Anda di halaman 1dari 1

Bahasa Indonesia: Nama: I. A. P. Ayunda Aprilia S.

Materi: NPM: 1633122090

Manajemen Penutupan Usaha dan Strategi Perpajakannya

Keputusan melikuidasi perusahaan merupakan pilihan terakhir yang harus diambil pengusaha
apabila usaha penyelamatan perusahaan menemui jalan buntu, karena tindakan tersebut selain
berdampak pada berhentinya pemasukan, perusahaan juga harus menyelesaikan kewajiban terhadap
pihak ketiga, termasuk kewajiban utang pajak yang dilindungi undang-undang.
A. Penyelesaian Kewajiban Perpajakan
Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi, maka orang atau badan
yang ditugasi untuk melakukan pemberesan, dilarang membagikan harta wajib pajak kepada
pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar
utang pajak wajib pajak tersebut (UU KUP No. 28 Tahun 2007). Penutupan usaha idealnya
ditindaklanjuti dengan pengajuan permohonan penghapusan NPWP dan pencabutan NPPKP
(Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak), karena hal ini tidak dapat terjadi secara otomatis.
Sebaiknya penyelesaian masalah ini tidak ditunda-tunda, karena penundaan hanya solusi semu.
Saat gilirannya tiba, wajib pajak akan semakin terpuruk dengan akumulasi sanksi perpajakan.
B. Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak
Apabila ada wajib pajak yang cash flow-nya tidak memungkinkan untuk membayar utang
pajak sekaligus, maka solusi yang dapat dilakukan adalah mengangsur atau menunda pembayaran
pajak. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak
yang terutang bertambah, serta PPh Pasal 29, kepada Direktur Jenderal Pajak.
C. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
1. Diajukan permohonan penghapusan NPWP antara lain oleh:
a. Wajib pajak atau ahli warisnya karena wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan atau objektif sesuai dengan ketentuan UU perpajakan.
b. Wajib pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau
penggabungan usaha.
c. Wajib pajak bentuk usaha tetap yang menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
2. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari wajib pajak
yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Penghapusan NPWP dalam kondisi utang belum dilunasi hanya dapat terjadi jika
berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa:
a. Utang pajak tidak dapat ditagih lagi kepada wajib pajak karena sudah tidak adanya
harta kekayaan.
b. Wajib pajak meninggal dunia dengan tidak meninggalkan warisan dan tidak
mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan.
c. Hak negara untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa.
4. NPWP tidak dapat dihapus jika hasil pemeriksaan menginformasikan bahwa wajib pajak
masih memiliki utang pajak dan negara masih berhak untuk menagih.
D. Pencabutan NPPKP
Terdapat dua cara pencabutan NPPKP, yakni sebagai berikut.
1. Pencabutan NPPKP berdasarkan permohonan wajib pajak.
2. Pencabutan NPPKP dapat dilakukan secara jabatan oleh Dirjen Pajak.
Perlu dicatat bahwa penghapusan NPWP atau pencabutan NPPKP tidak menghilangkan
kewajiban perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai