluarannya yang
dipungut oleh pengusaha kena pajak pada saat menyerahkan barang kena pajak atau
jasa kena pajaknya. Namun yang perlu kita ketahui dalam melakukan pengkreditan
pajak masukan dengan pajak keluaran harus dilakukan didalam masa pajak yang sama.
Hak mengkreditkan Pajak Masukan yang diberikan oleh DJP bagi PKP terdiri dari
empat kemudahan yaitu pengkreditan Pajak Masukan sebelum PKP dengan tarif 80%,
pengkreditan sebelum melakukan penyerahan, pengkreditan saat dilakukan
pemeriksaan, serta pengkreditan yang ditagih dengan ketetapan pajak. Secara
keseluruhan tujuan adanya Relaksasi Pengkreditan Pajak Masukan beberapa
narasumber adalah untuk memberikan keadilan dan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak. latar belakang yang mendasari adanya hak pengkreditan Pajak Masukan adalah
untuk mencapai prinsip netralitas atas seluruh kegiatan ekonomi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pajak masukan dan Pengkreditan Pajak Masukan?


2. Apa Saja Ketentuan Pengkreditan PPN Masukan ?
3. Bagaimana pengkreditan pajak masukan sebelum dikukuhkan menjadi PKP
dan Pengkreditkan Pajak Masukan Setelah Faktur Pajak dibuat?
4. Apa saja Pengecualian Pengkreditan PPN Masukan?
5. Bagaimana Pengajuan Pembatalan Pengkreditan Pajak Masukan pada PKP?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengkreditan Pajak Masukan

Pengkreditan pajak masukan merupakan suatu upaya dari Pengusaha Kena


Pajak untuk memasukkan kembali PPN yang telah dibayar melalui pajak keluaran yang
telah dipungut, PKP diharuskan melakukan pengkreditan PPN masukan dengan PPN
keluaran, untuk mengetahui apakah PKP tersebut mengalami lebih bayar atau kurang
bayar PPN. Jika dalam suatu periode masa pajak nominal pajak keluaran yang
dilaporkan lebih besar ketimbang pajak masukan, maka selisihnya merupakan PPN
yang harus disetorkan oleh PKP. Penyetorannya wajib dilakukan paling lama akhir
bulan selanjutnya, setelah berakhirnya masa pajak serta sebelum SPT Masa PPN
disampaikan. Pajak masukan merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian terhadap
barang/jasa kena pajak (BKP/JKP). Adanya PPN masukan tidak terlepas dari tata cara
umum PPN yang mengharuskan PKP melakukan pengkreditan atau pengurangan antara
PPN keluaran atau pajak keluaran merupakan pajak yang dikenakan ketika PKP
menjual barang dan/atau jasa kena pajak dengan PPN masukan.
Cara melaporkan pengkreditan Pajak Masukan adalah dengan mengisi Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPN. SPT Masa PPN adalah dokumen yang harus
disampaikan oleh PKP kepada Kepala KPP di tempat PKP tersebut dikukuhkan, untuk
melaporkan jumlah Pajak Keluaran, Pajak Masukan, dan PPN yang harus disetor atau
dikembalikan dalam suatu masa pajak. Masa pajak adalah jangka waktu satu bulan
kalender atau tiga bulan kalender. Dengan demikian, SPT Masa PPN harus disampaikan
paling lambat akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.

B. Ketentuan Pengkreditan PPN Masukan

Berikut adalah ketentuan pengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan perubahan Pasal
9 dan Pasal 9A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan
1. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran
dalam Masa Pajak yang sama.

2
Pengkreditan Pajak Masukan dilakukan paling lama 3 (tiga) Masa Pajak setelah
berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang belum dibebankan
sebagai biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan
BKP atau JKP.
2. PKP yang belum melakukan penyerahan dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP
dapat dikreditkan Pajak Masukan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan
sesuai dengan Undang-Undang PPN.
Maksimal penyerahan dan/atau ekspor dilakukan 3 (tiga) tahun sejak Masa
Pajak pengkreditan pertama kali. Jika melebihi, maka Pajak Masukan yang telah
dikreditkan menjadi tidak dapat dikreditkan dan atas Pajak Masukan tersebut
wajib dibayar kembali dan/atau tidak dapat dikompensasikan ke Masa Pajak
berikutnya dan tidak dapat diajukan permohonan pengembalian.
3. Pengkreditan Pajak Masukan hanya dilakukan atas PPN dalam Faktur Pajak
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan Undang-Undang PPN.
4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan, selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP namun
apabila sebaliknya maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya atau dapat diajukan permohonan
pengembalian pada akhir tahun buku.
5. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang PM atas
penyerahannya dapat dikreditkan serta dapat diketahui dengan pasti dari
pembukuannya dan disisi lain juga melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
yang PM atas penyerahannya tidak dapat dikreditkan dan/atau penyerahan yang
tidak terutang pajak, jumlah PM yang dapat dikreditkan oleh PKP tersebut
adalah PM yang berkenaan dengan penyerahan BKP dan/atau JKP yang Pajak
Masukan atas penyerahannya dapat dikreditkan. Apabila jumlah Pajak
Masukan tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman pengkreditan Pajak
Masukan.
6. Pajak Masukan yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang yang
diberitahukan dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan dapat
dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak
Masukan.

3
7. Pajak Masukan yang belum dialihkan atas BKP yang dialihkan dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
dapat dikreditkan oleh PKP yang menerima pengalihan sepanjang Faktur
Pajaknya diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan tersebut
belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi.
8. Syarat Pengusaha Kena Pajak Gunakan Pengkreditan Pajak Masukan
Jika seorang PKP akan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan
pajak masukan, maka harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut ini:
a. Mempunyai peredaran usaha dalam dua tahun buku sebelumnya, tidak
melebihi Rp1,8 Miliar untuk setiap satu tahun buku.
b. Wajib Pajak yang baru saja dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Selain itu, PKP juga harus memberitahukan secara tertulis kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak di tempat PKP tersebut dikukuhkan, paling lambat:
a. Pada saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak Pertama
dalam tahun buku dimulainya penggunaan pedoman penghitungan
pengkreditan pajak masukan tersebut.
Contoh: Jika Pengusaha Kena Pajak mulai menggunakan pedoman
tersebut pada tahun buku 2019, maka pada 28 Februari 2019 PKP
tersebut sudah harus menyampaikan pemberitahuan penggunaan
pedoman penghitungan tersebut.
b. Saat batas waktu penyampaian SPT Masa PPN Masa Pajak dikukuhkan
sebagai PKP, bagi Wajib Pajak yang baru saja dikukuhkan sebagai PKP.
Contoh: Jika Wajib Pajak baru saja dikukuhkan pada Mei 2019, maka
pada 30 Juni 2019 PKP tersebut sudah harus menyampaikan
pemberitahuan.

C. Pengkreditan pajak masukan sebelum PKP dan setelah faktur pajak dibuat

1. Pengkreditan pajak masukan sebelum dikukuhkan sebagai PKP


Di dalam Pasal 9 ayat (9a) perubahan UU PPN di UU Cipta Kerja menyatakan
sebagai berikut: Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak serta pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak dengan menggunakan pedoman

4
pengkreditan Pajak Masukan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari Pajak
Keluaran yang seharusnya dipungut. Sejatinya, pengkreditan Pajak Masukan pada
Pasal 9 ayat (9a) memiliki arti bahwa pengusaha yang belum menjadi PKP dapat
mengkreditkan Pajak Masukan sebesar 80% dengan syarat pengusaha tersebut
sudah memenuhi ketentuan menjadi PKP sehingga dapat dikukuhkan sebagai PKP
terlebih dahulu sebelum mengkreditkan Pajak Masukan
Berikut contoh kasus dan cara menghitung kredit pajak masukan sebelum
dikukuhkan sebagai PKP:
PT ABC memiliki periode tahun buku Januari – Desember 2020. Pada Januari 2020
– 31 Mei 2020, diketahui PT ABC membukukan peredaran bruto Rp 4,8 miliar. Ini
berarti PT ABC wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling
lama 30 Juni 2020. Akan tetapi, PT ABC baru melaporkan usahanya pada 20
September 2020. Penyerahan barang kena pajak (BKP) oleh PT ABC untuk periode
30 Juni 2020 sampai dengan 20 September 2020 senilai Rp 2,5 miliar.
Cara menghitung :

Pajak Keluaran yang Rp 2.500.000.000 x


Rp 250.000.000
seharusnya dipungut : 10%

Pajak Masukan yang dapat Rp 250.000.000 x


Rp 200.000.000
dikreditkan: 80%

Jumlah PPN kurang bayar: Rp 50.000.000

2. Mengkreditkan Pajak Masukan Setelah Faktur Pajak Dibuat


Dalam UU Cipta Kerja klaster Perpajakan ini telah memberikan
keringanankepada PKP, hal ini mengubah Pasal 9 ayat (9) UU PPN sehingga
berbunyi:
“Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lama 3 Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat
Faktur Pajak dibuat sepanjang belum dibebankan sebagai biaya atau belum
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan BKP atau JKP serta
memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai UU ini.”

5
D. Pengecualian Pengkreditan PPN Masukan

PPN masukan idealnya bisa dikreditkan, namun ada beberapa PPN masukan
yang ternyata tidak bisa dikreditkan. PPN masukan tidak bisa dikreditkan dengan PPN
keluaran hanya untuk penyerahan atau pengeluaran Sesuai dengan pasal 9 ayat(8)
sebagai berikut:

1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha.
2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
(9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);

Selain 3 kriteria di atas, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan untuk PPN
masukan terkait BKP/JKP yang mendapat fasilitas pembebasan pungutan PPN. Meski
BKP/JKP mendapat status dibebaskan PPN, bukan berarti tidak ada PPN, melainkan
PPN yang ada tidak dipungut. PKP yang dalam suatu masa pajak melakukan
penyerahan yang terutang PPN dan penyerahan yang tidak terutang PPN hanya dapat
mengkreditkan PPN masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang PPN.
Bagian penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti dari
pembukuan PKP.

E. Pengajuan Pembatalan Pengkreditan Pajak Masukan pada PKP

Meski dalam UU Cipta Kerja ini PKP yang belum berproduksi dapat
mengkreditkan Pajak Masukan, tapi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan membatalkan
pengkreditan Pajak Masukan sesuai ketentuan yang berlaku.
Pembatalan terjadi jika dalam jangka waktu 3 tahun sejak Masa Pajak pengkreditan
pertama kali bagi PKP yang belum berproduksi ini belum ada penyerahan BKP/JKP.
Berikut bunyi perubahan Pasal 9 ayat (6a) dalam UU Cipta Kerja:

6
“Apabila sampai dengan jangka waktu 3 tahun sejak Masa Pajak pengkreditan pertama
kali Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a) PKP belum melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP dengan Pajak
Masukan tersebut, Pajak Masukan telah dikreditkan dalam jangka waktu 3 tahun
tersebut menjadi tidak dapat dikreditkan.”
1. Pembatalan Pengkreditan Juga Berlaku pada PKP ini
Pada Pasal 9 UU PPN dalam UU Cipta ini ada penambahan ayat (6d)
tentang pembatalan pengkreditan Pajak Masukan ini juga berlaku pada PKP
dengan kriteria berikut:
1. PKP yang melakukan pembubaran (pengakhiran) usaha
2. Melakukan pencabutan PKP
3. Telah dilakukan pencabutan PKP secara jabatan dalam jangka waktu 3 tahun
sejak Masa Pajak pengkreditan pertama kali Pajak Masukan
Sektor Usaha yang Pembatalan Pengkreditan Pajak Masukan Berlaku
Lebih dari 3 Tahun:
Namun, sesuai penambahan pada Pasal 9 ayat (6c) UU PPN dalam Cipta
Kerja ini, untuk sektor usaha tertentu pembatalan pengkreditan Pajak Masukan
oleh DJP bisa lebih lama lagi baru akan dilakukan pembatalan.
Berikut bunyi pasalnya: “Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6a)
bagi sektor usaha tertentu dapat ditetapkan lebih dari 3 tahun.” Untuk sektor
usaha apa saja yang mendapatkan jangka waktu lebih dari 3 tahun baru akan
dilakukan pembatalan pengkreditan Pajak Masukan, akan diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
2. Wajib Mengembalikan Pajak Masukan yang Dikreditkan
Ketika DJP membatalkan pengkreditan Pajak Masukan yang telah
dikreditkan tapi selama 3 tahun PKP belum juga belum melakukan penyerahan
BKP/JKP atau ekspor BKP/JKP dengan Pajak Masukan tersebut, sesuai
penambahan dalam Pasal 9 ayat (6e) UU PPN pada UU Cipta Kerja ini maka:
a. PKP wajib membayar kembali ke kas negara
Pengusaha kena pajak harus mengembalikan pengkreditan Pajak Masukan
tersebut jika:
1. Telah menerima pengembalian kelebihan pembayaran pajak atas Pajak
Masukan, dan/atau;

7
2. Telah mengkreditkan Pajak Masukan yang dimaksud dengan Pajak
Keluaran yang terutang dalam suatu Masa Pajak

b. PKP tidak bisa mengkompensasikan PPN


Ketika DJP telah memutuskan membatalkan pengkreditan Pajak Masukan
tersebut, maka:
1. Pajak Masukan tidak dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
2. Pajak Masukan tidak dapat diajukan permohonan pengembalian
(restitusi)
Keduanya ini berlaku setelah jangka waktu 3 tahun berakhir atau pada saat
pembubaran (pengakhiran) usaha, atau pencabutan PKP oleh PKP, dalam
hal PKP melakukan kompensasi atas kelebihan pembayaran pajak
dimaksud.
3. Batas Waktu Pembayaran Kembali Pengkreditan Pajak Masukan
Pembayaran mengembalikan pengkreditan Pajak Masukan yang tidak
bisa lagi dikreditkan itu sesuai penambahan pada Pasal 9 ayat (f) UU PPN dalam
UU Cipta Kerja ini adalah:
1. Akhir bulan berikutnya setelah tanggal berakhirnya jangka waktu 3 tahun
2. Akhir bulan berikutnya setelah tanggal berakhirnya jangka waktu bagi sektor
usaha tertentu
3. Akhir bulan berikutnya setelah tanggal pembubaran (pengakhiran) usaha atau
pencabutan PKP
4. Sanksi Tidak Membayar Kembali Pajak Masukan yang Sudah
Dikreditkan
Jika PKP tidak melakukan kewajiban pembayaran kembali sesuai
jangka waktu yang telah ditentukan itu, maka DJP akan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar atas jumlah pajak yang seharusnya dibayar
kembali oleh PKP, akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai
Pasal 13 ayat (2) UU No. 6 Tahun 1983 yang sebesar 2% untuk paling lama 24
bulan.

8
KESIMPULAN

Pajak masukan merupakan pajak yang dibayar oleh pengusaha kena pajak saat
perolehan atau impor barang/jasa kena pajak, yang nantinya dapat dikreditkan dengan
pajak keluaran yang dipungut oleh pengusaha kena pajak pada saat penyerahan
barang/jasa kena pajak. Pengkreditan pajak masukan dilakukan untuk mencapai prinsip
netralitas atas seluruh kegiatan ekonomi, memberikan keadilan, dan meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam
pengkreditan pajak masukan, seperti pengkreditan hanya dilakukan dalam masa pajak
yang sama, pemenuhan syarat menjadi PKP, dan persyaratan faktur pajak yang
memenuhi ketentuan. PPN masukan idealnya bisa dikreditkan, namun ada beberapa
pengecualian di mana PPN masukan tidak dapat dikreditkan, seperti perolehan
barang/jasa sebelum menjadi PKP, perolehan yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha, dan lain-lain. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat
membatalkan pengkreditan pajak masukan jika dalam jangka waktu tertentu PKP tidak
melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak atau ekspor yang memenuhi syarat. Jika
pembatalan pengkreditan terjadi, PKP harus mengembalikan pajak masukan yang telah
dikreditkan dan tidak bisa mengkompensasikan atau mengajukan permohonan
pengembalian (restitusi).

9
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, S., & Sabina, D. I. A. (2021). Reformulasi Pengkreditan Pajak Masukan Pasca
Omnibus Law. Jurnal Pajak Indonesia (Indonesian Tax Review), 5(1).

Fitriya. (2022, November 1). Cara Mengkreditkan Pajak Masukan dalam UU Cipta Kerja. Retrieved from
KlikPajak: hFps://klikpajak.id/blog/aturan-baru-membuat-e-faktur-dan-cara-mengkreditkan-
pajak-masukan-di-uu-cipta-kerja/

OFo Budihardjo, R. M. (2022, 1 3). PKP Bersiap! Ini Ketentuan Terbaru Pengkreditan Pajak Masukan
per 1 April 2022. Retrieved from MUC Surabaya: hFps://konsultanpajaksurabaya.com/pkp-
bersiap-ini-ketentuan-terbaru-pengkreditan-pajak-masukan-per-1-april-2022#gsc.tab=0

OnlinePajak. (2023, October 10). Definisi PPN Masukan: Dasar Hukum & Pengecualian Pengkreditan.
Retrieved from online-pajak.com: hFps://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/ppn-
masukan

Pajak, O. (2023, March 30). Pengkreditan Faktur Pajak Masukan. Retrieved from online-pajak.com:
hFps://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/faktur-pajak-
masukan#:~:text=Pengkreditan%20pajak%20masukan%20merupakan%20suatu,pajak%20kel
uaran%20yang%20telah%20dipungut

kemenkeu. (2022, Desember 12). Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan Bagi Pengusaha Kena Pajak
yang Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang
Pajak. Retrieved from jdih.kemenkeu.go.id:
hFps://jdih.kemenkeu.go.id/download/2\bf7e4-26e6-4a89-bb99-
0ba876196196/186~PMK.03~2022.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai