Anda di halaman 1dari 9

REVIEW

PENGAUDITAN II

PENGUJIAN SUBSTANTIF PIUTANG DAGANG DAN PENJUALAN

DISUSUN OLEH:

IDA AYU PUTU AYUNDA APRILIA SUGIANTARI (1633122090)

KELAS F3

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2019

PENGUJIAN SUBSTANTIF PIUTANG DAGANG DAN PENJUALAN

A. Deskripsi Piutang Dagang dan Penjualan


1. Definisi Piutang Dagang
Secara umum piutang adalah hak atas uang, barang dan jasa kepada
orang lain. Harngren dan Harison (1997:42) mengemukakan: “Piutang adalah
suatu aktiva yang timbul karena perusahaan menjual barangnya atau
memberikan jasanya kepada para pelanggan dan menerima janji bahwa
pelanggan akan memberikan sejumlah uang kepada perusahaan pada suatu
waktu dimasa yang akan datang”.

Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau
jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu
siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya dibagi dalam dua kelompok,
yakni sebagai berikut.

a. Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan


barang atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha ini
umumnya merupakan jumlah yang material di neraca bila
dibandingkan dengan piutang nonusaha.
b. Piutang non usaha, timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa
kepada pihak luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang
penjuala saham, piutang klaim asuransi, piutangpengembalian pajak,
piutang dividen dan bunga.

Piutang dagang (piutang usaha) menunjukkan piutang yang timbul


dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan
dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga
dikelompokkan dalam aktiva lancar.

Contoh transaksi yang mempengaruhi piutang dagang (piutang usaha):

1) Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada customer. Jurnalnya


adalah:

Piutang Dagang xx
Pendapatan Penjualan xx

2) Transaksi retur penjualan. Jurnalnya adalah:

Retur Penjualan xx

Piutang Dagang xx

3) Transaksi Penerimaan Kas dari Debitur. Jurnalnya adalah:

Kas xx

Piutang Dagang xx

4) Transaksi Penghapusan Piutang. Jurnalnya adalah:

Cadangan Kerugian Piutang xx

Piutang Dagang xx

2. Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Piutang Dagang


(Piutang Usaha) di Neraca
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu
diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian
piutang dan pengujian neraca berikut ini.
a. Piutang dagang harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang
dagang disajikan di dalam neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan
taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
b. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang dagang,
harus dicantumkan penjelasannya di dalam neraca bahwa saldo piutang
dagang tersebut adalah jumlah bersih (neto).
c. Jika piutang dagang bersaldo material pada tanggal neraca, harus
disajikan rinciannya di dalam neraca.
d. Piutang dagang yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang
pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar).
e. Jika jumlahnya material, piutang non dagang harus disajikan terpisah
dari piutang dagang.

B. Tujuan Pengujian Subtantif terhadap Piutang Dagang dan Penjualan


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan piutang dagang dan penjualan.
2. Membuktikan keberadaan piutang dagang dan penjualan dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang di cantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang di catat dalam catata akuntansi
dan kelengkapan saldo piutang dagang dan penjualan yang disajikan dalam
neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang dagang dan penjualan yang
dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang dagang dan penjualan yang
dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengukngkapan piutang dagang dan
penjualan di neraca.

C. Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Dagang dan Penjualan

Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas


dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit
dilaksanakan dalamlima tahap berikut ini.

1. Prosedur Audit Awal


Auditor menempuh prosedur audit awal dengan melakukan rekonsiliasi
antara informasi piutang dagang yang dicantumkan di neraca dengan catatan
akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini penting untuk dilakukan agar
auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi piutang dagang yang
dicantumkan di neraca didukung oleh catatan akuntansi yang andal. Oleh
karena itu, auditor melakukan enam prosedur berikut ini.
a. Usut saldo piutang dagang yang tercantum di neraca ke saldo akun
piutang dagang yang bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun piutang dagang di dalam buku besar, dengan
cara menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan
menguranginnya dengan jumlah kreditan akun tersebut.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Piutang Dagang dan akun Cadangan Kerugian
Piutang Dagang. Dengan melakukan hal ini bisa mengetahui kecurangan
dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang mengurangi piutang
dagang (retur penjualan dan penghapusan piutang).
d. Usut saldo awal akun Piutang Dagang dan akun Cadangan Kerugian
Piutang ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat
menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan oleh
auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor dapat
mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam
menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.
e. Usut posting pendebitan aun Piutang Dagang ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang dagang dalam buku besar ke
buku pembantu piutang dagang.
2. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap piutang dagang,
pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini.
a. Tingkat perputaran piutang dagang = Pendapatan penjualan bersih +
Rata-rata piutang saldo
b. Ratio piutang dagang dengan aktiva lancar = Saldo piutang dagang +
Aktiva lancar
c. Rate of return on net sales = Laba bersih + Pendapatan penjualan
bersih
d. Ratio kerugian piutang dagang dengan pendapatan penjualan bersih =
Kerugian piutang dagang + Pendapatan penjualan
e. Ratio kerugian piutang dagang dengan piutang dagang yang
sesungguhnya tidak tertagih = Kerugian piutang dagang + Piutang
yang dagang sesungguhnya tidak tertagih

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan


harapan dapat membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau
transaksi yang tidak bisa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi
acak, atau salah saji.

3. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci


Keandalan saldo piutang dagang sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi
berikut ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang dagang.
a. Transaksi penjualan kredit
b. Transaksi retur penjualan
c. Transaksi penghapusan piutang dagang
d. Transaksi penerimaan kas dari piutang dagang

Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi
yang berkaitan dengan akun tersebut adalah:

a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun Piutang Dagang ke


dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
b. Periksa pendebitan akun Piutang ke dokumen pendukung: Faktur
Penjualan, Laporan Pengiriman Barang, dan Order Penjualan.
c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: Bukti Kas
Masuk, Memo Kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi.
e. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang dagang dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca.
f. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang dagang dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
neraca.
g. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi Penerimaan Kas.
4. Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci

Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci adalah untuk memverifikasi
hal-hal sebagai berikut.

a. Keberadaan atau keterjadian


b. Kelengkapan
c. Hak kepemilikan
d. Penilaian

Pengujian terhadap saldo akun rinci, dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Lakukan Konfirmasi Piutang


Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam mengirimkan
surat konfirmasi kepada debitur yaitu:
a) Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan
b) Pilih debitur yanng akan dikirimi surat konfirmasi
c) Kirimkan surat konfirmasi
2) Lakukan Evaluasi terhadap Kecukupan Cadangan Kerugian Piutang
Usaha yang Dibuat oleh Klien
Prosedur ini ditempuh oleh auditor untuk memverifikasi penilaian
piutang dagang yang dicantumkan di neraca.
a) Hitunglah kembali cadangan kerugian piutang dagang yang dibuat
oleh klien.
b) Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di
neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum
di neraca tahun sebelumnya.
c) Periksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah
kedaluwarsa.
5. Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan
a. Bandingkan penyajian piutang dagang dengan penyajian menurut prinsip
akuntansi berterima umum
b. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok aktiva lancar dan aktiva
tidak lancar
c. Periksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang dagang (piutang
usaha) dan kelompok non usaha.
d. Tentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk transaksi
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan,
piutang yang telah dianjakkan (factored account receivable) ke
perusahaan anjak piutang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyadi, 2008, Auditing, Edisi Keenam, Buku 2, Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai