PPN masukan idealnya bisa dikreditkan, namun ada beberapa PPN masukan
yang ternyata tidak bisa dikreditkan. PPN masukan tidak bisa dikreditkan
dengan PPN keluaran hanya untuk penyerahan atau pengeluaran sebagai
berikut:
Perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
PKP.
Perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha.
Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station
wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
Perolehan BKP/JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan atau
tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
pembeli BKP/JKP.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pabean yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan.
LANJUTAN…..
Perolehan BKP/JKP yang pajak maskannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak.
Perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam SPT
masa PPN, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.
Selain 9 kriteria di atas, PPN masukan yang tidak dapat dikreditkan untuk
PPN masukan terkait BKP/JKP yang mendapat fasilitas pembebasan pungutan
PPN. Meski BKP/JKP mendapat status dibebaskan PPN, bukan berarti tidak
ada PPN, melainkan PPN yang ada tidak dipungut.
PKP yang dalam suatu masa pajak melakukan penyerahan yang terutang
PPN dan penyerahan yang tidak terutang PPN hanya dapat mengkreditkan
PPN masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang PPN. Bagian
penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui dengan pasti
dari pembukuan PKP.
CONTOH JURNAL PPN MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
1. Jurnal PPN masukan untuk pembelian tunai
Jika perusahaan atau PKP membeli BKP/JKP secara tunai,
biasanya segera menerima faktur pajak dari PKP penjual.
Atas faktur yang diberikan tersebut, PKP bisa segera
mencatat PPN yang dibayarkan.
Contoh, pada tanggal 1 November PT ABC melakukan
pembelian BKP berupa bahan baku seharga Rp 2 juta,
ditambah PPN 10% sebesar Rp 200.000. Atas transaksi
tersebut, maka jurnal PPN masukan yang dicatat oleh
perusahaan adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 2.000.000,00
PPN Masukan Rp 200.000,00
Kas Rp2.200.000,00
LANJUTAN…
Pencatatan yang sama juga berlaku apabila perusahaan
memanfaatkan JKP. Misalnya, pada tanggal 1 November PT
ABC menggunakan jasa perbaikan mesin untuk produksi.
Total biaya perbaikan adalah sebesar Rp 1 juta, ditambah
PPN 10% sebesar Rp 100.000. Karena perbaikan mesin
produksi ini berkaitan langsung dengan usaha, maka PPN
masukan termasuk PPN masukan yang bisa dikreditkan.
Atas transaksi tersebut, maka jurnal PPN masukan yang
dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Biaya Perbaikan Mesin (D) Rp 1.000.000,00
PPN Masukan(D) Rp 100.000,00
Kas (K) Rp1.100.000,00
2. Jurnal PPN masukan untuk pembelian secara kredit
Perlakuan jurnal PPN masukan menjadi berbeda bila transaksi pembelian
dilakukan secara kredit. Pasalnya, jika transaksi dilakukan secara kredit, maka faktur
pajak dari PKP penjual baru akan diberikan apabila pembayaran atas transaksi tersebut
dilunasi. Akibatnya, dari segi perpajakan, pada saat BKP/JKP diserahkan, PPN belum
terutang sehingga belum perlu dicatat. Namun, dilihat dari sudut pandang
akuntansisaat penyerahan BKP/JKP merupakan salah satu saat pengakuan biaya atau
perolehan aktiva. Sehingga pembuatan jurnal PPN masukan harus mempertimbangkan
kedua hal tersebut.
Contoh, pada tanggal 1 November 2018 membeli secara kredit BKP berupa bahan
baku seharga Rp 1 juta, ditambah PPN 10% sebesar Rp 100.000. Penyerahan barang
dilakukan pada saat itu juga, namun pemberian faktur pajak dilakukan saat pelunasan,
misalnya tanggal 1 Desember 2018. Atas transaksi tersebut, maka jurnal PPN masukan
yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 1.000.000,00
PPN Masukan belum difakturkan Rp 100.000,00
Utang Dagang Rp 1.100.000,00
Jika pada tanggal 1 Desember 2018, saat pelunasan, faktur pajak sudah disampaikan
oleh PKP penjual, maka pencatatan yang dibuat adalah sebagai berikut:
PPN Masukan Rp 100.000,00
PPN Masukan belum difakturkan Rp 100.000,00
3. Jurnal PPN masukan saat melakukan retur pembelian
Barang yang dikirim kembali kepada PKP penjual, pada dasarnya merupakan
pembatalan dan pengurangan jumlah pembelian. Karena itu, PPN yang terutang
atas barang tersebut juga wajib dikurangi. Retur pembelian ini dapat terjadi saat
faktur pajak belum dibuat atau setelah faktur pajak dibuat. Dalam hal terjadi
retur pembelian, PKP pembeli harus membuat nota retur, terutama jika
pengembalian barang tersebut terjadi setelah faktur pajak diterima dari penjual.
Misalnya, pada tanggal 1 November PT ABC melakukan pembelian BKP
berupa bahan baku seharga Rp 2 juta secara kredit, ditambah PPN 10% sebesar
Rp 200.000, dimana faktur pajak belum diserahkan saat penyerahkan. Maka
pencatatan jurnal PPN masukan adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 1.000.000,00
PPN Masukan belum difakturkan Rp 100.000,00
Utang Dagang Rp 1.100.000,00
Namun, pada tanggal 20 November 2018, PT ABC dilakukan retur pembelian
atas barang yang berharga Rp 500.000. Atas transaksi retur pembelian ini,
perusahaan mencatat jurnal PPN masukan sebagai berikut:
Utang dagang Rp 550.000,00
Retur Pembelian (persediaan) Rp 500.000,00
PPN Masukan belum difakturkan Rp 50.000,00
LANJUTAN
Jika pada tanggal 1 Desember 2018 PKP penjual menerbitkan faktur pajak,
maka PKP penjual cukup mencantumkan jumlah penjualan setelah dikurangi
dengan retur. Pun demikian dengan pencatatan PPN. Faktur pajak yang dibuat
oleh PKP penjual berisi sebagai berikut:
Harga Jual : Rp 500.000,00
PPN 10% : Rp 50.000,00
Jumlah yang dibebankan kepada pembeli : Rp 550.000,00
Terkait penerbitan faktur pajak oleh PKP penjual ini, PKP pembeli harus
mencatat sebagai berikut:
PPN Masukan Rp 50.000,00
PPN Masukan belum difakturkan Rp 50.000,00
Jika retur dilakukan pada tanggal 5 Desember 2018 (saat faktur sudah
diterbitkan), maka pencatatan yang dibuat adalah sebagai berikut:
Utang Dagang Rp 550.000,00
Retur Pembelian Rp 500.000,00
PPN Masukan Rp 50.000,00
Saldo debit PPN Masukan pada akhir periode tertentu tersebut mencerminkan
jumlah PPN yang telah atau akan dibayar oleh perusahaan pada periode tersebut.
CONTOH JURNAL PPN MASUKAN YANG TIDAK
DAPAT DIKREDITKAN