Pengertian teori didasarkan pada gagasan bahwa akuntansi merupakan disiplin atau
bidang pengetahuan teknologi. Teori akuntansi dimaknai sebagai penalaran logis. Agar
manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan perekayasaan harus diaplikasikan dalam
suatu wilayah (negara). Wujud aplikasi adalah terciptanya suatu mekanisme pelaporan
keuangan nasional yang dengannya unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan
kepemerintahan dalam suatu negara menyediakan data dan menyampaikan informasi
keuangan kepada para pengambil keputusan yang dianggap paling dominan dan berpengaruh
dalam pencapaian tujuan negara.
Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik secara
efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran masyarakat yang optimal. Kebijakan
dan regulasi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi para pelaku dan sistem
ekonomi negara merupakan wahana dalam alokasi sumber daya ekonomik. Akuntansi dapat
menjadi wahana dan mempunyai peran yang nyata dalam alokasi kalau informasi yang
dihasilkan sengaja dirancang agar dapat mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan
ekonomik dominan untuk menuju ke keefektifan dan efisiensi alokasi sumber daya negara.
Teknologi yang diterapkan harus dipilih dan dirancang dengan baik dan tidak selayaknya
akuntansi dibiarkan berkembang secara alamiah atau liar tanpa haluan yang jelas.
Tujuan sosial dan ekonomik negara dianggap telah disepakati atau sesuatu yang
berian (given) dan menjadi premis dalam penalaran. Validitas konklusi yang dimuat dalam
rerangka konseptual dapat dievaluasi atas dasar kelogisan atau penalaran (logical validity).
Sebagai penalaran deduktif-normatif, Hendriksen (1982) menguraikan aspek-aspek yang
harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk menghasilkan rerangka teoristis
akuntansi (theoretical framework for accounting) yaitu:
Siapa Merekayasa
Proses perekayasaan bukan suatu upaya perseorangan (one-man show) tetapi merupakan
upaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual dan kekuatan politik mengingat
perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yangn serius hasilnya akan berdampak luas
dan jangka panjang. Badan legislatif pemerintah mempunyai peran penting dalam hal ini
mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi semacam undang-undang dasar
(konstitusi). Badan legislatif membentuk komite atau tim khusus yang ada di bawah
kendalinya untuk perekayasaan di tingkat nasional. Walaupun perekayasaan tingkat nasional
diserahkan oleh badan legislatif kepada profesi atau badan khusus untuk tujuan itu, tetapi
badan legislatif mempunyai kekuatan yuridis dan politik untuk menentukan hasil akhir
perekayasaan.
Karena pentingnya perekayasaan ini, badan legislatif atau pelaksana yang terlibat harus
mempunyai wawasan dan pengetahuan teoretis di bidang masing-masing yang cukup
memadai. Perekayasa akuntansi harus merupakan tim multi-disipliner agar hasilnya dapat
diandalkan sebagai wahana untuk menjamin tercapainya tujuan sosial dan ekonomik negara.
Sebagai alternatif, penyedia informasi tidak dikendalikan oleh pemerintah tetapi diserahkan
kepada profesi dan pelaku bisnis. Alternatif ini beramsusi bahwa profesi dan pelaku bisnis
adalah pihak yang paling tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan. Pihak pemakai
atau calon pemakai merupakan pihak yang benar-benar tau akan kebutuhan
informasionalnya. Tidak terjadi apa yang disebut asimetri informasi antara pihak penyedia
dan pihak yang dituju.
Persoalan yang harus dijawab oleh perekayasa adalah bagaimana suatu kegiatan fisis
perusahaan yang kompleks disimbolkan dalam bentuk statemen keuangan sehingga pihak
yang dituju dapat membayangkan operasi perusahaan dari segi keuangan tanpa harus
menyaksikan secara fisis operasi perusahaan.
Proses semantik adalah memilih dan menyimbolkan objek-objek fisis kegiatan
perusahaan yang releven menjadi objek-objek statemen keuangan. Model yang sekarang
dikenal secara luas adalah menyimbolkan kegiatan fisis perusahaan dalam sepuluh
elemenyang akhirnya terefleksi dalam statemen keuangan yaitu: aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, biaya, untung, rugi, investasi pemilik, distribusi ke pemilik, dan laba
komprehensif. Agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk informasi keuangan, objek-
objek fisis harus dikuantifikasi ke dalam satuan yang homogenus sehingga satuan tersebut
dapat menggambarkan besarnya dan hubungan antarobjek. Suatu statemen memerlukan
waktu yang cukup lama untuk dapat disahkan dan diterbitkan. Selain itu juga harus mengikuti
prosedur saksama tetapi tidak seketat statemen karena bentuk penerbitan yang lain umumnya
bersifat memodifikasi, mengklarifikasi atau memperluas arti tetapi tidak dapat mengganti
atau meniadakan suatu statemen.
Proses Saksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus dilakukan
melalui tahap-tahap dan prosedur yang saksama dan teliti. Hal ini harus diperlakukan
mengingat dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai pernyataan resmi atau
statemen yang mempunyai tingkat keautoritafifan tinggi. Prosedur ini berlaku dalam
penyusunan baik rerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berstatus statemen.
Berikut adalah proses-saksama yang dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi.
a. Mengevaluasi masalah.
b. Mengadakan riset dan analisis.
c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi kepada setiap pihak yang
berkepentingan.
d. Mengadakan dengar pendapat umum untuk membahas masalah yang diungkapkan
dalam Memorandum Diskusi.
e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas Memorandum Diskusi.
f. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama Exposure
Draf (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari setelah
penerbitan.
g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
h. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atau tidak. Statemen dapat
diterbitkan kalau mayoritas anggota menyetujui.
i. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
Proses yang kira-kira sama juga diterapkan oleh IAI dalam penerbitan suatu
pernyataan. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga IAI, penerbitan standar oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan atau standar profesi oleh Dewan Standar Profesional Akuntansi
Publik harus mengikuti prosedur berikut:
a. Sebelum suatu standar diputuskan untuk diberlakukan, konsep usulan materi yang
akan dijadikan standar tersebut harus disebarluaskan secara umum, termasuk kepada
cabang-cabang dan anggota untuk dimintakan tanggapan, sekurang-kurangnya selama
tiga bulan.
b. Dengan mempertimbangkan tanggapan yang diterima dari masyarakat, komite dalam
rapatnya dapat mengambil keputusan untuk mengusulkan kepada Pengurus Pusat agar
memberlakukan/mengesahkan standar tersebut.
c. Berdasarkan usulan ini, Pengurus Pusat memutuskan untuk memberlakukan atau
mengesahkannya.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Dewan Standar Profesional Akuntansi Publik
berwenang untuk menentukan materi-materi yang akan dibahas dan diusulkan untuk menjadi
standar yang akan diberlakukan di Indonesia. Dewan Standar Akuntansi Keuangan dapat pula
menentukan prosedur-prosedur tertentu yang dipandang perlu dalam rangka penyusunan
pernyataan standar dengan persetujuan Pengurus Pusat.
D. Rerangka Konseptual
Sebagai semacam konstitusi bagi profesi, rerangka konseptual akan menjadi landasan
untuk memecahkan masalah-masalah perlakuan akuntansi. Tanpa rerangka konseptual
sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi penyusun standar untuk mengevaluasi argumen
bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam menggambarkan realitas ekonomi atau
untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih efektif daripada perlakuan yang lain
dalam rangka mencapai tujuan sosial atau ekonomik. Tanpa rerangka konseptual, tidak dapat
dihindari kemungkinan penyususn standar untuk menggunakan konsep-konsep menurut
selera sendiri tanpa suatu haluan yang jelas sehingga ada kemungkinan “ganti dewan ganti
standar”. akibatnya standar akuntansi yang diterbitkan tidak pernah konsisten.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep koheren yang menetapkan sifat dan fungsi
pelaporan keuangan, Kam (1990) menguraikan manfaat-manfaat rerangka konseptual sebagai
berikut:
1. Memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung jawab dalam
penyusunan/penetap standar akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang dijumpai dalam
praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan keyakinan
terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antarperusahaan.
Yang dikemukakan Kam di atas sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh FASB
dalam tiap pengantar pernyataan konsep, FASB menegaskan bahwa FASB sendiri yang akan
banyak memanfaatkan rerangka konseptual akan memberi suatu landasan umum dan
penalaran dasar untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan alternatif-alternatif
dalam pengembangan standar akuntansi. Penalaran ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
standar dan praktik yang berjalan dan mengembangkan standar dan praktik di masa datang.
Pemahaman ini akan mampu meningkatkan kebermanfaatan dan keyakinan terhadap laporan
dan pelaporan keuangan terutama dalam masalah-masalah yang standar atau aturan resminya
belum ada atau belum ditentukan secara tegas.
Model
Salah satu model yang banyak dikenal saat ini adalah rerangka konseptual yang
dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen konsep penting yaitu:
· Underlying Assumptions
· Qualitative Characteristics of Financial Statement
Aspek Pendidikan
Penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan konsep-konsep dalam
rerangka konseptual versi FASB membentuk seperangkat pengetahuan yang dapat dipandang
sebagai suatu teori deduktif-normatif untuk memahami lebih baik mengapa konsep tertentu
dipilih bukan yang lain dan apa implikasinya. Validitas teori ini dapat diverifikasi atas dasar
penalaran logis yang melandasi tiap argumen. Oleh karena itu, sebagai suatu pengetahuan
untuk pembelajaran atau sebagai teknologi berfikir untuk pengembangan rerangka konseptual
baru di suatu negara, rerangka konseptual FASB lebih unggul dibanding rerangka konseptual
versi IASC.
PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk menentukan apakah statemen keuangan
sebagai media pelaporan keuangan telah menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar,
dan jujur yang secara teknis disebut menyajikan secara wajar. Standar akuntansi hanya
merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kewajaran. Seperti kaidah atau aturan
perbuatan dalam rerangka pedoman etika, standar akuntansi keuangan hanya merupakan
bagian dari kriteria luas yang disebut denagn prinsip akuntansi berterima umum.
Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah,
prosedur, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoretis maupun praktis yang
berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia secara teoretis artinya prinsip tersebut masih dalam
bentuk gagasan akademik yang belum dipraktikkan tetapi mempunyai manfaat dan potensi
yang besar untuk di terapkan.
Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang sengaja
dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar untuk diberlakukan
dalam suatu lingkungan/negara dan dituangkan dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai
tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi
pedoman utama dalam memperlakukan suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan
sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoretis, dan praktis.
Dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi dan keduanya juga
harus dibedakan dengan pengertian prinsip akuntansi. Ketiga pengertian tersebut saling
berkaitan dan membentuk pengertian PABU sebagai suatu rerangka pedoman.
Istilah berterima digunakan sebagai padan kata accepted dalam istilah generally
accounting principles. Sementara itu, IAI menggunakan istilah berlaku dan bahkan GAAP
diterjemahkan dalam laporan auditor menjadi “prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.”
Makna “berlaku” jelas tidak tepat kalau digunakan sebagai padan kata accepted dalam
konteks GAAP. Berterima berarti “dalam keadaan diterima dan dipakai.” Berbeda dengan
“diterima”yang bermakna proses atau kejadian pada saaat tertentu, kata “berterima”
mempunyai makna sebagai keadaan menerima atau menyetujui. Jadi pemaknaan yang paling
tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi berterima umum (PABU). GAAP merupakan
jargon penting dan strategik sehingga penerjemahannya harus benar-benar tepat. Bila harus
diberi pewatas lingkup penerapan istilah yang tepat adalah prinsip akuntansi berterima umum
Indonesia (PABUI).
Isi PABU Sebagai Rerangka Pedoman
Kriteria kewajaran penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan adalah suatu
rerangka pedoman dan bukan semata-mata standar akuntansi. Rerangka pedoman ini berisi
komponen-komponen yang tersusun secara hierarkis baik atas dasar tingkat konseptualitas
maupun autoritas dan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
praktik dan profesi.
APB sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar penting penyusunan dokumen yang sekarang
dikenal dengan rerangka konseptual. APB menyebutkan sebagai Basic Cpncepts and
Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business Enterprises. PABU yang
didefinisi APB merupakan bagian dari dokumen tersebut. GAAP versi APB merupakan
pedoman operasional dalam praktik akuntansi.
Prinsip mendasar berisi prinsip tentang pengukuran dan pengakuan suatu elemen statemen
keuangan atau objek pelaporan lainnya. Dalam prinsip operasi umum merupakan penjabaran
lebih lanjut penerapan prinsip mendasar untuk elemen atau pos-pos statemen keuangan.
Dengan kata lain mendeskripsi tentang perlakuan akuntansi untuk tiap elemen atau pos
pelaporan keuangan. Dalam prinsip terinci berisi pedoman teknis untuk menjalankan prinsip
mendasar dan prinsip operasi umum. Pedoman ini berisi teknik dan prosedur untuk mencatat,
mengklasifikasi, meringkas, dan menjanjikan transaksi atau kejadian finansial secara spesifik
untuk suatu perusahaan.
Dapat disimpulkan PABU bukan merupakan satu buku atau dokumen tetapi lebih
merupakan rerangka pedoman yang terdiri atas berbagai tingkat keautoritatifan yang
membentuk suatu hierarki. Steven Rubin menganalogi hierarki tersebut dengan suatu bentuk
bangunan rumah (disebut The House of GAAP).
Gambar tersebut sebenarnya merupakan cara menyajikan secara visual pengertian
PABU sebagai rerangka pedoman yang dideskripsikan oleh AICPA dalam SAS No. 43 yang
sekarang sudah diganti dengan SAS No. 69. Hierarki dilukiskan sebagai lantai rumah
bertingkat denagn fundasi berupa landasan konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat
keautoritatifan dengan lantai paling bawah berisi sumber yang paling autoritatif. Makin ke
atas, suatu sumber makin berkurang tingkat keautoritatifannya.
Dengan adanya rerangka pedoman versi SPAP, makna PABU hanya dibatasi untuk
entitas nonkepemerintahan , sehingga ukuran kewajaran penyajian statemen keuangan untuk
entitas kepemerintahan belum jelas. Artinya, belum jelas apakah frasa “menyajikan secara
wajar ...sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia” masih dapat dipakai.
Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan pedoman untuk memperlakukan suatu objek
yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal berikut ini.
Definisi
PABU memberi batasan atau definisi (definition) berbagai elemen, pos , atau objek
statemen keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak terjadi
kesalahan klasifikasi oleh penyusunan dan kesalahan interpretasi oleh pemakai.
Pengukuran/penilaian
Pengakuan (recognition) adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam
laporan keuangan. Jadi, pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi
dicatat (dijurnal) atau tidak.
F. Struktur Akuntansi
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut menggambarkan pihak-
pihak dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh perekayasaan informasi
keuangan dan saling-hubungan antara berbagai pihak dan sarana tersebut. Sarana-sarana yang
membentuk struktur akuntansi meliputi peraturan pemerintah , standar akuntansi, laporan
keuangan, dan konveksi pelaporan. Struktur tersebut dapat dipandang menggambarkan
pengertian pelaporan keuangan sebagai mekanisma tentang bagaimana pihak-pihak dan
sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan informasi
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan termasuk fungsi auitor untuk
menentukan kewajaran statemen keuangan.
Bidang Studi
Bidang Profesi
Struktur akuntansi juga dapat menggambarkan kesempatan karir bagi mereka yang
menguasai seperangkat pengetahuan akuntansi. Orang dapat bekerja dibidang pemerintahaan
untuk menjadi perekayasa akuntansi.
Hal penting yang dapat digambarkan oleh struktur akuntansi adalah fungsi auditor
independen (akuntan publik). Dalam pelaporan keuangan. Karena pihak pemakai biasanya
terpisah dengan pihak manajemen baik secara administratif maupun secara operasional;
keterpisahan kedua pihak ini menempatkan pemakai statemen sebagai pihak luar yang tidak
dapat secara langsung ikut dalam proses penyediaan data dan penyusunan statemen
keuangan. Peran auditor independen sangat diperlukan untuk mengaudit apakah statemen
keuangan benar-benar telah disajikan sesuai PABU . Hasil pengauditan dituangkan oleh
auditor dalam bentuk laporan auditor.