Anda di halaman 1dari 8

Widya Ningrum_2306287203

RINGKASAN PERPAJAKAN MINGGU III


1. Sistem Perpajakan di Indonesia menganut sistem Self-Assesment dimana WP secara
mandiri akan mendaftarkan dirinya sebagai subyek pajak (memiliki NPWP), melakukan
pembukuan/pencatatan, pembayaran hingga pelaporan. Setelahnya fiskus/institusi pajak
akan melakukan pemeriksaan pada WP yang bersangkutan guna memastikan kesesuaian
data yang telah dilaporkan. Selanjutnya jika telah sesuai, maka akan diterbitkan SKP (Surat
Ketetapan Wajib Pajak).
2. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan apabila dirasa SKP yang ditetapkan tidak sesuai
dengan keadaaan wajib pajak. Apabila gugatan ditolak, maka WP dapat mengajukan
banding ke BPP.
3. Apabila WP menolak untuk melakukan pemeriksaan, maka WP harus menandatangani
surat pernyataan penolakan pemeriksaan. Surat tersebut dapat dijadikan dasar untuk
penetapan pajak secara jabatan atau diusulkan bukti pemeriksaan. Apabila WP tidak mau
menandatangani surat tersebut, maka dapat dikeluarkan BA Penolakan Pemeriksaan.
4. Penyelesaian pemeriksaan:
a. Membuat LHP sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak
b. Menghentikan pemeriksaan dengan membuat LHP SUMR.
i. WP tidak ditemukan atau tidak memenuhi panggilan.
ii. Pemeriksaan ulang dan tidak ditemukan bukti baru.
iii. Ditemukan bukti pemeriksaan dan dilanjutkan dengan bukti pemeriksaan.
Pemeriksaan ini dapat diselesaikan dengan sesual dengan pasal 8(3) dan WP
mengungkapkan kebenaran SPT atau diselesaikan dengan pasal 44B.
Penetapan dan Ketetapan Pajak
Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKP apabila ditemukan ketidakbenaran dalam tagihan pajak.
Berdasarkan Pasal 1 angka (14) dan Pasal 12 ayat (1), terdapat beberapa jenis Surat Ketetapan
Pajak, yaitu:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
SKPKB
Dapat diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun apabila terdapat:
a. Pajak terutang tidak atau kurang dibayar, berdasar hasil pemeriksaan atau keterangan
lain.
b. WP mendapat pengukuhan secara jabatan.
c. PKP tidak melakukan penyerahan BKP atau JKPdan/atau ekspor BKP dan/atau JKP
dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud pada pasal 9 ayat (6a) UU PPN dan perubahannya.
Widya Ningrum_2306287203

d. SPT disampaikan melebihi tanggal jatuh tempo umum dan dispensasi sesuai Surat
Teguran.
e. Diketemukan kesalahan kompensasi lebih pajak dan pengenaan tariif 0% untuk PPn
dan PPnBM.
f. Pajak terutang tidak diketahui akibat WP tidak memenuhi kewajiban terkait
pembukuan dan pemeriksaan.
Ketika jangka waktu 5 tahun terlampaui, apabila WP tidak dikenai sanksi pidana perpajakan dan
SKPKB tidak diterbitkan maka pajak terutang dalam SPT bersifat pasti. SKPKB diterbitkan
berdasarkan:
a. Hasil pemeriksaan terhadap SPT dan kewajiban perpajakan WP jika SPT tidak
tersampaikan.
b. Hasil pemeriksaan bukti permulaan terhadap WP yang tidak atau salah menyampaikan
SPT dan WP Badan tidak memenuhi kewajiban pemeriksaan.
c. Hasil penelitian keterangan lain.
SKPKBT
Diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun sejak saat terutang apabila:
a. Disebabkan penemuan data baru atau data semula yang semua belum terungkap hingga
menambah jangka pajak terutang.
b. WP dikenai kenaikan 100% dari pajak terutang jika data ditemukan melalui
pemeriksaan.
c. WP tidak dikenai kenaikan jika data dilaporkan sendiri sebelum pemeriksaan.
SKPKBT dapat diterbitkan setelah 5 tahun yang disebabkan WP dikenai pidana perpajakan.
SKPKBT diterbitkan atas dasar:
a. Hasil pemeriksaan atau pemeriksaan ulang data baru.
b. Hasil penelitian atas kekurangan tertulis WP.
c. Hasil penelitian atas vonis pidana perpajakan.
SKPLB
SKPLB mensyaratkan adanya surat pemberitahuan oleh WP yang menyatakan adanya pajak lebih
bayar tanpa melakukan permohonan restitusi. Dirjen Pajak akan melakukan pemeriksaan atau
penelitian kebenaran pembayaran. Apabila diketemukan kredit pajak atau pajak yang telah dibayar
melebihi pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya tidak terutang, maka SKPLB dapat
diterbitkan. SKPLB juga dapat diterbitkan lebih dari satu kali.
Dasar penerbitan SKPLB:
a. Hasil pemeriksaan SPT.
b. Hasil penelitian atas kebenaran pembayaran pajak.
c. Hasil pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
SKPN
Widya Ningrum_2306287203

Diterbitkan setelah pemeriksaan SPT apabila:


a. Kredit Pajak atau Pajak yang dibayar sama dengan Pajak terutang.
b. Kredit pajak, pajak yang dibayar atau pajak terutang bernilai nol.
Pembetulan Ketetapan Pajak
Dirjen Pajak dapat membetulkan SKP, STP, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga yang disebabkan oleh salah tulis, salah
hitung atau kesalahan penetapan peraturan.
Pembetulan ini dapat diinisiasi oleh:
• Dirjen Pajak secara jabatan; atau
• Permohonan WP yang harus diputuskan dalam jangka waktu 6 bulan atau dianggap
dikabulkan jika melewati 6 bulan. Penjelasan dapat diberikan atas penolakan permohonan
seluruhnya atau sebagian.
Pengurangan, Penghapusan dan Pembatalan Ketetapan Pajak
Dirjen Pajak berwenang karena jabatan atau permohonan WP:
a) Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan WP atau bukan kesalahannya.
b) Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar.
c) Mengurangkan atau membatalkan surat tagihan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal
14 yang tidak benar; atau
d) Membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan tanpa:
a. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
b. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak.
Penagihan Pajak
Dasar penagihan:
1. STP
2. SKPKB
3. SKPKBT
4. SK Pembetulan
5. SK Keberatan
6. Putusan Banding
7. Putusan Peninjauan Kembali
Dirjen Pajak dapat menerbitkan STP dalam kondisi:
Widya Ningrum_2306287203

a. PPh tidak atau kurang dibayar.


b. Penelitian menemukan pajak kurang bayar akibat salah tulis atau salah hitung.
c. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
d. Pengusaha telah dikukuhkan menjadi PKP tapi tidak membuat atau terlambat membuat FP.
e. PKP tidak mengisi FP secara lengkap.
f. Terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada WP.
Apabila telah dilakukan dengan segala cara penagihan dan WP tidak dapat tertagih, maka Dirjen
Pajak akan menerbitkan surat penagihan paksa. Pengecualian diberikan dalam penagihan seketika
apabila:
1. Penanggung pajak yang berniat atau akan meninggalkan Indonesia untuk selamanya.
2. Penanggung pajak mengalihkan kepemilikan barang guna mengecilkan usaha.
3. Penanggung pajak menyiratkan perubahan bentuk usaha.
4. Badan usaha dibubarkan negara.
5. Penanggung pajak disita hartanya oleh pihak ketiga atau terancam pailit.
Negara memiliki hak mendahulu atas barang milik penanggung pajak, akibat tagihan pajak yang
meliputi:
a. Pokok pajak
b. Sanksi administrasi
c. Biaya penagihan
Hak mendahului tidak berlaku atas:
a. Biaya perkara semata mata akibat penghukuman melelang barang.
b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang terlelang.
c. Biaya perkara semata-mata akibat pelelangan dan warisan.
Hak mendahulu hilang setelah lewat batas 5 tahun sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali.
Hak Penagihan pajak duluarsa setelah melampaui 5 tahun sejak:
a. Saat terutang pajak
b. Berakhinya masa, bagian tahun atau tahun pajak
c. Tanggal pemberitahuan surat paksa
d. Diterimanya permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
e. Penerbitan surat perintah penyidikan tindak pidana
f. Penerbitan SKPKB atau SKPKBT yang mengikuti vonis pidana
Ringkasan Sanksi Bunga KUP
Sanksi Bunga KUP
Sanksi Kondisi/Penyebab
No Perhitungan Keterangan
Administrasi Sanksi Administrasi
Widya Ningrum_2306287203

Keterlambatan Dihitung sejak


KMK Bungan
STP pembayaran/penyetoran jatuh tempo
Acuan x Bulan
1 Bunga Pasal 9 (2a) pajak yang tercantum pembayaran s.d.
Sanksi x Nilai Pajak
KUP dalam SPT Masa tanggal
Terlambat Bayar
Normal pembayaran
Keterlambatan Dihitung sejak
KMK Bunga Acuan
STP pembayaran/penyetoran jatuh tempo
x Bulan Sanksi x
2 Bunga Pasal 9(2b) pajak yang tertuang pembayaran s.d.
Nilai Pajak
KUP dalam SPT Tahunan tanggal
Terlambat Bayar
Normal pembayaran
Keterlambatan Dihitung sejak
KMK Bunga Acuan
STP pembayaran/penyetoran jatuh tempo
x Bulan Sanksi x
3 Bunga Pasal 8 (2a) pajak yang tertuang pembayaran s.d.
Nilai Pajak
KUP dalam/akibat adanya tanggal
Terlambat Bayar
SPT Masa Pembetulan pembayaran
Keterlambatan
Dihitung sejak
pembayaran/penyetoran KMK Bunga Acuan
STP jatuh tempo
pajak yang tertuang x Bulan Sanksi x
4 Bunga Pasal 8(2) pembayaran s.d.
dalam/akibat adanya Nilai Pajak
KUP tanggal
SPT Tahunan Terlambat Bayar
pembayaran
Pembetulan
Dalam STP
Termuat: Dihitung sejak
1. Pajak terutang pajak
kurang/tidak atau berakhirnya
Adanya pajak yang
dibayar. Masa
STP tidak/kurang dibayar
2. Sanksi Bunga; pajak/Bagian
5 Bunga Pasal 14(3) dalam tahun berjalan
KMK Bunga Tahun
KUP yang ditagih
acuan x Bulan Pajak/Tahun
menggunakan STP
Sanksi x Nilai Pajak s.d.
Pajak Tanggal
Tidak/Kurang Penerbitan STP
dibayar
Dihitung sejak
KMK Bunga acuan
jatuh tempo
x Bulan sanksi x
STP Keterlambatan pembayaran s.d.
Nilai utang pajak
6 Bunga Psal 19 (1) pembayaran/pelunasan tanggal
terlambat
KUP utang pajak pembayaran/Tang
dibayar/yang masih
gal penerbitan
harus dibayar
STP
KMK Bunga acuan
Keterlambatan Dihitung sejak
x Bulan sanksi x
STP pembayaran pajak jatuh tempo
Nilai Pajak
7 Bunga pasal 19(2) dalam hal WP pembayaran s.d.
terlambat
KUP dibolehkan tanggal
dibayar/jumlah yang
mengangsur/menunda pembayaran.
masih harus dibayar
Widya Ningrum_2306287203

Dihitung sejak
Kekurangan KMK Bunga Acuan
jatuh tempo
STP pembayaran pajak x Bulan Sanksi x
penyampaian SPT
8 Bunga Pasal 1993) akibat penundaan Nilai pajak kurang
Tahunan s.d.
KUP penyampaian SPT dibayar dalam SPT
tanggal
Tahunan Tahunan
pembayaran
Kekurangan
Dihitung sejak
pembayaran pajak KMK bunga acuan
Laporan Tersendiri tanggal jatuh
sebagai akibat x bulan sanksi x
Wajib Pajak tempo
9 pengungkapan nilai pajak kurang
Bunga Pasal 8(5) pembayaran s.d.
ketidakbenaran SPT dibayar/yang masih
KUP tanggal
(Proses pemeriksaan harus dibayar
pembayaran
belum terbit SKP)
Dalam SKPKB
Dihitung sejak
termuat:
saat terutang
1. Pajak
pajak atau
Kekurangan kurang/tidak
berakhirnya Masa
pembauaran pajak dibayar
SKPKB Pajak/Bagian
sebagai akibat 2. Sanksi bunga;
10 Bunga Pasal 13(2) Tahun
Pemeriksaaan pajak KMK Bunga
KUP Pajak/Tahun
sesuai pasal 13 ayat (1) acuan x bulan
Pajak s.d.
huruf a dan e UU KUP sanksi x nila
Tanggal
pajak
Penerbitan
tidak/kurang
SKPKB
dibayar
Dalam SKPKB
termuat:
1. Pajak
kurang/tidak
dibayar/yang
Dihitung sejak
Kekurangan harus
jatuh tempo
pembayaran pajak dikembalikan
SKPKB pembayaran
sebagai akibat 2. Sanksi bunga;
11 Bunga Psal 13(2a) kembali s.d.
Pemeriksaan Pajak KMK Bunga
KUP tanggal
sesuai pasal 13 ayat 2 acuan x bulan
penerbitan
huruf f UU KUP sanksi x nilai
SKPKB
pajak
tidak/kurang
dibayar/yang
harus
dikembalikan
Widya Ningrum_2306287203

Sanksi Denda KUP


Kondisi/Penyebab Sanksi Perhitungan Sanksi
No Sanksi Administrasi
Administrasi Administrasi
• Rp. 100.000; SPT Masal
selain PPN/PPnBM
• Rp. 500.000; SPT Masa
STP Keterlambatan penyampaian PPN/PPnBM
1
Denda Pasal 7 KUP SPT Masa/ Tahunan • Rp. 100.000; SPT
Tahunan OP
• Rp. 1.000.000; SPT
Tahunan Badan
1. PKP terlambat/tidak
membuat Faktur Pajak
STP 2. PKP tidak mengisi Faktur
2 1 % x DPP PPN
Denda pasal 14(4) KUP Pajak secara lengkap
kecuali PKP Pedagang
Eceran
• Sebelum UU HPP
50% x Kurang Bayar
(Nilai Pajak Kurang Bayar
Kurang bayar akibat
dalam SK Keberatan
STP pengajuan keberatan dengan
dikuerangi pajak dibayar
3 Denda Penagihan Pasal hasil SK
sebelum mengajukan
2599) KUP menolak/mengabulkan
keberatan)
sebagian/menambah
• Sesudah UU HPP
30% x Kurang Bayar
• Sebelum UU HPP
100% x Kurang Bayar
(Nilai Pajak Kurang Bayar
dalam SK Keberatan
Kurang bayar akibat
dikuerangi pajak dibayar
pengajuan banding dengan
STP sebelum mengajukan
hasil putusan
4 Denda Penagihan Pasal 27 keberatan)
menolak/mengabulkan
(5d) KUP
sebagian/menambah/tidak
• Sesudah UU HPP
dipertimbangkan
30% x Kurang Bayar
Peninjauan kembali akan
dikenakan sebesar 60%
Widya Ningrum_2306287203

Kekurangan pembayaran
Pernyataan Tertulis Wajib 100% x nilai pajak kurang
pajak sebagai akibat
5 Pajak dibayar/yang masih harus
pengungkapan
Denda Pasal 8(3) KUP dibayar
ketidakbeneran perbuatan

Sanksi Kenaikan KUP sebelum UU HPP


1. SKPKB (Kenaikan Pasal 13(3) KUP)
a. Kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pemeriksaan pajak sesuai pasal 13
ayat 1 huruf b, c, dan d UU KUP
b. Perhitungan sanksi 100% x Kurang Bayar (Untuk PPh Pot/Put atau PPh kurang
disetor dan PPN PPnBM
c. 50% x Kurang Bayar untuk PPh Tahunan OP/Badan (PPh pasal 29)
2. SKPKBT (Kenaikan pasal 15(2) KUP)
a. Kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pemeriksaan ulang akibat ditemukan
data baru yang belum pernah terungkap di pemeriksaan sebelumnya
b. 100% x Kurang Bayar (tidak dikenakan jika data baru berasal dari WP)
Sanksi Kenaikan KUP setelah UU HPP
Atas SKPKB Pasal 13 (3) KUP karena kewajiban yang tidak dipenuhi oleh WP sesuai pasal 13
ayat 2 huruf b, c dan d KUP:
- WP tidak menyampaikan SPT
- PPN tidak seharusnya dikompensasikan lebih bayarnya atau tidak seharusnya dikenai tarif
0%
- Tidak membuat pembukuan dan tidak melaksanakan kewajiban dalam pemeriksaan

Uraian KUP Lama UU HPP


PPh kurang Bayar Sanksi bunga perbulan
50%
Suku bunga acuan + uplift factor 20%
PPh kurang dipotong Sanksi bunga perbulan
100%
Suku bunga acuan + uplift factor 20%
PPh dipotong tetapi tidak
100% 75%
disetor
PPN dan PPnBM kurang
100% 75%
dibayar

Anda mungkin juga menyukai