Anda di halaman 1dari 17

PENGKREDITAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI (PPN)


Disusun :
Monika Angelina Putri Cahya Ning Tiyas
18200254M
PENGERTIAN PPN MASUKAN
PPN masukan atau juga dikenal sebagai pajak masukan merupakan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikenakan ketika Pengusaha Kena
Pajak (PKP) melakukan pembelian terhadap barang/jasa kena pajak
(BKP/JKP).
Adanya PPN masukan tidak terlepas dari tata cara umum PPN yang
mengharuskan PKP melakukan pengkreditan atau pengurangan antara
PPN keluaran atau pajak keluaran dengan PPN masukan. Jika PPN
masukan ternyata lebih besar ketimbang PPN keluaran, maka bisa
diartikan PKP yang bersangkutan lebih banyak membayar PPN
ketimbang memungut PPN.
Jika selisih antara PPN keluaran dan PPN Masukan ternyata lebih
besar PPN masukan, maka kelebihan pembayaran PPN tersebut bisa
dikompensasikan di masa pajak berikutnya atau PKP bisa juga
mengajukan pengembalian atau restitusi di akhir tahun buku.
SISTEM KREDIT PPN PASAL 9 AYAT (2), (3), (4), (4A) UU PPN

PPN Keluaran PPN Masukan PPN PPN Lebih


Bayar
• Merupakan •Merupakan Kurang Bayar
•Ketika PPN
PPN yang PPN yang •Ketika PPN Masukan
dipungut PKP dibayarkan Keluaran melebihi PPN
Penjual atas PKP Pembeli melebihi PPN Keluaran.
penyerahan kepada PKP Masukan. •Selisih
kepada PKP Penjual atas tersebut
•Selisih dikompensas i
Pembeli. penyerahan tersebut harus di masa pajak
yang disetorkan berikut atau
dimintanya. kepada kas direstitusi
paska masa
negara.
pajak
Desember.
SYARAT UMUM PENGKREDITAN PPN
MASUKAN PASAL 9 AYAT (9) UU PPN

 Berkaitan langsung dengan kegiatan usaha.


 BKP atau JKP dimanfaatkan untuk penyerahan yang
bersifat terutang PPN.
 Dibuktikan oleh faktur pajak yang absah secara material
dan formal.
 Dikreditkan maksimal 3 bulan setelah penyerahan BKP
atau JKP.
PPN MASUKAN YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN PASAL 9 AYAT (8) UU PPN
 Berasal dari perolehan BKP atau JKP sebelum
dikukuhkan sebagai PKP.
 Tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi,
distribusi, dan manajemen.
 Dimanfaatkan untuk penyerahan yang tidak terutang atau
dibebaskan dari PPN.
 Berasal dari perolehan dan pemeliharaan kendaraan
sedan, jeep, station wagon, van, atau kombi.
 Faktur pajak cacat atau hilang.

 PPN Masukan ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak


(SKP).
DASAR HUKUM PENGKREDITAN PPN MASUKAN

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, PKP diharuskan


melakukan pengkreditan PPN masukan dengan PPN keluaran, untuk
mengetahui apakah PKP tersebut mengalami lebih bayar atau kurang
bayar PPN.
Dasar hukum kegiatan pengkreditan PPN masukan ini adalah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atau biasa disebut juga UU
PPN dan PPnBM. Dasar hukum utama yang melandasi pengkreditan
PPN masukan adalah Pasal 9 Ayat (2), yang menyebutkan bahwa PPN
masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan PPN keluaran
pada masa pajak yang sama.
Pasal 9 UU PPN dan PPnBM secara keseluruhan mengatur
mengenai perlakuan PPN masukan, mulai dari perlakuan pengkreditan
PPN masukan standar, dalam arti PPN masukan bagi PKP pada
umumnya, hingga perlakuan khusus bagi PKP yang PPN masukannya
memenuhi kriteria tertentu.
SYARAT DAN BATAS WAKTU PENGKREDITAN PPN MASUKAN

Agar PPN masukan dapat dikreditkan untuk suatu masa


pajak yang sama, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
dan berlaku untuk seluruh bidang usaha. Syarat-syarat
tersebut antara lain:
 Tercantum dalam faktur pajak lengkap atau dokumen
tertentu yang diperlakukan sama dengan faktur pajak.
 Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Ini
artinya pengeluaran yang dilakukan oleh PKP untuk hal-
hal di luar operasional usaha.
Sementara, untuk batas waktu PPN masukan sebagaimana
diatur dalam UU PPN dan PPnBM adalah, 3 bulan setelah
berakhirnya masa pajak yang bersangkutan
LANJUTAN…
Hal ini diatur dalam Pasal 9 Ayat (9) UU PPN dan PPnBM yang
secara spesifik menyebutkan:

“Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan


dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat
dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan
setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan“.

Ditetapkannya interval waktu 3 bulan setelah masa pajak yang


bersangkutan ini tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam penulisan faktur. Contohnya, faktur pajak tak juga
dikirimkan oleh PKP penjual ke PKP pembeli, sehingga PKP pembeli
belum bisa melakukan pengkreidtan PPN masukan.
PENGECUALIAN PENGKREDITAN PPN
MASUKAN

PPN masukan idealnya bisa dikreditkan, namun ada beberapa PPN masukan
yang ternyata tidak bisa dikreditkan. PPN masukan tidak bisa dikreditkan
dengan PPN keluaran hanya untuk penyerahan atau pengeluaran sebagai
berikut:
 Perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
PKP.
 Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha.
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station
wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
 Perolehan BKP/JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan atau
tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
pembeli BKP/JKP.
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan.
LANJUTAN…..
 Perolehan BKP/JKP yang pajak maskannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak.
 Perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
 Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.

Selain 9 kriteria di atas, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan untuk
PPN masukan terkait BKP/JKP yang mendapat fasilitas pembebasan pungutan
PPN. Meski BKP/JKP mendapat status dibebaskan PPN, bukan berarti tidak
ada PPN, melainkan PPN yang ada tidak dipungut.
PKP yang dalam suatu masa pajak melakukan penyerahan yang terutang
PPN dan penyerahan yang tidak terutang PPN hanya dapat mengkreditkan
PPN masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang PPN. Bagian
penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti
dari pembukuan PKP.
CONTOH JURNAL PPN MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
 1. Jurnal PPN masukan untuk pembelian tunai
Jika perusahaan atau PKP membeli BKP/JKP secara tunai,
biasanya segera menerima faktur pajak dari PKP penjual.
Atas faktur yang diberikan tersebut, PKP bisa segera
mencatat PPN yang dibayarkan.
Contoh, pada tanggal 1 November PT ABC melakukan
pembelian BKP berupa bahan baku seharga Rp 2 juta,
ditambah PPN 10% sebesar Rp 200.000. Atas transaksi
tersebut, maka jurnal PPN masukan yang dicatat oleh
perusahaan adalah sebagai berikut:
Pembelian          Rp 2.000.000,00
PPN Masukan   Rp     200.000,00
     Kas                                                      Rp2.200.000,00
LANJUTAN…
 Pencatatan yang sama juga berlaku apabila perusahaan
memanfaatkan JKP. Misalnya, pada tanggal 1 November PT
ABC menggunakan jasa perbaikan mesin untuk produksi.
Total biaya perbaikan adalah sebesar Rp 1 juta, ditambah
PPN 10% sebesar Rp 100.000. Karena perbaikan mesin
produksi ini berkaitan langsung dengan usaha, maka PPN
masukan termasuk PPN masukan yang bisa dikreditkan.
Atas transaksi tersebut, maka jurnal PPN masukan yang
dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Biaya Perbaikan Mesin (D)       Rp 1.000.000,00
PPN Masukan(D)                     Rp     100.000,00
   Kas (K)                                                       Rp1.100.000,00
 2. Jurnal PPN masukan untuk pembelian secara kredit
Perlakuan jurnal PPN masukan menjadi berbeda bila transaksi pembelian
dilakukan secara kredit. Pasalnya, jika transaksi dilakukan secara kredit, maka faktur
pajak dari PKP penjual baru akan diberikan apabila pembayaran atas transaksi tersebut
dilunasi.  Akibatnya, dari segi perpajakan, pada saat BKP/JKP diserahkan, PPN belum
terutang sehingga belum perlu dicatat. Namun, dilihat dari sudut pandang
akuntansisaat penyerahan BKP/JKP merupakan salah satu saat pengakuan biaya atau
perolehan aktiva. Sehingga pembuatan jurnal PPN masukan harus mempertimbangkan
kedua hal tersebut.
Contoh, pada tanggal 1 November 2018 membeli secara kredit BKP berupa bahan
baku seharga Rp 1 juta, ditambah PPN 10% sebesar Rp 100.000. Penyerahan barang
dilakukan pada saat itu juga, namun pemberian faktur pajak dilakukan saat pelunasan,
misalnya tanggal 1 Desember 2018. Atas transaksi tersebut, maka jurnal PPN masukan
yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pembelian                                                  Rp 1.000.000,00
PPN Masukan belum difakturkan           Rp     100.000,00
       Utang Dagang                                                                     Rp 1.100.000,00
Jika pada tanggal 1 Desember 2018, saat pelunasan, faktur pajak sudah disampaikan
oleh PKP penjual, maka pencatatan yang dibuat adalah sebagai berikut:
PPN Masukan                                                 Rp 100.000,00
      PPN Masukan belum difakturkan                                        Rp 100.000,00
 3. Jurnal PPN masukan saat melakukan retur pembelian
Barang yang dikirim kembali kepada PKP penjual, pada dasarnya merupakan
pembatalan dan pengurangan jumlah pembelian. Karena itu, PPN yang terutang
atas barang tersebut juga wajib dikurangi. Retur pembelian ini dapat terjadi saat
faktur pajak belum dibuat atau setelah faktur pajak dibuat. Dalam hal terjadi
retur pembelian, PKP pembeli harus membuat nota retur, terutama jika
pengembalian barang tersebut terjadi setelah faktur pajak diterima dari penjual.
Misalnya, pada tanggal 1 November PT ABC melakukan pembelian BKP
berupa bahan baku seharga Rp 2 juta secara kredit, ditambah PPN 10% sebesar
Rp 200.000, dimana faktur pajak belum diserahkan saat penyerahkan. Maka
pencatatan jurnal PPN masukan adalah sebagai berikut:
Pembelian                                                  Rp 1.000.000,00
PPN Masukan belum difakturkan           Rp     100.000,00
       Utang Dagang                                                                    Rp 1.100.000,00
Namun, pada tanggal 20 November 2018, PT ABC dilakukan retur pembelian
atas barang yang berharga Rp 500.000. Atas transaksi retur pembelian ini,
perusahaan mencatat jurnal PPN masukan sebagai berikut:
Utang dagang                                              Rp    550.000,00
      Retur Pembelian (persediaan)                                             Rp   500.000,00
      PPN Masukan belum difakturkan                                       Rp      50.000,00
LANJUTAN
 Jika pada tanggal 1 Desember 2018 PKP penjual menerbitkan faktur pajak,
maka PKP penjual cukup mencantumkan jumlah penjualan setelah dikurangi
dengan retur. Pun demikian dengan pencatatan PPN. Faktur pajak yang dibuat
oleh PKP penjual berisi sebagai berikut:
Harga Jual                                                     : Rp 500.000,00
PPN 10%                                                       : Rp   50.000,00
Jumlah yang dibebankan kepada pembeli  : Rp 550.000,00
Terkait penerbitan faktur pajak oleh PKP penjual ini, PKP pembeli harus
mencatat sebagai berikut:
PPN Masukan                                   Rp 50.000,00
    PPN Masukan belum difakturkan                         Rp 50.000,00
Jika retur dilakukan pada tanggal 5 Desember 2018 (saat faktur sudah
diterbitkan), maka pencatatan yang dibuat adalah sebagai berikut:
Utang Dagang           Rp 550.000,00
     Retur Pembelian                           Rp 500.000,00
     PPN Masukan                               Rp   50.000,00
Saldo debit PPN Masukan pada akhir periode tertentu tersebut mencerminkan
jumlah PPN yang telah atau akan dibayar oleh perusahaan pada periode tersebut.
CONTOH JURNAL PPN MASUKAN YANG TIDAK
DAPAT DIKREDITKAN

 Apabila perusahaan membeli BKP atau memanfaatkan JKP yang tidak


mempunyai hubungan langsung dengan bisnis inti perusahaan, maka atas
pembelian tersebut tetap dikenai PPN. Namun, PPN masukan yang dibayar
tersebut tidak dapat dikreditkan terhadap PPN keluaran dalam suatu masa pajak.
 PPN yang tidak dapat dikreditkan ini harus dikapitalisasikan sebagai bagian dari
biaya perolehan dari barang atau aktiva yang bersangkutan. PPN masukan yang
tidak dapat dikreditkan ini bisa juga dibebankan sebagai biaya operasi.
 Contoh, PT ABC sebagai produsen minuman membayar biaya perbaikan mobil
Direktur senilai Rp 1 juta, ditambah PPN 10% sebesar Rp 100.000. Reparasi
kendaraan ini tidak masuk dalam bisnis inti perusahaan, maka PPN masukan
tidak dapat dikreditkan.
 Atas transaksi tersebut, PT ABC membuat jurnal PPN masukan sebagai berikut:

Biaya reparasi kendaraan    Rp 1.100.000,00


      Kas                                                            Rp 1.100.000,00
 PPN 10% sebesar Rp 100.000 dimasukan dalam komponen biaya reparasi,
karena PPN masukan tersebut tidak dapat dikreditkan.
SUMBER REFERENSI
 https://
www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/jurnal-ppn-
masukan
 https://
www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/ppn-masuka
n

Anda mungkin juga menyukai