Anda di halaman 1dari 6

PENGKREDITAN

PAJAK MASUKAN
Nama : Ni Komang Sri Septina Dewi
NIM : 2002022504
Absen : 36
SLIDESMANIA.CO

Kelas : 3A Akuntansi Sore


PPN & PPnBM
Prinsip Dasar Pengkreditan Pajak Masukan
Pengkreditan pajak masukan merupakan suatu upaya dari PKP untuk memasukkan kembali PPN yang telah dibayar melalui
pajak keluaran yang telah dipungut. Prinsip dasar pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran atas pembelian atau
perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak yang sama. (Pasal 9
UU PPN ayat 2)
2. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak,
Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. (Pasal 9 UU PPN ayat 3)
3. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang
sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan (Pasal 9 UU PPN ayat 9)
4. Pajak masukan dapat dikreditkan sepanjang BKP atau JKP terkait berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
melakukan penyerahan kena pajak.
SLIDESMANIA.CO

Jika dalam suatu periode masa pajak nominal pajak keluaran yang dilaporkan lebih besar ketimbang pajak masukan, maka
selisihnya merupakan PPN yang harus disetorkan oleh PKP.
Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang Melakukan Penyerahan yang
Terutang Pajak dan Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak atau Dibebaskan
Dalam hal jumlah yang terutang diketahui Dalam hal jumlah yang terutang tidak diketahui

Menurut UU PPN Pasal 9 ayat 5, apabila Menurut UU PPN Pasal 9 ayat 6, apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak selain
melakukan penyerahan yang terutang pajak melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan
dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak Masukan yang untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah
Pajak selain melakukan penyerahan yang Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan
terutang pajak juga melakukan penyerahan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri keuangan.
yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian Rumus untuk pedoman pengkreditan PPN:
P = PM x Z
penyerahan yang terutang pajak dapat
diketahui dengan pasti dari pembukuannya, Pada akhir tahun buku, setelah diketahui berapa jumlah total penyerahan yang sebenarnya atas
jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan penyerahan yang terutang PPN, tidak terutang PPN atau dibebaskan PPN, PKP melakukan penghitungan
adalah Pajak Masukan yang berkenaan kembali pajak masukan berdasarkan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan sebagai
berikut:
dengan penyerahan yang terutang pajak.
1. Untuk BKP dan JKP yang masa manfaatnya lebih dari 1 (satu) tahun:

P’ = PM/T x Z’

2. Untuk BKP dan JKP yang masa manfaatnya 1 (satu) tahun atau kurang:

Keterangan : P’ = PM x Z’
• P adalah jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan.
• PM adalah jumlah pajak masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP.
SLIDESMANIA.CO

• Z adalah persentase yang sebanding dengan jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap
penyerahan seluruhnya.
• P’ adalah jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku.
• Z’ adalah persentase yang sebanding dengan jumlah penyerahan yang Terutang Pajak terhadap
seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku.
Pengkreditan Pajak Bagi PKP yang Dikenakan PPh Dengan Norma
Perhitungan Penghasilan Neto

Bagi PKP yang memilih dikenakan pajak dengan menggunakan norma penghasilan neto, tarif
pajak masukannyaberdasarkan PMK Nomor 74/PMK.03/2010, adalah :
● 70% dari pajak keluaran untuk penyerahan BKP.
● 60% dari pajak keluaran untuk penyerahan JKP.
Peraturan ini berlaku bagi PKP baik pribadi maupun badan.

Pajak Keluaran dihitung dengan cara mengalikan tarif 10% dengan Dasar Pengenaan Pajak
(DPP). Sedangkan, PPN yang wajib disetor pada setiap Masa Pajak dihitung dengan cara Pajak
Keluaran dikurangi dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, sehingga :
● Bagi PKP yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) adalah sama dengan 4% dari
Dasar Pengenaan Pajak;
● Bagi PKP yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) adalah sama dengan 3% 
dari Dasar Pengenaan Pajak.
SLIDESMANIA.CO
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP yang
Melakukan Kegiatan Usaha Tertentu
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan
menggunakan pedoman perhitungan pengkreditan Pajak Masukan (Pasal 2 PMK-79/PMK.03/2010). Kegiatan Usaha Tertentu tersebut adalah
kegiatan usaha yang semata-mata melakukan :
1. penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran; atau
2. penyerahan emas perhiasan secara eceran.

Namun, ketentuan mengenai pedoman penghitungan pajak masukan atas penyerahan emas perhiasan dalam PMK 79/2010 telah dicabut.
Pencabutan itu juga dilakukan terhadap Pasal 1 angka 3 huruf b PMK 79/2010 yang menerangkan penyerahan emas perhiasan secara eceran
termasuk cakupan kegiatan usaha tertentu. Ketentuan terkait dengan penyerahan PPN atas emas perhiasan saat ini diatur dalam PMK No.
30/2014. Dengan demikian, definisi kegiatan usaha tertentu dalam PMK 79/2010 tidak lagi mencakup penyerahan emas perhiasan secara eceran.

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan, yaitu
sebesar :
• 90% (sembilan puluh persen) dari Pajak Keluaran, dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas
secara eceran;
• 80% (delapan puluh persen) dari Pajak Keluaran, dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan penyerahan emas perhiasan secara eceran.

Sebagai  catatan bahwa Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan
SLIDESMANIA.CO

Peraturan Menteri Keuangan ini tidak dapat membebankan Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak sebagai biaya untuk penghitungan Pajak Penghasilan
Contoh Soal Kasus
Contoh 1 : Contoh 2 :
PT. Jaya Komputer sebagai PKP yang bergerak di bidang PT. Guna Otomotif adalah perusahaan yang bergerak di
penjualan computer. Pada Masa Pajak April 2019 PT. Jaya bidang jual-beli kendaraan bermotor bekas dan telah
Komputer melakukan penjualan dengan total transaksi dikukuhkan sebagai PKP. Pada Masa Pajak September 2020
senilai Rp. 150.000.000, pada Masa Pajak yang sama PT. PT. Guna Otomotif melakukan penjualan kendaraan
Jaya Komputer juga melakukan pembelian Komputer dari bermotor bekas dengan total nilai Rp. 90.000.000. Atas
produsen dengan nilai sebesar Rp. 170.000.000. transaksi penyerahan tersebut PT. Guna Otomotif memungut
Maka pengkreditan pajak masukan PT. Jaya Komputer PPN sebesar 10% dari transaksi, yakni sebesar Rp.
Masa Pajak April 2019 dihitung sebagai berikut : 9.000.000. Selain melakukan penjualan, pada Masa Pajak
September 2020 PT. Guna Otomotif juga melakukan
Pajak Keluaran = 10% x Rp. 150.000.000 = Rp. 15.000.000 pembelian kendaraan bekas dengan total nilai Rp.
Pajak Masukan = 10% x Rp. 170.000.000 = Rp. 17.000.000 30.000.000 secara eceran. Atas transaksi selama Masa
Perhitungan Pengkreditan Pajak Masa Pajak April : Pajak September, perhitungan PPN terutang nya sesuai
Pajak Masukan – Pajak Keluaran = Rp. 1.500.000 dengan pedoman pengkreditan pajak masukan adalah :
PPN Keluaran : 10% x Rp. 90.000.000 = Rp. 9.000.000
Jumlah sebesar Rp. 1.500.000 tersebut merupakan pajak PPN Masukan : 90% x Rp. 9.000.000 = Rp. 8.100.000
yang lebih dibayar dan dapat dikompensasikan ke Masa PPN Terutang : Rp. 9.000.000 – Rp. 8.100.000 = Rp.900.000
SLIDESMANIA.CO

Pajak Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai