Bahasa Indonesia: Nama: I. A. P. Ayunda Aprilia S.
Materi: NPM: 1633122090
Tax Planning PPN PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa kena pajak di dalam daerah kepabean. Untuk menghindari terjadinya pajak berganda, maka konsumen terakhirlah yang harus menanggung PPN. A. Memaksimalkan Mekanisme Pengkreditan PPN Mekanisme penggeseran PPN dilakukan melalui pemungutan kembali PPN dari pembeli berikutnya. Jika jumlah PPN yang dipungut lebih besar dari PPN yang telah dibayar, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas negara (Indirect Substraction Method/PK-PM). Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP. Sedangkan, Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan BKP atau JKP. Jika PK > PM, maka selisihnya adalah PPN yang harus dibayar. Sedangkan, jika PK < PM, maka selisihnya adalah kelebihan bayar PPN yang dapat direstitusi. Menurut UU No. 42 Tahun 2009, secara umum mekanisme pengkreditan Pajak Masukan adalah: 1. Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama. 2. Apabila ada Pajak Masukan yang belum dikreditkan, maka dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan. 3. Jika dalam suatu Masa Pajak, belum ada Pajak Keluaran, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan. B. Faktur Pajak Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat PKP saat penyerahan BKP atau JKP. Keterlambatan atau kekeliruan pembuatan faktur pajak dikenakan sanksi 2% dari DPP. Saat yang tepat untuk membuat faktur pajak adalah pada saat terutangnya pajak, dan bisa ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan BKP atau JKP. Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lambat pada akhir bulan penyerahan BKP atau JKP. C. Saat Terutangnya PPN Penentuan saat terutangnya pajak sangat penting mengingat pengaruhnya pada cash flow perusahaan. D. Batas Waktu Penyetoran PPN dan Pelaporan SPT Masa PPN Penyetoran PPN dan Pelaporan SPT Masa PPN adalah paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN dikenai denda Rp500.000. Sedangkan, untuk keterlambatan penyetoran PPN dikenai denda bunga 2% per bulan dari PPN yang terutang. E. Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN Ada tiga fasilitas yang berkaitan dengan PPN, yakni fasilitas PPN tidak dipungut, PPN dibebaskan, dan PPN ditanggung pemerintah. Dalam perencanaan pajak, memaksimalkan pemanfaatan fasilitas PPN ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah yang harus dibayar pembeli dan harga menjadi turun, sehingga omzet penjualan dan profit akan meningkat yang bermuara pada setoran pajak yang akan lebih besar. F. Sentralisasi Tempat PPN Terutang Pada dasarnya, ini merupakan fasilitas yang bisa dimanfaatkan PKP untuk melakukan penghematan biaya adminitrasi dan pengaturan cash flow perusahaan dalam rangka pelaksanaan hak dan kewajiban di bidang PPN. G. Memaksimalkan Restitusi PPN Apabila terdapat kelebihan pajak (PM > PK), maka atas kelebihan tersebut dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi pada akhir tahun buku. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah berkaitan dengan biaya pemeriksaan dan opportunity cost yang timbul dari kelebihan pajak yang ada di negara. H. Membangun Sendiri Tidak dalam Kegiatan Usaha Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh orang pribadi dikenai PPN jika, luas bangunan lebih 200 m2, bangunan permanen, tarif 10% x 40% x biaya bangunan, dan disetor tiap bulan (pada tanggal 15). I. PPN atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi Pemberian barang gratis merupakan transaksi penyerahan barang (objek PPN), sehingga PPN-nya harus dibayarkan oleh perusahaan dari harga pokoknya sebagai tambahan pengeluaran perusahaan. J. Penjagaan Terhadap Cash Flow Perusahaan Penjagaan ini dapat dilakukan dengan pengajuan NPKP, mendirikan perusahaan di lokasi fasilitas perpajakan, menjalankan produksi dengan sistem just in time, sentralisasi PPN, dan penanganan faktur pajak yang baik. K. Pengendalian Pajak Melalui Tax Review Tax Review merupakan pelayanan yang bertujuan untuk meneliti tingkat kepatuhan wajib pajak secara umum dan memberikan rekomendasi untuk meminimalkan pajak yang belum diketahui perusahaan. L. Tanggung Jawab Renteng Pembeli BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar. Solusi apabila terjadi masalah dalam tanggung jawab renteng ini adalah selalu menerbitkan faktur pajak (saat penjualan) dan setiap penjualan harus ada sales agreement yang jelas.