Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dika Nur Rachmawati

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
NIM : C1C017075

Berikan Lapangan Kerja Kami

Kilas balik mengapa akhirnya saya memilih jurusan yang berhubungan


dengan ekonomi dan keuangan sampai sekarang masih tidak saya
duga.Awalnya,saya sama sekali tidak tertarik dengan dunia
ekonomi,perbankan,bisnis,dan hal yang berhubungan dengan itu.
Hingga suatu hari saya memahami kondisi ekonomi di lingkungan sekitar saya
dan membuat saya berpikir. Saya tinggal di kota industry yang mencanangkan
“bangga bangun desa”,tapi yang membuat saya berpikir keras adalah susahnya
mencari pekerjaan bagi orang yang berprofesi seperti ayah saya,seorang kuli
bangunan di kota industry yang notabene banyak proyek disini. Saya
mengamati apa yang sebenarnya terjadi,dan saya menemukan jawabannya
bahwa banyaknya tenaga kerja asing yang dipekerjakan walau untuk tugas yang
sepele seperti pasang batubata bangunan,gali tanah untuk jalur pipa,yang
sebenarnya bisa dilakukan warga sekitar seperti halnya ayah saya,tapi hak
pekerjaan itupun tidak bisa kami dapatkan.Mengapa hal itu bisa terjadi?
Kami orang kecil bisa menyalahkan siapa? Kontraktor proyek?Nanti mereka
akan berkata “ini sudah keputusan orang-orang pusat”,lalu apakah kami harus
menyalahkan pemerintah?Mungkinkah suara kami akan didengar,bahkan
sekedar gaungnya saja?
Kami bukan malas mencari pekerjaan,kami sudah berusaha mencarinya,tapi
rasanya susah mencari pekerjaan bahkan ditanah kami sendiri,hingga banyak
dari kepala keluarga disini yang memilih kerja serabutan apa saja walau
terkadang hasil sangat tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, semua itu
untuk sekedar “cari makan”,dan banyak juga yang memutuskan merantau
dengan modal “siapa tau nasib lebih baik” tapi,banyak juga yang kembali bukan
dengan harapan tapi dengan keputus-asa-an.

Seharusnya hal ini bisa diubah jika orang-orang yang punya otoritas
sekiranya sudi sedikit melihat keadaan kami. Rasanya persekongkolan lapangan
kerja begitu pelik. Nepotisme merebak dimana-mana,bahkan untuk proyek buat
gorong-gorong dan pelebaran jalan,Ya,yang dipekerjakan orang-orang yang
kenal sama “si mandor” saja.Apalah nasib pekerja kasar disini.Padahal kami
orang-orang yang taat bayar pajak,seharusnya kami juga dapat hak dari
pembukaan lapangan kerja baru oleh hasil pajak daerah,tapi nihil.
Nasib pekerja kasar dan buruh serabutan kurang diperhatikan,tidak seperti
sektor kesehatan dan pendidikan,yang tiap tahunnya ramai mendapat sorotan.
Mengapa begitu banyaknya pendapatan daerah maupun nasional yang terutama
berasal dari pajak tidak mampu menambah jumlah lapangan pekerjaan secara
signifikan?

Ke-tidak transparan-an alokasi dana pendapatan daerah yang


“katanya”digunakan untuk kepentingan rakyat adalah salah satunya.Rakyat
tidak begitu paham atau bahkan sengaja dibuat buta akan bagaimana alur
penggunaan penghasilan daerah. Inilah celah yang dimanfaatkan dengan sangat
baik oleh para “tikus” pemakan pajak. Saya tidak begitu menyalahkan
pemerintah,karna ini kembali pada urusan moral manusianya. Masih segar
dalam ingatan tentang sosok Gayus Tambunan bukan? Pegawai Dirjen Pajak
yang hanya PNS golongan IIIA dengan gaji 12,1 juta per bulan berdasar
keterangan dari Irjen Kemenkeu Hekinus Manao saat itu, ternyata didalam
rekening pribadinya terdapat uang milyaran rupiah.Jika dipikir menggunakan
logika,apakah mungkin dengan gajinya per bulan itu bisa menumpuk uang
milyaran dalam waktu singkat? Hal ini baru terbongkar dari 1orang,bagaimana
kalau 100orang korup?1000 orang korup?Berapa banyak dana kemaslahatan
rakyat yang terenggut? Bayangkan saja,uang milyaran yang seyogyanya
dipergunakan untuk perbaikan fasilitas umum,perluasan lapangan
kerja,pengembangan usaha kecil rakyat dan lain-lain,raib seketika.Miris.

Kasus yang terbaru adalah Mega Korupsi E-ktp.Judul yang menarik


bukan! E-ktp yang dicanangkan menjadi solusi yang lebih baik dalam hal
pendataan penduduk dan mencegah pemalsuan identitas rupanya menjadi
proyek empuk bagi manusia haus uang. Dari kasus ini,negara dirugikan hampir
2 triliyun rupiah. Alhasil,tertangkaplah Irman mantan Dirjen Kependudukan
dan Pencatatan Sipil yang saat itu sebagai pemegang kuasa penggunaan
anggran(KPA),posisi yang sangat strategis untuk menjalankan ritual wajib
“makan duit rakyat”. Tertangkapnya 1orang ini membuka tabir catatan panjang
orang-orang berkedudukan tinggi melakukan korupsi berjamaah yang kasusnya
masih diusut hingga saat ini.

Inilah contoh para manusia rakus yang tidak bermoral. Mereka


mengabaikan hak rakyat demi memuaskan rasa “haus uang” pada dirinya. Tapi
setidaknya pasti ada cara untuk memperkecil kemungkinan penyelewengan ini,
salah satunya dengan memperketat dan menambah pengawasan secara khusus
bagi penggunaan pendapatan Negara baik di tingkat pusat sampai daerah
melalui lembaga yang independen.

Atas dasar inilah,saya termotivasi memilih jurusan Akuntansi,dimana


saya bisa belajar seluk-beluk keuangan,perpajakan,dan lain-lain,dengan harapan
ilmu yang saya dapatkan nantinya bisa saya terapkan dan bermanfaat bukan
hanya bagi saya pribadi,namun juga untuk orang sekitar dan untuk mewujudkan
keinginan memperbaiki birokrasi ekonomi kemasyarakatan pada
khususnya.Saya sangat bersyukur Universitas Jenderal Soedirman memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengembangkan wawasan keilmuan saya di
bidang Akuntansi ,saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa setelah diberikan
kesempatan diantara ribuan orang yang juga menginginkannya,dengan sebaik
mungkin saya akan mengerahkan apa saja yang saya bisa dalam studi
saya.Berusaha meningkatkan kompetensi pribadi saya demi mencapai prestasi-
prestasi yang membanggakan dan semoga dimasa mendatang,setelah saya
menuntaskan studi saya disini nantinya saya juga berencana membuat suatu
program “Celengan Wong Cilik “dalam bahasa Indonesia berarti Tabungan
Rakyat Kecil,yaitu suatu program pengembangan iklim usaha mikro
rakyat/industry rumahan yang bergerak dibidang kerajinan tangan,pendaur-
ulang an limbah,dan jenis usaha yang cocok dengan ketrampilan warga
sekitar,mekanismenya dengan mengolah barang-barang bekas bernilai
ekonomis dalam hal ini saya akan bekerja sama dengan BSM(Bank Sampah
Mandiri)yang telah berhasil menarik minat masyarakat disini. Kemudian
mengolahnya menjadi barang-barang kerajinan berkualitas,mencarikan pasar
penjualannya karna kendalanya disini barang-barang kerajinan yang dibuat
menumpuk karna hanya dipajang di kios-kios kecil,keuntungan yang diperoleh
nantinya sesuai banyaknya barang kerajinan yang dapat dibuat masing-masing
orang,kemudian akan ditabung dan dapat diambil tidak hanya berupa
uang,namun bisa juga berupa sembako,kebutuhan rumahtangga,penunjang
sektor pertanian warga seperti benih dan pupuk tanaman,dan lain-lain yang
dalam hal ini saya akan bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa sekitar,dengan
demikian hasilnya bisa lebih efektif dan menguntungkan banyak pihak.

Akhir kata,saya berharap dimasa depan bisa membawa kebanggaan


Almamater dimanapun saya berada,dan dapat memberikan kontribusi nyata
saya dibidang keuangan dalam upaya mencegah merebaknya para ‘tikus
pemakan pajak’ dan manusia-manusia yang ‘haus uang rakyat’,serta dapat
mengembangkan usaha mikro rakyat dan membantu menciptakan seluas-
luasnya lapangan pekerjaan bagi rakyat kecil.

Anda mungkin juga menyukai