Anda di halaman 1dari 12

Universitas Pamulang D3 Akuntansi

PERTEMUAN 11:
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENDAPATAN : PENGUJIAN
SUBSTANTIF TERHADAP SALDO PIUTANG USAHA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :
1.1 Memahami program pengujian substantif terhadap piutang usaha

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:

Memahami program pengujian substantif terhadap piutang usaha

Dalam bab ini, diuraikan perancangan pengujian substantif terhadap


piutang. Uraian diawali dengan deksripsi piutang, dan dilanjutkan dengan prinsip
akuntansi berterima umum dalam penyajian unsur piutang di neraca dan tujuan
pengujian substantive terhadap piutang. Bab ini diakhiri dengan pembahasan
mengenai perancangan pengujian substantif terhadap piutang.

DESKRIPSI PIUTANG
Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang, atau jasa
yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam s atu siklus
kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di neraca dalam dua kelompok
(1) piutang usaha dan (2) piutang nonusaha. Piutang usaha adalah piutang yang
timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa dalam kegiatan normal
perusahaan. Piutang usaha ini umumnya merupakan jumlah yang material di
neraca bila dibandingkan dengan piutang non usaha. Piutang non usaha timbul
dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti
misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim
asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan bunga.

Dalam siklus pendapatan seperti yang telah diuraikan pada bab


sebelumnya, transaksi yang mempengaruhi piutang usaha adalah :
1. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada customer, jurnal untuk
mencatat transaksi ini adalah :
Piutang usaha xx
Pendapatan penjualan xx
2. Transaksi retur penjualan. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :
Retur penjualan xx
Piutang usaha xx
3. Transaksi penerimaan kas dari debitur. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah :
Kas xx
Piutang usaha xx
4. Transaksi penghapusan piutang. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah :

Auditing II 25
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

Cadangan kerugian piutang xx


Piutang usaha xx

PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN PIUTANG


USAHA DI NERACA

Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu


diketahui lebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian
piutang dineraca berikut ini :
1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang
diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang
usaha disajikan dineraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran
kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha,
harus dicantumkan pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang
usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto).
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus
disajikan rinciannya di neraca.
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang)
pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari
piutang usaha.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA

Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:


1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan piutang usaha.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang di catat dalan catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam
neraca.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang
dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di
neraca.
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di
neraca.

PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA

Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu :


1. Prosedur audit awal

Auditing II 26
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

Auditor melakukan 6 (enam) prosedur audit berikut ini dalam


melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan dengan :
a. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo
akun piutang usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo piutang yang tercantum
di neraca didukung dengan catatan akuntansi yang andal
kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo piutang yang
dicantumkan dineraca di usut kea kun buku besar berikut ini :
Piutang usaha : yang merupakan akun yang digunakan untuk
menampung transaksi timbulnya piutang usaha dari transaksi
penjualan kredit, penerimaan kas dari debitur, dan penghapusan
piutang usaha.
Piutang nonusaha : yang terdiri akun-akun piutang kepada
karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi,
piutang pengembalian pajak, piutang deviden dan bunga dan lain-
lain. Akun piutang yang timbul bukan dari transaksi penjualan
barang dan jasa yang di hasilkan oleh perusahaan.
Cadangan kerugian piutang : yang merupakan akun penilai, untuk
mengurangi saldo piutang usaha bruto menjadi saldo piutang usaha
bersih yang diperkirakan dapat ditagih debitur.

b. Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar.


Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian penghitungan
saldo akun piutang usaha, auditor menghitung kembali saldo akun
piutang usaha dan piutang nonusaha, dengan cara menambah
saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginya dengan
jumlah pengkreditan akun tersebut.
c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan
sumber posting dalam akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang usaha.
Kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang
mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan
piutang) dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik
dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun piutang usaha
dan akun cadangan kerugian piutang usaha.
d. Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang ke kertas kerja tahun yang lalu.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut akun piutang usaha dan cadangan kerugian piutang, ia
perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua
akun tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, auditor melakukan
pengusutan saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja
tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi
yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun lalu, sehingga auditor

Auditing II 27
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien


dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha
ke dalam jurnal yang bersangkutan.
Pendebitan di dalam akun piutang usaha diusut ke jurnal penjualan
dan pengkreditan ke akun tersebut diusut ke jurnal penerimaan kas
dan jurnal umum. Pendebitan di dalam akun piutang nonusaha
diusut ke jurnal pengeluaran kas dan jurnal umum serta
pengkreditan ke akun tersebut diusut ke jurnal penerimaan kas dan
jurnal umum. Pengusutan ini dilakukan oleh auditor untuk
memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan
pengurangan piutang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang
bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku
besar ke buku pembantu piutang usaha.
Saldo akun control (controlling account) piutang usaha di dalam
buku besar tersebut kemudian dicocokan dengan jumlah saldo akun
pembantu (subsidiary account) piutang usaha untul memperoleh
keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan
dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya. Jika piutang
nonusaha jumlahnya material, biasanya klien menyelenggarakan
buku pembantu untuk itu. Jika demikian auditor menempuh
prosedur rekonsiliasi pula terhadap piutang nonusaha tersebut.

2. Prosedur analitik
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat
perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar, rate
of return on net sales, ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan
penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha
yang sesungguhnya tidak tertagih. Untuk itu, auditor perlu melakukan
prosedur analitik berikut :
a. Hitung ratio berikut ini
Ratio Formula
1) Tingkat perputaran piutang usaha Pendapatan penjualan bersih + Rerata
piutang usaha
2) Ratio piutang usaha Saldo Piutang usaha + Aktiva lancar
Dengan aktiva lancar
3) Rate of return on net sales Laba bersih + Pendapatan penjualan
bersih
4) Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha + pendapatan
dengan penjualan
Pendapatan penjualan bersih
5) Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha + piutang yang
dengan usaha sesungguhnya tidak tertagih
Piutang usaha yang sesungguhnya

Auditing II 28
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

tidak tertagih

Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan


harapan auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio industri atau ratio yang
dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:
1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa.
2) Perubahan akuntansi.
3) Perubahan usaha.
4) Fluktuasi acak.
5) Salah saji

b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang


didasarkan pada data masa lalu, data industr, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.

3. Pengujian terhadap transaksi rinci


a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang
usaha ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi
tersebut.
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu piutang
usaha. Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut
ini:
1) Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya
2) Sampel transaksi yang dicatat dalam akun debitur pilihan
b. Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen pendukung :
faktur penjualan, laporan pengiriman barang dan order
penjualan.
Auditor mengambil sampel transaksi yang di catat disebelah debit
akun debitur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini:
1) Mengambil dari arsip klien faktur penjualan beserta dokumen
pendukung nya: laporan pengiriman barang dan order penjualan.
2) Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung faktur
penjualan.
3) Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam faktur
penjualan dan dokumen pendukung nya.
4) Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun debitur
berdasarkan faktur penjualan.
5) Memastikan bahwa semua faktur penjualan yang di sampel telah
dicatat disebelah debit akun debitur.
c. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung :
bukti kas masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau
penghapusan piutang.

Auditing II 29
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat disebelah kredit


akun debitur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan
prosedur audit berikut ini:
1) Mengambil dari arsip klien bukti kas masuk dan memo kredit
beserta dokumen pendukung nya: surat pemberitahuan
(remittance advice) dan laporan penerimaan barang debitur yang
terjadi setelah tanggal neraca. Cara lain untuk membuktikan
keberadaan saldo piutang usaha pada tanggal neraca adalah
dengan membuktikan keterjadian transaksi penjualan. Keterjadian
transaksi penjualan kredit dibuktikan oleh auditor dengan
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen sumber dan dokumen
pendukung terjadinya transaksi penjualan kredit.
d. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penjualan dan
retur penjualan.
1) Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang di audit dan minggu pertama
setelah tanggal neraca.
2) Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha
dalam minggu terakhir tahun yang di audit dan minggu pertama
setelah tanggal neraca.
e. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi penerimaan
kas.
1) Lakukan observasi apakah semua kas yang diterima pada hari
terakhir tahun yang di audit telah dimasukan ke dalam kas
ditangan atau setoran dalam perjalanan dan penerimaan kas
dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai penerimaan
kas tahun yang di audit.
2) Lakukan review terhadap dokumentasi berikut ini: ringkasan
transaksi kas harian, copy bukti setor, rekening Koran bank.

4. Pengujian terhadap saldo akun rinci


a. Lakukan konfirmasi piutang
Ada tiga tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam
mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur:
1) Tentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan
dilaksanakan.
Terdapat dua metode konfirmasi piutang yang dapat
digunakan oleh auditor yaitu metode konfirmasi positif dan
konfirmasi negatif. Metode konfirmasi positif adalah metode
konfirmasi yang auditor meminta jawaban penegasan dari
debitur, baik dalam hal terdapat kesesuaian maupun
ketidaksesuaian antara saldo utang debitur menurut catatan
akuntansinya dengan saldo utang yang tercantum di dalam
surat konfirmasi tersebut. Sedangkan metode surat
konfirmasi negatif adalah metode konfirmasi yang auditor
meminta jawaban penegasan dari debitur hanya jika terdapat

Auditing II 30
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

ketidaksesuaian antara saldo utang debitur menurut catatan


akuntansinya dengan saldo utang yang tercantum didalam
surat konfirmasi tersebut. Metode konfirmasi positif
umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi seperti
saldo piutang klien kepada debitur secara individual
berjumlah besar, auditor mempunyai dugaan bahwa terdapat
banyak akun piutang usaha yang disengketakan antara klien
dengan debiturnya atau terdapat ketidaktelitian atau
kecurangan saldo piutang usaha. Dalam keadaan seperti itu,
dengan menggunakan metode konfimasi positif, auditor akan
informasi mengenai piutang klien kepada debiturnya. Metode
konfirmasi negative umumnya digunakan oleh auditor jika
pengendalian internal terhadap piutang usaha dinilai baik
oleh auditor, akun piutang klien berjumlah banyak dengan
saldo piutang usaha secara individual kecil, auditor
memperkirakan bahwa debitur yang menerima konfirmasi
tidak akan menaruh perhatian terhadap surat konfirmasi
yang diterimanya. Dalam praktik, penggunaan kombinasi
metode konfirmasi positif untuk piutang yang bersaldo besar
dan metode konfirmasi negatif untuk piutang yang bersaldo
kecil seringkali dilakukan oleh auditor.
2) Pilih debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi.
3) Kiriman surat konfirmasi.

Auditing II 31
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

b. Lakukan evaluasi terhadap kecukupan akun cadangan kerugian


piutang usaha yang dibentuk oleh klien.
Prosedur tersebut di tempuh oleh auditor untuk memverifikasi
penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Menurut
akuntansi berterima umum, piutang usaha di sajikan dalam neraca
pada nilai bersih yang dapat ditagih dari debitur pada tanggal
neraca. Oleh karena itu, verifikasi penilaian dimaksudkan untuk
menilai kewajaran jumlah penentuan cadangan kerugian piutang
usaha yang dibentuk oleh klien pada tanggal neraca
1) Lakukan footing dan cross footing daftar saldo piutang
dan cocokan jumlahnya dengan akun piutang usaha
dalam buku besar.
Cadangan kerugian piutang usaha umumnya ditentukan
berdasarkan pengalaman perusahaan dalam pengumpulan
piutang usaha dari debiturnya. Cadangan tersebut biasanya
dihitung berdasarkan presentase tertentu dari pendapatan
penjualan atau sebagai presentase tertentu dari saldo
piutang usaha pada tanggal neraca. Auditor biasanya
melakukan verifikasi penilaian piutang usaha dengan
pertama kali melakukan perhitungan kembali jumlah
cadangan kerugian piutang usaha, dengan menggunakan
prosedur yang sama dengan yang digunakan oleh klien.
Selanjutnya auditor biasanya juga menghitung ratio berikut
ini untuk beberapa tahun sebelumnya guna menilai
kewajaran jumlah cadangan kerugian piutang usaha.
a) Tingkat perputaran piutang usaha yang dihitung
dengan rumus pendapatan penjualan dibagi rerata
saldo piutang usaha.
b) Jumlah hari pengumpulan piutang usaha yang
dihitung dengan rumus 356 dibagi tingkat perputaran
piutang usaha.
Data mengenai trend kedua macam ratio tersebut akan
dapat memberikan gambaran kepada auditor mengenai
tertagihnya piutang usaha.
2) Lakukan pengujian penentuan umur piutang usaha yang
dibuat oleh klien.
Langkah pertama dalam memverifikasi kewajaran penilaian
piutang usaha adalah meminta dari klien daftar umur piutang
usaha per tanggal neraca. Terhadap daftar umur piutang
usaha tersebut auditor melakukan audit prosedur berikut ini:
a) Lakukan footing dan cross footing terhadap daftar
umur piutang usaha tersebut.

Auditing II 32
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

b) Bandingkan jumlah piutang usaha menurut daftar


umur piutang kea kun piutang usaha di dalam buku
besar.
c) Usut saldo piutang usaha kepada setiap debitur ke
dalam kartu piutang yang bersangkutan.
d) Periksa penentuan umur piutang kepada setiap
debitur dengan menggunakan informasi berikut ini:
periksa syarat penjualan yang berlaku, periksa
tanggal faktur yang belum dibayar oleh debitur sejak
tanggal faktur tersebut.
3) Bandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang
tercantum di neraca tahun yang di audit dengan cadangan
tersebut yang tercantum di neraca tahun sebelumnya.
4) Periksa catatan kredit untuk debitur yang utang nya telah
kadaluwarsa (lewat waktu).

5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan


Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Auditor membandingkan penyajian dan
pengungkapan piutang usaha yang disajikan klien dalam neraca dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
a. Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam
kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar
Piutang tipe tertentu tidak dapat dimasukan dalam kelompok aktiva
lancar, seperti piutang kepada manajer perusahaan, direksi dan
perusahaan afiliasi yang laporan keuangannya tidak dikondisikan.
Menurut prinsip akuntansi berterima umum, piutang tersebut harus
disajikan terpisah dari piutang usaha dan disajikan dalam kelompok
aktiva tidak lancar.
b. Memeriksa jawaban konfirmasi bank
Untuk mengetahui apakah piutang usaha yang dicantumkan
dineraca merupakan aktiva milik klien, auditor dapat menggunakan
informasi di dalam jawaban konfirmasi dari bank. Dari jawaban
konfirmasi bank ini auditor dapat mengetahui wesel tagih yang
didiskontokan ke bank dan piutang usaha yang dijaminkan dalam
penarikan kredit dari bank. Jawaban konfirmasi bank dapat pula
dipakai oleh auditor untuk menilai apakah pengungkapan terhadap
piutang yang dibuat oleh klien didalam laporan keuangannya telah
memadai. Pengungkapan mengenai piutang yang digadaikan
kepada bank sebagai jaminan utang klien merupakan hal penting
dalam penyajian piutang usaha di neraca. Begitu juga
pengungkapan mengenai adanya utang bersyarat yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih perlu dibuat oleh klien di dalam
neracanya.
c. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang
usaha dan piutang non usaha

Auditing II 33
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

Seperti tercantum dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang


non usaha harus disajikan di neraca terpisah dari piutang
usaha.Piutang non usaha yang merupakan piutang yang timbul dari
transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar,
seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjualan
saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak,
piutang deviden dan bunga harus disajikan terpisah dari piutang
usaha.
d. Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk
piutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang
yang digadaikan, anjak piutang.
Menurut prinsip akuntansi berterima umum, transkasi antar pihak
yang memiliki hubungan istimewa harus diungkapkan memadai
dalam neraca. Begitu pula piutang yang digadaikan dan yang
dianjakkan harus diungkapkan memadai dalam neraca.
e. Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang, sesudah
tanggal neraca untuk menentukan ketepatan pisah batas.
Surat representasi piutang dari klien digunakan oleh auditor untuk
menyadarkan klien bahwa tanggung jawab atas kewajaran informasi
yang disajikan di dalam laporan keuangan berada di tangan klien,
bukan ditangan auditor. Surat representasi piutang berisi
pernyataan klien mengenai piutang usaha yang disajikan di neraca.
Berikut adalah contoh surat representasi piutang yang dibuat oleh
klien.

Auditing II 34
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

RANGKUMAN
Pengujian substantif terhadap piutang usaha ditujukan untuk memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
piutang usaha, membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha yang dicantumkan di neraca,
membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan
kewajaran penilaian piutang usaha dan membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan piutang usaha di neraca.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan
akuntansi piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan cara
mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkandi neraca ke dalam akun
piutang usaha yang diselenggarakan didalam buku besar, membuktikan
ketelitian penghitungan saldo akun piutang usaha didalam buku besar, dan
membuktikan sumber pendebitan dan pengkreditan akun piutang usaha di dalam
buku besar ke dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur penjualan serta
jurnal umum.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio tingkat
perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lanvar, ratio
kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian

Auditing II 35
Universitas Pamulang D3 Akuntansi

piutang usaha dnegan piutang usaha yang sesungguhnya tidak tertagih.


Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4)
fluktuasi acak, (5) salah saji.
Dalam pengujian terhadap akun rinci, auditor melaksanakan prosedur audit
berikut ini: (1) memeriksa sampel transaksi piutang usaha ytang tercatat ke
dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha, (2) melakukan verifikasi
pisah batas cut off transaksi penjualan, retur penjualan dan tr ansaksi penerimaan
kas.
Dalam pengujian terhadap akun rinci, auditor menempuh prosedur audit
berikut ini: (1) melakukan konfirmasi piutang, (2) melakukan evaluasi terhadap
kecukupan akun cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk oleh klien.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di
neraca, auditor membandingkan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan
cara : (1) memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam kelompok
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar, (2) memeriksa jawaban konfirmasi bank, (3)
memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha dan piutang non
usaha, (4) memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk piutang
antarpihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang yang digadaikan, anjak
piutang, (5) memeriksa unsur representasi klien mengenai piutang.

C. LATIHAN/TUGAS
1. Berikan contoh kasus terkait pemeriksaan piutang usaha !
2. Untuk menguji kesesuaian penyajian piutang di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum, prosedur audit apakah yang ditempuh
oleh auditor? Jelaskan?
3. Buatlah contoh surat konfirmasi positif !

D. DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2014. Auditing Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Auditing II 36

Anda mungkin juga menyukai