Anda di halaman 1dari 12

 Kode Etik Profesi Akuntan Publik (KEPAP) yang di tetapkan oleh IAPI 2018

b) Bagian A PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI, seksi 120, seksi 150, seksi 210.1-
210.10, seksi 280, seksi 290.1 – 290.10
KEPAP seksi 120 : Objektivitas

 120.1 Prinsip objektivitas menetapkan kewajiban bagi semua Akuntan Publik atau
CPA untuk tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
layak dari pihak-pihak lain, yang dapat mengurangi pertimbangan professional atau
bisnisnya.
 120.2 Setiap Akuntan Publik atau CPA mungkin dihadapkan pada situasi-situasi yang
dapat mengganggu objektivitasnya. Namun tidak mungkin mendefinisikan dan
memberikan rekomendasi untuk seluruh situasi yang dihadapi oleh para Akuntan
Publik atau CPA. Setiap Akuntan Publik atau CPA tidak boleh melakukan suatu
kegiatan professional atau pemberian jasa jika terjadi bias terhadap suatu keadaan
atau hubungan yang menyebabkan atau dapat memberi pengaruh yang berlebihan
terhadap pertimbangan professional mereka dalam kaitannya dengan jasa atau
kegiatan tersebut.

KEPAP seksi 150 : Perilaku Profesional

 150.1 Prinsip perilaku professional menetapkan kewajiban bagi setiap Akuntan


Publik atau CPA untuk mematuhi setiap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang diketahui atau seharusnya
diketahui oleh Akuntan Publik atau CPA tersebut akan mendiskreditkan profesi. Hal
ini termasuk tindakan-tindakan yang menurut pihak ketiga yang memiliki informasi
yang memadai dan rasional, setalah menimbang semua fakta dan keadaan tertentu
yang tersedia bagi Akuntan Publik atau CPA pada waktu itu, besar kemungkinan
dapat disimpulkan bahwa tindakan tersebut mengakibatkan pengaruh negatif
terhadap reputasi yang baik oleh profesi tersebut.
 150.2 Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dari pekerjaannya, setiap
Akuntan Publik atau CPA dilarang mencemarkan nama baik profesi. Setiap Akuntan
Publik atau CPA harus bersikap jujur dan dapat dipercaya, serta tidak :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimilki, atau pengalaman yang telah diperoleh;
atau
b) Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang
tidak didukung bukti terhadap hasil pekerjaan pihak lain.

KEPAP seksi 210 : Penunjukan Profesional

 210.1 sebelum menerima klien baru, setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik
melayani public harus menentukan apakah penerimaan klien tersebut dapat menimbulkan
berbagai ancaman kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi. Berbagai ancaman
potensial terhadap integritas atau perilaku professional, dapat terjadi dari berbagai
permasalahan yang dipertanyakan masyarakat terkait dengan suatu klien (pemilik,
manajemen atau aktivitasnya).
 210.2 berbagai permasalahan klien, jika diketahui, dapat mengancam kepatuhan terhadap
prinsip dasar etika profesi termasuk, misalnya keterlibatan klien dalam aktivitas-
aktivitasnya illegal (seperti pencucian uang), dan ketidakjujuran atau praktik-praktik
pelaporan keuangan yang diragukan.
 210.3 Setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public harus
mengevaluasi signifikansi setiap ancaman dan menerapkan berbagai pengamanan ketika
diperlukan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman tersebut sampai pada suatu
tingkat yang dapat diterima. Beberapa contoh pengamanan termasuk :
a) Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang klien tersebut,
pemilik,pengelola, dan semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
kegiatan bisnis; atau
b) Memastikan komitmen dari klien untuk meningkatkan praktik tata kelola atau
pengendalian internal.
 210.4 Jika tidak memungkinkan untuk mengurangi berbagai ancaman sampai pada suatu
tingkat yang dapat diterima. Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public
tersebut harus menolak untuk melanjutkan hubungan dengan klien.
 210.5 Setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public disarankan
secara periodic menelaah keputusan penerimaan untuk berbagai perikatan yang berulang.
 210.6 Prinsip dasar kompetensi professional dan sikap cermat kehati-hatian mewajibkan
setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani publik untuk memberikan
jasa-jasa professional hanya ketika Akuntan Publik atau CPA tersebut memiliki
kompetensi untuk melakukannya. Sebelum menerima suatu perikatan tertentu dari klien,
setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public harus menentukan
apakah perikatan tersebut dapat menimbulkan berbagai ancaman kepatuhan terhadap
prinsip dasar etika profesi, sebagai contoh suatu ancaman kepentingan pribadi terhadap
kompetensi professional dan sikap cermat kehati-hatian dapat terjadi berupa suatu tim
perikatan tidak memiliki, atau tidak dapat memperoleh, kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan perikatan dengan baik.
 210.7 Setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public harus
mengevaluasi signifikasi berbagai ancaman tersebut dan menerapkan pengamanan-
pengamanan, ketika diperlukan, untuk menghilangkan atau mengurangi pengamanan
ancaman tersebut sampai pada suatu tingkat yag dapat diterima. Contoh berbagai
pengamanan tersebut termasuk :
a) Memperoleh pemahaman yang memadai atas sifat dari bisnis klien, kompleksitas
operasi, tujuan dan berbagai persyaratan tertentu dari suatu perikatan, serta sifat
dan lingkup dari suatu pekerjaan yang dilakukan.
b) Memperoleh pengetahuan yang relevan atas industry atau hal pokok;
c) Memiliki atau mendapatkan pengalaman atas peraturan atau berbagai persyaratan
pelaporan yang relevan.
d) Menugaskan staf dalam jumlah yang memadai dengan berbagai kompetensi yang
sesuai kebutuhan.
e) Menggunakan tenaga ahli ketika diperlukan
f) Menyetujui suatu jangka waktu yang realistis untuk melaksanakan suatu perikatan
atau
g) Mematuhi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur pengendalian mutu yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa berbagai perikatan
tertentu diterima hanya jika tim perikatan mampu melaksanakan secara kompeten.
 210.8 ketika Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public bermaksudkan
untuk menggunakan saran atau pekerjaan seorang pakar sebagai rujukan tersebut
memadai. Faktor-faktor yang dipertimbangkan termasuk reputasi, keahlian, ketersediaan
sumber daya dan standar professional, serta standar etika yang diterapkan informasi
tersebut dapat diperoleh dari pengalaman sebelumnya dengan pakar tersebut atau dari
konsultasi dengan pihak lain.
 210.9 setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani publik yang diminta
untuk menggantikan Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public lainnya,
atau Akuntan Publik atau CPA yang sedang mempertimbangkan untuk melakukan
penawaran atas suatu perikatan yang saat ini dilakukan oleh Akuntan Publik atau CPA
yang berpraktik melayani public lainnya, harus menentukan apakah terdapat alasan-
alasan untuk tidak menerima perikatan tersebut, baik alasan professional maupun alasan
lainnya, seperti keadaan yang menimbulkan ancaman-ancaman kepatuhan terhadap
prinsip dasar etika profesi yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi sampai pada suatu
tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan berbagai pengamanan. Contoh, mungkin
terdapat ancaman pada prinsip kompetensi professional dan sikap cermat kehati-hatian
jika Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public menerima suatu perikatan
tersebut sebelum mengetahui semua fakta yang bersangkutan.
 210.10 Setiap Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public harus
mengevaluasi signifikansi setiap ancaman. Dalam melakukan evaluasi tersebut,
tergantung dari difat suatu perikatan Akuntan Publik atau CPA pengganti dapat
berkomunikasi langsung dengan Akuntan Publik atau CPA yang sedang memberikan jasa
untuk memperoleh fakta dan berbagai keadaan mengenai rencana penggantian tersebut,
sehingga Akuntan Publik atau CPA yang berpraktik melayani public sebagai Akuntan
Publik atau CPA pengganti dapat memutuskan apakah tepat menerima perikatan tersebut.
Sebagai contoh alasan penggantian penunjukan Akuntan Publik atau CPA yang
dikemukakan oleh calon klien tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencermikan fakta
yang sesungguhnya, yang mengkin mengindikasikan adanya perbedaan pendapat antara
calon klien dengan Akuntan Publik atau CPA yang sedang memberikan jasa sehingga hal
tersebut dapat mempengaruhi Akuntan Pubik atau CPA pengganti untuk membuat
keputusan apakah akan menerima penunjukan tersebut.
KEPAP seksi 280 : Objektivitas – Semua Jasa Profesional
 280.1 : Setiap Akuntan Publik atau CPA yang melakukan praktik dalam melayani
publik dapat menentukan dalam hal memberikan jasa profesional apapun apakah
terdapat berbagai ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip objektivitas sebagai
akibat adanya kepentingan atau hubungan dengan klien atau direktur, komisaris,
pejabat atau para karyawan klien.
 280.2 : Setiap Akuntan Publik memberikan jasa asurans kepada klien yang harus
independen seperti independensi dalam pemikiran (independence of mind) dan
independensi dalam penampilan (independence in appearance) untuk menyatakan
pendapat dan memberikan kesan agar tidak menyimpang dan bebas dari pengaruh
pihak lain.
 280.3 : Keberadaan ancaman terhadap prinsip objektivitas yang memberikan jasa
profesional yang bergantung pada keadaan dari pekerjaan yang dilakukan oleh
Akuntan Publik.
 280.4 : Setiap akuntan publik atau CPA yang melakukan praktik melayani publik
dapat mengevaluasi signifikansi dan menerapkan berbagai ancaman yang dapat
menghilangkan atau mengurangi sampai pada suatu tingkat yang dapat diterima.
Misal :
a) Mengundurkan diri dari tim perikatan
b) Menerapkan prosedur supervisi
c) Menghentikan hubungan keuangan atau hubungan bisnis yang
menimbulkan suatu ancaman
d) Membahas suatu permasalahan dengan tingkatan manajemen yang lebih
tinggi dalam kantor, atau
e) Membahas suatu permasalahan dengan pihak klien yang bertanggung
jawab atas tata kelola perusahaan

KEPAP seksi 290 : Independensi – Perikatan Audit dan Perikatan Reviu

 290.1 : Menjelaskan mengenai persyaratan-persyaratan independensi untuk


perikatan audit dan perikatan reviu, yang merupakan perikatan asurans pada jasa
bagi setiap Akuntan Publik yang memiliki simpulan atas laporan keuangan.
Perikatan tersebut mencakup perikatan audit dan perikatan reviu atas laporan
keuangan lengkap dan laporan keuangan tunggal.
 290.2 : Dalam berbagai keadaan yang berisi perikatan audit yang mencakup suatu
pembatasan atas penggunaan dan peredaran serta sepanjang kondisi tertentu yang
disyaratkan dapat terpenuhi.
 290.3 : Dalam hal ini menjelaskan :
a) “audit, “tim audit”, “perikatan audit”, “klien audit”, dan “laporan audit
yang mencakup reviu, tim reviu, perikatan reviu, klien reviu, dan laporan
reviu, dan
b) “Kantor” mencakup Kantor Akuntan Publik dan jaringan Kantor, kecuali
dinyatakan lain.
 290.4 : Kode Etik yang mewajibkan setiap Akuntan Publik dan personel dalam tim
audit, Kantor, dan jaringan Kantor harus independen terhadap klien audit karena
untuk kepentingan publik yang terdapat dalam perikatan audit.
 290.5 : memiliki tujuan untuk membantu Kantor, Akuntan Publik dan tim audit lain
lainnya dalam menerapkan pendekatan kerangka konseptual untuk mencapai dan
menjaga independensi.
 290.6 : Independensi meliputi :
a) Independensi dalam pemikiran yaitu sikap mental memungkinkan
pernyataan pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat
mengganggu pertimbangan profesional, yang memungkinkan seorang
individu untuk memiliki integritas dan bertindak secara objektif, serta
menerapkan skeptisisme profesional.
b) Independensi dalam penampilan yaitu penghindaran fakta dan keadaan
yang sangat signifikan sehingga pihak ketiga yang memiliki informasi
yang memadai dan rasional besar kemungkinan menyimpulkan dengan
mempertimbangkan semua fakta dan keadaan tertentu, bahwa integritas,
objektivitas, atau skeptisisme profesional dari Kantor, atau setiap personel
tim audit telah berkurang.
 290.7 : Setiap Akuntan Publik harus menerapkan pendekatan kerangka konseptual
dalam hal :
a) Mengidentifikasi ancaman terhadap independensi
b) Mengevaluasi signifikansi dari ancaman yang teridentifikasi, dan
c) Menerapkan pengamanan, ketika diperlukan, untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman sampai pada suatu tingkat yang dapat diterima.
 290.8 : Kode Etik memiliki kesulitan untuk menjelaskan pada setiap situasi yang
menimbulkan berbagai ancaman terhadap independensi dan juga dalam hal
menentukan tindakan yang tepat. Dengan ini, Kode Etik mengembangkan kerangka
konseptual yang mewajibkan setiap Kantor dan personel lain dalam tim audit untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
independensi. Dalam Kode Etik ini juga terdapat pendekatan kerangka konseptual
untuk membantu setiap Akuntan Publik dalam mematuhi persyaratan etika.
 290.9 : Pada paragraf 290.10 dan seterusnya menjelaskan tentang cara penerapan
pendekatan kerangka konseptual independensi yang tidak semua keadaan dan
hubungan yang menimbulkan atau dapat menimbulkan berbagai ancaman terhadap
independensi.
 290.10 : dalam menentukan apakah menerima atau melanjutkan suatu perikatan atau
menugaskan seseorang menjadi tim audit, kantor harus melakukan identifikasi dan
evaluasi berbagai ancaman terhadap independensi.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang di tetapkan oleh IAPI 2013
SA Seksi 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit

 Par. 01
Standar Audit (SA) meliputi tanggung jawab auditor dalam menyepakati syarat
perikatan audit dengan manajemen dan pihak yang bersangkutan yang bertanggung jawab
atas tata kelola entitas. SA 220 berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang berada
dalam pengendalian auditor.
 Par. 03
Tujuan auditor yaitu untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit, bila :
a) Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit dan
b) Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara
auditor, manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas.
 Par. 04
Dalam tujuan SA, terdapat makna sebagai berikut :
Prakondisi untuk suatu audit : penggunaan pada kerangka pelaporan keuangan
yang dapat diterima dan disetujui oleh manajemen dan, jika relevan pihak yang
bertanggung jawab terhadap tata kelola atas pelaksanaan audit.
 Par. 05
Tujuan SA terdapat manajemen dan jika relevan, ada pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola entitas.

 Par. 06
Untuk menentukan prakondisi suatu audit, auditor harus :
a) Apakah laporan yang disajikan telah benar dan disajikan sesuai dengan standar yang
berlaku
b) Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya dalam menyusun laporan keuangan, menetapkan
pengendalian internal, memberikan akses auditor dalam memperoleh informasi yang
relevan serta memberikan informasi tambahan bila auditor memerlukannya dan tidak
memberikan akses yang terbatas kedalam entitas yang di pandang perlu bagi auditor

SA Seksi 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

 Par. 01.
Standar Audit mengatur tanggung jawab auditor dalam pengendalian mutu atas
laporan keuangan dan juga mengatur tanggung jawab penelaah pengendalian mutu perikatan
jika relevan.
 Par. 02
Sistem, kebijakan dan prosedur pengendalian mutu adalah tanggung jawab KAP yang
berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa :
a) KAP dan personelnya mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
b) Laporan yang diterbitkan oleh KAP atau rekan perikatan telah sesuai dengan
kondisinya.
 Par. 03
Tim perikatan bertanggung jawab untuk menerapkan prosedur pengendalian mutu
terhadap perikatan audit dan memberi informasi relevan ke KAP untuk memungkinkan
berfungsinya sistem pengendalian mutu KAP yang berhubungan dengan independensi.
 Par. 04
Tim perikatan mempunyai hak untuk mengandalkan sistem pengendalian mutu KAP,
kecuali informasi yang disediakan oleh KAP atau pihak lain yang menunjukkan sebaliknya.
 Par. 05
SA 220 berlaku setelah tanggal 1 Januari 2013 (untuk Emiten) atau 1 Januari 2014
(untuk entitas selain Emiten) yang disarankan untuk entitas selain Emiten.
 Par. 06
Auditor mempunyai tujuan untuk mengimplementasikan prosedur pengendalian mutu
pada tingkat perikatan untuk memberikan keyakinan memadai bagi auditor, bila :
a) Audit telah dilakukan dengan mematuhi standar profesi serta ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, dan
b) Laporan auditor yang diterbitkan telah sesuai dengan kondisinya.
 Par. 07
a) Rekan perikatan : bertanggungjawab atas perikatan dan pelaksanaan laporan yang
diterbitkan atas nama KAP, yang ketika diisyaratkan memiliki wewenang yang
tepat dari organisasi profesi, atau badan pengatur.
b) Penelaahan atas pengendalian mutu perikatan : proses untuk menyediakan
evaluasi yang objektif saat atau belum tanggal laporan tentang pertimbangan yang
signifikan dan kesimpulan yang ditarik dalam merumuskan laporan oleh tim
perikatan.
c) Penelaah pengendalian mutu perikatan : dilakukan oleh personel lain diluar tim
perikatan yang berpengalaman dan memiliki wewenang untuk mengevaluasi
secara objektif pertimbangan signifikan yang dibuat tim perikatan dan kesimpulan
dalam merumuskan laporan auditor
d) Tim perikatan : rekan dan staf yang melaksanakan perikatan
e) KAP : entitas lain dari akuntan profesional
f) Inspeksi : prosedur untuk menyediakan bukti atas kepatuhan tim perikatan
terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP
g) Emiten : entitas yang saham atau hutangnya dicatat di pasar modal dibawah
regulasi pasar modal atau badan lain
h) Pemantauan : proses pertimbangan dan pengevaluasi terus menerus terhadap
sistem pengendalian mutu KAP termasuk inspeksi periodik
i) KAP Jejaring : KAP atau entitas yang menjadi bagian suatu jejaring.
j) Jejaring : merupakan suatu struktur yang lebih besar, yang ditujukan untuk kerja
sama, ditujukan untuk berbagi laba atau biaya, berbagi kepemilikan,
pengendalian, prosedur, kebijakan pengendalian mutu, strategi secara bersama-
sama.
k) Rekan : individu dengan wewenang yang mengikat KAP berkaitan dengan
pelaksanaan perikatan jasa profesional
l) Personel : rekan dan staf
m) Standar Profesi : SA dan ketentuan etika yang relevan
n) Ketentuan etika yang relevan : ketentuan etika yang harus dipatuhi tim perikatan
dan penelaah pengendalian mutu perikatan
o) Staf : staf profesional selain rekan, termasuk pakar yang dipekerjakan oleh KAP
p) Individu eksternal dengan kualifikasi yang sesuai : individu diluar KAP dengan
kompetensi dan kemampuan untuk bertindak.

SA Seksi 310 : Penunjukan Auditor Independen

 Par. 01
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut: “Pekerjaan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.”
 Par. 02
SA Seksi 210 [PSA No. 04] Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen dan SA
Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan Supervisi menjelaskan mengenai aspek supervisi
asisten. Sedangkan dalam SA Seksi 313 [PSA No. 02] Pengujian Substantif Sebelum
Tanggal Neraca menjelaskan mengenai aspek perencanaan pekerjaan lapangan dan saat
pelaksanaan prosedur audit.
 Par. 03
Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa
penunjukkan auditor independen yang lebih awal sebelum pada waktunya dapat memberikan
kesempatan dan manfaat kepada auditor maupun klien untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan lebih efisiensi.
 Par. 04
Walaupun penunjukan auditor lebih awal lebih baik dan dapat memberikan manfaat,
auditor independen dapat menerima perikatan pada saat mendekati ke tanggal neraca atau
setelah tanggal neraca.
SA Seksi 312 : RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN
AUDIT

 Par. 01
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia memberikan panduan
bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan. Risiko audit dan materialitas mempengaruhi
penerapan standar auditing yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan
lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
 Par. 02
Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan tentang tanggung
jawab dan fungsi auditor independen yang berbunyi sebagai berikut: “Karena sifat bukti audit
dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak,
bahwa salah saji material terdeteksi. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor
tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material.
 Par. 12
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit dan materialitas terkait dengan :
a) Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
b) Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
c) Dan juga dapat mempertimbangkan mengenai hal untuk memperoleh bukti audit
kompeten yang cukup dan sebagai dasar memadai untuk mengevaluasi laporan
keuangan.
 Par. 13
Auditor perlu merencanakan auditnya dengan baik, sehingga risiko audit yang dapat
ditentukan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif ini dapat dibatasi pada tingkat yang rendah
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
 Par. 16
Penaksiran risiko salah saji material yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan harus dilakukan dalam perencanaan. Pemahaman auditor tentang pengendalian
intern mungkin dapat meningkatkan atau menurunkan kepedulian auditor tentang risiko salah
saji material. Dalam mempertimbangkan risiko audit, auditor harus secara khusus menaksir
risiko salah saji material dalam laporan keuangan sebagai akibat dari kecurangan. Dan juga
auditor harus mempertimbangkan dampak penaksiran tersebut atas strategi audit menyeluruh
dan pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan.
 Par. 24
Auditor menyadari bahwa risiko audit dan pertimbangan materialitas audit
mempunyai hubungan terbalik, maka dari itu auditor harus melaksanakan langkah yang lebih
seperti :
a) Memilih prosedur audit yang lebih efektif
b) Melaksanakan prosedur audit lebih dekat ke tanggal neraca, atau
c) Memperluas prosedur audit tertentu
 Par. 25
Auditor merancang suatu prosedur yang dapat memberi keyakinan memadai
untuk dapat mendeteksi salah saji dalam menentukan sifat, saat dan lingkup prosedur
audit yang akan diterapkan terhadap saldo akun atau golongan transaksi. Auditor juga
menggunakan berbagai metode untuk merancang prosedur agar menemukan salah saji
yang tepat.
 Par. 26
Auditor memerlukan pertimbangan risiko audit pada akun, karena akan
membantunya dalam menentukan lingkup prosedur audit untuk saldo akun.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 7) tentang Pengungkapan Pihak-Pihak


Berelasi:
 Definisi par 09:
a) Pengaruh signifikan : kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan operasi dan
keuangan tetapi tidak mengendalikan
b) Pengendalian : kekuasaan untuk mengatur semua kebijakan terkait keuangan dan
operasional dari suatu entitas yang dapat memperoleh manfaat
c) Pengendalian bersama : persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian suatu
aktivitas ekonomi
d) Pihak Pihak berelasi : suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara
entitas pelapor dengan pihak-pihak yang berelasi, terlepas apakah ada harga yang
dibebankan

Anda mungkin juga menyukai