Anda di halaman 1dari 30

Pemeriksaan Terhadap

Piutang
1. Elza Ryandhita A.D –
C1C017048
2. Asih Lestari –
C1C017049
Kelompok 3
3. Salwa Nadiya N –
C1C017053
4. Martinus Adi –
C1C017064
5. Farihatul Muti’ah – 2
Piutang
Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas
uang, barang, atau jasa yang dapat diterima
dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu
siklus kegiatan perusahaan.

Piutang Piutang
Usaha Nonusaha
3
▪ Piutang usaha harus disajikan dalam penyajian
piutang di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan
dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca.
▪ Jika perusahaan tidak membentuk cadangan Prinsip Akuntansi
kerugian piutang usaha, harus dicantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang Berterima Umum
usaha tersebut adalah jumlah bersih (neto). Dalam Penyajian
▪ Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal
neraca, harus di sajikan rinciannya di neraca.
Piutang Usaha Di
▪ Piutang usaha yang bersaldo kredit (terdapat di Neraca
dalam kartu piutang) pada tanggal neraca harus
disajikan dalam kelompok utang lancar.
▪ Jika jumlahnya material, piutang nonusaha harus
disajikan terpisah dari piutang usaha.
4
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan
catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
Tujuan piutang usaha.

Pengujian
Substantif 2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan

Terhadap keterjadian transaksi yang berkaitan dengan


piutang usaha yang dicantumkan di neraca

Piutang
Usaha
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang
dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca
5
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas
piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Tujuan
Pengujian
Substantif 5. Membuktikan kewajaran penilaian
Terhadap piutang usaha yang dicantumkan di neraca.

Piutang
Usaha
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan
pengungkapan piutang usaha di neraca.
6
Rerangka Tujuan Dan Prosedur Audit Untuk Pengujian
Substantif Terhadap Piutang Usaha
Hak Penyajian &
Keterjadian Kelengkapan Penilaian Kepemilikan Pengungkapan

Saldo Akun Piutang


Saldo Akun Piutang Usaha dan Cadangan
Usaha dan Cadangan Kerugian Piutang
Kerugian Piutang Usaha yang Disajikan
Usaha Sesungguhnya di Laporan Keuangan

Pengujian Pengujian
Verifikasi
Prosedur Prosedur Terhadap Saldo
Penyajian &
Audit Awal Audit Transaksi Terhadap
Transaksi Rinci Pengungkapan
Rinci 7
Metodologi untuk Merancang Pengujian Saldo Piutang
Usaha
1. Identifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
2. Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan menilai risiko inheren
atas piutang usaha.
3. Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
4. Merancang dan melakukan tes kontrol dan uji substantif transaksi
untuk siklus penjualan dan penagihan.
5. Merancang dan melakukan prosedur analitis untuk saldo piutang
usaha.
6. Uji desain rincian saldo piutang untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan keseimbangan.
8
Berbagai prosedur audit dilaksanakan
Program dalam lima tahap berikut ini:

Pengujian a. Prosedur audit awal


b. Prosedur analitik
Subtantif
c. Pengujian terhadap transaksi rinci
Terhadap d. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Piutang e. Verifikasi terhadap penyajian dan
Usaha pengungkapan

9
a. Prosedur Audit Awal

a. Usut saldo piutang yang tercantum di neraca


ke saldo akun piutang usaha yang bersangkutan
di dalam buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun piutang di dalam


buku besar.

c. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa


dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang usaha.

10
d. Usut saldo awal akun piutang usaha dan
akun cadangan kerugian piutang usaha ke
kertas kerja tahun yang lalu.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan


akun piutang ke dalam jurnal yang
bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi akun control piutang di


dalam buku besar ke buku pembantu piutang
yang bersangkutan.

11
Pola Prosedur Audit Awal 12
b. Prosedur Analitik

Dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor
melakukan perhitungan berbagai ratio kemudian dibandingkan dengan harapan
auditor.

Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan :

(1) peristiwa
(3) perubahan
atau transaksi (5) salah saji
usaha
yang tidak biasa

(2) perubahan (4) fluktuasi


akuntansi acak
13
1. Periksa sample transaksi yang tercatat dalam akun
piutang usaha ke dokumen yang mendukung
timbulnya transaksi tersebut.
2. Periksa pendebitan akun piutang ke dokumen
pendukung : faktur penjualan, laporan pengiriman
barang, dan order penjualan
c. Pengujian 3. Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen
pendukung : bukti kas masuk, memo kredit untuk
Terhadap retur penjualan atau penghapusan piutang.
4. Lakukan verifikasi pisah batas (cuttof) transaksi
Transaksi penjualan dan retur penjualan.
5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang
Rinci usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan
minggu pertama setelah tanggal neraca.
6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya
piutang usaha dalam minggu terakhir tahun yang
diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi
penerimaan kas. 14
d. PENGUJIAN TERHADAP SALDO AKUN RINCI

Pengujian ini fokus ke saldo


piutang usaha dan akun cadangan
kerugian piutang usaha. Tujuan
pengujian ini adalah untuk
memverifikasi keberadaan atau
keterjadian, kelengkapan, hak
kepemilikan, dan penilaian.

15
Dalam merancang pengujian ini, auditor harus memenuhi masing-masing
dari delapan tujuan audit, yaitu:
1. Detail tie-in : Piutang usaha dalam neraca saldo menurut umur (aged
trial balance) sesuai dengan jumlah yang ada pada master file , dan
total jumlahnya benar serta sesuai dengan yang ada pada buku besar.
2. Existence : Pencatatan di Piutang usaha benar benar ada.
3. Completeness : Semua piutang usaha yang ada telah dimasukkan
dalam pencatatan
4. Accuracy : Semua  Piutang usaha yang tercatat akurat
5. Classification : Piutang usaha diklasifikasikan dengan benar
6. Cutoff : Cutoff dalam piutang usaha benar
7. Realizable value : Piutang usaha diungkapkan dalam nilai realisasi
8. Rights : Klien mempunyai hak atas piutang usaha
16
Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengujian ini
diantaranya sebagai berikut :
1. Lakukan Konfirmasi Piutang
a. Menentukan metode, saat, dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan.
- metode konfirmasi positif
- metode konfirmasi negatif
b. Mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur
- Auditor meminta klien untuk mengirimkan surat konfirmasi kepada
debitur.
- Klien mengirim surat konfirmasi kepada debitur.
- Debitur mengirim langsung jawaban atas surat konfirmasi kepada
auditor.
• Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha.
• Periksa dokumen yang mendukung pencatatan penerimaan kas dari
debitur yang terjadi setelah tanggal neraca 17
c. Memeriksa jawaban konfirmasi bank.
d. Meminta surat representasi piutang dari klien.
2. Melakukan Evaluasi terhadap Kecukupan Cadangan Kerugian Piutang
Usaha yang Dibuat oleh Klien
a. Menghitung kembali cadangan kerugian piutang usaha yang dibuat
oleh klien.
b. Memeriksa penentuan umur piutang usaha yang dibuat oleh klien.
c. Membandingkan cadangan kerugian piutang usaha yang tercantum di
neraca tahun yang diaudit dengan cadangan tersebut yang tercantum
di neraca tahun sebelumnya.
d. Memeriksa catatan kredit untuk debitur yang utangnya telah
kadaluwarsa.

18
(1)
Auditor Klien
Auditor meminta klien
untuk mengirim surat
konfirmasi kepada
debitur
Klien mengirim surat
(3) (2)
konfirmasi kepada
debitur

Debitur
Debitur mengirim
langsung jawaban atas
-Prosedur Pegiriman Surat Konfirmasi
surat konfirmasi kepada
Piutang-
auditor

19
• Membandingkan penyajian piutang usaha dengan
penyajian menurut Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU)
• Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok e. Verifikasi
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar
• Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok
Terhadap
piutang usaha dan piutang nonusaha Penyajian dan
• Menentukan kecukupan pengungkapan dan Pengungkapan
akuntansi untuk transaksi antar pihak yang memiliki
hubungan istimewa, piutang yang digadaikan,
piutang yang telah dianjakkan (factored account
receivable) ke perusahaan anjak piutang

20
Kasus Audit Piutang PT.
Agus Suta Line di
Samarinda
• Latar Belakang Perusahaan


PT. Agus Suta Line merupakan perusahaan pelayaran
nasional dengan kantor pusat di Samarinda yang berdiri sejak
tahun 1988. Fokus utama perusahaan ini adalah untuk
melayani perusahaan-perusahaan migas nasional dan
internasional yang beroperasi di perairan Indonesia dan Asia
Tenggara pada umumnya. PT. Agus Suta Line memiliki &
mengoperasikan: Tongkang Kerja Akomodasi, Tongkang
Derek, Tongkang Flat Top, Tongkang Hopper, AHT, Kapal
Tug, LCT dan jenis kapal lainnya, dan juga halaman docking
untuk perbaikan kapal. PT. Agus Suta Line mempunyai 59
karyawan. Dengan lebih dari 25 tahun, kegiatan utama PT.
Agus Suta Line adalah mencarter kapal ke perusahaan Minyak
& Gas.

22
Neraca merupakan unsur laporan keuangan yang salah satu
komponennya, yaitu menyajikan aset di perusahaan. Salah satu aset lancar
yang terdapat pada PT. Agus Suta Line adalah piutang usaha. Adanya piutang
usaha dikarenakan PT. Agus Suta Line melakukan penjualan secara kredit.
Penjualan secara kredit akan menimbulkan piutang bagi perusahaan yang
nantinya akan dilanjutkan dengan proses penagihan piutang untuk menerima
kas.
Untuk memastikan tidak terdapatnya suatu penyimpangan maupun
ketidakwajaran dalam penyajian piutang usaha pada laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja maupun tidak disengaja oleh pihak-pihak yang
berwenang maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit) terhadap piutang
usaha yang dimiliki oleh PT. Agus Suta Line.

23
Tujuan

Pemeriksaan (audit) atas piutang terutama diarahkan untuk


menentukan keabsahan, kelengkapan dan untuk mengetahui
berapakah jumlah piutang yang dapat ditagih dan tidak dapat
ditagih untuk meramalkan kegiatan yang akan ditanggung pada
periode tersebut, serta dilakukan untuk keefektifan dan
keefisienan dalam pengendalian piutang usaha. Hasil audit harus
dapat menjawab pertanyaan “Apakah audit piutang usaha
menunjukkan saldo piutang usaha telah disajikan secara wajar
dalam laporan keuangan PT. Agus Suta Line per 31 Desember
2013 ? “

24
Hasil Pembahasan
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya kesalahan dalam
penjumlahan dan pencatatan saldo piutang pada buku besar dan buku
besar pembantu piutang usaha. Namun pada neraca ditemukan
ketidaksesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Pada neraca PT. Agus Suta Line tidak
menunjukkan adanya cadangan kerugian piutang. Pada neraca PT.Agus
Suta Line, piutang usaha dicatat tanpa menghitung taksiran kerugian
penurunan nilai piutang sehingga piutang usaha yang disajikan
merupakan jumlah bruto piutang.
Dari perhitungan untuk menentukan cadangan kerugian piutang dengan
metode analisis umur piutang yang dilakukan, hasil yang didapat yaitu
sebesar Rp 262.585.078, sehingga perlu dilakukan penyesuaian sebagai
berikut :
Kerugian Piutang Rp 262.585.078
Cadangan Kerugian Piutang Rp 262.585.078
25
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pembuatan kertas kerja pemeriksaan yang
terdiri dari Kertas Kerja Neraca (Working Balance Sheet), Kertas Kerja Laba Rugi
(Working Profit And Loss), Skedul Utama (Top Schedule) Piutang, Skedul
Pedukung (Supporting Schedule) Piutang Usaha, Daftar Konfirmasi, Ikhtisar Hasil
Konfirmasi Piutang Usaha. Pada Kertas Kerja Neraca (Working Balance Sheet)
saldo piutang usaha tidak mengalami perubahan, namun penyesuaian yang
terjadi yaitu terdapat Cadangan Kerugian. Piutang sebesar Rp262.585.078 di
sebelah kredit pada bagian Aktiva dan pada bagian Kewajiban & Ekuitas, Laba
Tahun Berjalan dikurangi sebesar Rp262.585.078, sedangkan pada Kertas Kerja
Laba Rugi (Working Profit And Loss) dapat dilihat adanya penyesuaian dengan
adanya Kerugian Piutang (Bad Debt Expense) sebesar Rp 262.585.078, sehingga
mengurangi laba bersih (Earnings after Tax) dari Rp 1.856.743.146 menjadi Rp
1.594.158.068. Pada skedul utama (top schedule) piutang, diperlukan adanya
penyesuaian karena adanya rekening Cadangan Kerugian Piutang sebesar
Rp262.585.078 yang mengurangi saldo Piutang perbuku dari Rp7.398.539.150
menjadi Rp7.135.954.072, sedangkan pada skedul pendukung (supporting
schedule) piutang usaha, tidak ditemukan adanya kesalahan pencatatan atau
kesalahan perhitungan, sehingga tidak diperlukan adanya penyesuaian.
26
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat


memberikan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan
sebelumnya yaitu bahwa audit piutang usaha menunjukkan saldo
piutang usaha yang tercantum dalam laporan keuangan PT. Agus
Suta Line per 31 Desember 2013 belum disajikan secara wajar
karena terdapat selisih antara saldo per buku dengan saldo per
audit, saldo per buku belum dikurangi dengan cadangan kerugian
piutang.

27
▪ Sebaiknya melakukan perhitungan cadangan
kerugian piutang kemudian dicantumkan
dalam laporan keuangan neraca sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntailitas Publik (SAK ETAP).
▪ Untuk piutang yang sudah jatuh tempo Rekomendasi
hendaknya segera dilakukan penagihan. Setiap
pelanggan yang terlambat membayar
sebaiknya dikirimi surat penagihan dan kalau
perlu dilakukan penagihan secara langsung.

28
▪ Diharapkan kepada perusahaan untuk melakukan
suatu usaha atau tindakan penagihan kembali
atas piutang usaha yang telah dihapuskan, karena
tidak menutup kemungkinan bahwa pelanggan
pada suatu saat dapat melunasi kewajibannya,
hal ini untuk menghindari kerugian yang semakin
besar yang akan dihadapi perusahaan apabila
jumlah piutang yang dihapuskan tersebut sangat Rekomendasi
material.
▪ Bagian pencatatan, bagian penagihan serta
bagian keuangan harus lebih dipertegas lagi
penjelasan tentang tanggung jawab mereka
untuk menghindari adanya kesengajaan dalam
memanipulasi pencatatan maupun
penyelewengan dan merangkap pekerjaan. 29
Any question?

Anda mungkin juga menyukai