Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PERPAJAKAN

TAX PLANNING PPN

KADEK SETYAWATI 1833122036


NI LUH ESA INTAN 1833122053
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas
konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam daerah
pabean. Sesuai legal karakter dari PPN ini yang bersifat

PPN
non kumulatif, maka dalam perlakuan pajak-PPN tidak
membolehkan terjadinya pajak berganda karena
konsumen terakhirlah yang harus menangung PPN ini.
PPN juga memiliki karakteristik sebagai pajak objektif
yang mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban
pajak dibidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek
pajak.
TAX PLANNING PPN
01 Memaksimalkan mekanisme pengkreditan PPN

02 Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN

03 Sentralisasi Pengenaan PPN


04 Memaksimalkan Restitusi PPN

05 Membangun sendiri dalam kegiatan usaha

06 PPN atas barang gratis untuk keperluan promosi

07 Penjagaan cash flow

08 Pengendalian PPN

09 Tanggung jawab renteng


01 Memaksimalkan Pengkreditan PPN
Memaksimalkan
mekanisme pengkreditan
PPN
Perusahaan sebaiknya memperoleh Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari
Pengusaha Kena Pajak, supaya pajak
masukannya dapat dikreditkan. Perusahaan
perlu mengamati dengan cermat jangan
sampai terdapat pajak masukan yang belum
dikreditkan
Mekanisme Pengkreditan dan
Pelaporan PPN

Pengenaan PPN berdasar Sistem Faktur sehingga setiap


penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh PKP harus
dibuatkan faktur pajak.
Mekanisme penggeseran PPN dilakukan melalui
pemungutan kembali PPN dari pembeli berikutnya. Jika
jumlah PPN yang dipungutnya lebih besar dari PPN yang
telah dibayar pada saat perolehannya, maka kelebihannya
harus disetor kekas Negara. Mekanisme ini sering disebut
Indirect Substraction Method (PK-PM)
Mekanisme Pengkreditan dan
Pelaporan PPN
Secara umum mekanisme pengkreditan Pajak Masukan diatur
dalam pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2009 ituadalah :

a. Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk


Masa Pajak yang sama

b. Apabila terdapat Pajak Masukan yang dapat dikreditkan


tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa
Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak
berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa
Pajak yang bersangkutan , sepanjang belum dibebankan
sebagai beban dan belum dilakukan pemeriksaan.
Jika dalam suatu Masa Pajak belum ada Pajak Keluaran ,maka
Pajak Masukan dapat dikreditkan)
02 Memaksimalkan Fasilitas di bidang PPN
Memaksimalkan Fasilitas
di bidang PPN
Sejak diberlakukannya UU Nomor 36 Tahun 2008,
fasilitas dibidang PPN yang dikenal dalam ketentuan
PPN adalah PPN yang Tidak Dipungut, PPN
Dibebaskan, dan PPN ditanggung pemerintah. Bagi
PKP yang mendapatkan fasilitas PPN Tidak
Dipungut, PPN masukan yang berhubungan dengan
perolehan BKP/JKP tidak dapat dikreditkan.

Fasilitas yang berkaitan dengan PPN adalah:

1. Fasilitas PPN tidak dipungut


2. Fasilitas PPN dibebaskan
3. Fasilitas PPN ditanggung pemerintah
03 Sentralisasi Tempat PPN Terutang
Sentralisasi Tempat PPN
Terutang
Dalam Pasal 1A ayat f UU PPN disebutkan bahwa
penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat cabang
atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak
antar cabang, termasuk dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak.

Sentralisasi Tempat terutangnya PPN tersebut pada


dasar nya merupakan fasilitas yg bisa di manfaatkan
oleh PKP. Dengan izin sentralisasi, maka akan
terdapat penghematan biaya administrasi dan
pengaturan cash flow perusahaan yg lebih baik
dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang
PPN.
04 Memaksimalkan Restitusi PPN
Pemilihan restitusi atau
kompensasi sangat bergantung
Memaksimalkan restitusi PPN
pada kondisi masing masing WP
atau Pengusaha Kena Pajak. Kriteria umum bagi manajemen dalam
Pertimbangan utama dalam memutuskan perlu tidaknya mengajukan
menentukan pilihan tersebut permohonan restitusi PPN:
berkaitan dengan pemeriksaan dan
opportunity cost yang timbul dari 1. Bila besarnya PPN yang lebih bayar tersebut
kelebihan pajak yg ada di Negara cukup signifikan/material Jumlahnya.
(time value of money). Kriterianya
2. Bila kondisi keuangan perusahaan mengalami
adalah, jika opportunity cost lebih
gangguan cash flow.
besar dibandikan dengan biaya
pemerikasaanya, maka Wajib Pajak
3. Bila sudah diyakini kesiapan perusahaan untuk
akan cenderung meminta restitusi
diperiksa oleh fiskus.

4. Bila prediksi masa depan pembayaran PPN


menunjukan lebih bayar PPN
05 Membangun Sendiri Tidak Dalam Kegiatan Usaha
Membangun Sendiri Tidak
Dalam Kegiatan Usaha
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat
usaha oleh orang pribadi atau badan dikenakan PPN,
dengan kodisi:

1. Luas bangunan 220 M persegi atau lebih

2. Bangunan permanen.

3. Tarif 10% x 40% biayaa banguna(tanpa harga tanah)

4. Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya


sejak pembangunan dimulai
06 PPN Atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi
PPN Atas Barang Gratis
Untuk Kepentingan Promosi

Kejadian ini sering terjadi dalam praktik,


baik pada saat perusahaan baru memulai
kegiatan bisnisnya maupun pada saat
perusahaan sudah berjala dan sebagai bagian
dari implementasi marketing strategy
perusahaan mereka melakukan kegiatan
promosinya untuk meningkatkan omset
penjualan
07 Penjagaan Terhadap Cash Flow Perusahaan
Penjagaan Terhadap Cash
Flow Perusahaan
Salah satu tujan dilakukannya perencanaan pajak oleh manajemen perusahaan adalah untuk menjaga
kesehatan cash flow. Berikut cara-cara yang aman dalam perencanaan pajak yang perlu diagendakan
oleh manajemen perusahaan untuk diaplikasikan dalam kerangka peningkatan efisiensi pajak dan
keuangan perusahaan:

a. Menyegerakan Pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak pada perusahaan yang baru
berdiri

b. Memilih mendirikan perusahaan dilokasi yang mendapatkan fasilitas perpajakan PPN

c. Mengusahakan membeli bahan baku pada saat akan menjalankan proses produksi

d. Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi perusahaan yang mempunyai kantor cabang

e. Penanganan faktur pajak dengan baik


08 Pengendalian Pajak melalui Tax Review
Pengendalian Pajak melalui
Tax Review
Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk menelaah dan meneliti tingkat kepatuhan
wajib pajak secara umum dan memberikan rekomendasi untuk meminimalkan pajak yang belum
diketahui perusahaan. Tax Review meliputi seluruh kewajiban perpajakan wajib pajak termasuk PPN
dan PPnBM.

Tax Review memiliki tujuan sebagai berikut :

• Untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan implementasi kewajiban dan prosedural perpajakan
dan kemudian dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan ketentuan peraturan perpajakan.

• Hasil Tax Review dapat digunakan bahan acuan dasar untuk menyusun SPT tahunan dan PPh Badan

• Hasil tax review dapat dimanfaatkan sebagai upaya antisipasi apabila sewaktu waktu dilakukan
pemeriksaan pajak
09 Tanggung Jawab Renteng
Pengendalian Pajak melalui
Tax Review

Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng


ini diatur dalam Pasal 33 UU KUP No. 16 tahun
2000, kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU
KUP No. 28 tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi
melalui penambahan Pasal 16F kedalam UU PPN
No. 42 tahun 2009, yakni:

“Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa


Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayarkan”.

Anda mungkin juga menyukai