Anda di halaman 1dari 33

BAB V

Kelompok 9

Harun Widodo (2113015) Aditya Waldy Paliling (2113047)


Topik 1
Tax Planning
01. Pendahuluan 08. Restitusi PPN
02. Mekanisme Pengkreditan PPN 09. Membangun Sendiri Tidak dalam Kegitan Usaha
03. Faktur Pajak 10. PPN Atas Barang Gratis untuk Kepentingan Promosi
04. Saat Terutang PPN 11. Penjagaan Terhadap Cash Flow Perusahaan
05. Batas Waktu Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPN 12. Pengendalian Pajak Melalui Tax Review
06. Fasilitas di Bidang PPN 13. Tanggung Jawab Renteng
07. Sentralisasi Pengenaan PPN
Topik 2
Kajian Perpajakan dalam Penyerahan Barang di Luar
Daerah Pabean
01. Pendahuluan
02. Permasalahan dalam Perlakuan PPN
03. Kepastian Hukum dan Tax Management
Topik 1

Tax Planning
Pendahuluan
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam
daerah pabean. Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari Pengusaha Kena Pajak dikenai PPN.
Sesuai legal karakter dari PPN ini yang bersifat non kumulatif, maka dalam perlakuan pajak-PPN tidak
membolehkan terjadinya pajak berganda karena konsumen terakhirlah yang harus menanggung PPN
ini. Kalau Pajak Penjualan memang bisa terjadi pajak berganda karena pengenaannya bukan bersifat
“multi stage levy”. Beda halnya jika pembeli barang adalah pengusaha yang mengolahnya lebih lanjut
atau untuk dijual kembali, maka beban PPN yang dibayarkan dapat digeser kepada pembeli
berikutnya. PPN memiliki karakteristik sebagai pajak tidak langsung yang beban pajaknya bisa digeser ke
konsumen akhir.
Mekanisme Pengkreditan PPN
Pengenaan PPN berdasar Sistem Faktur, sehingga setiap penyerahan barang/jasa kena pajak yang
dilakukan Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak. Mekanisme penggeseran PPN dilakukan
melalui pemungutan kembali PPN dari pembeli berikutnya. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang
wajib dipungut oleh PKP, dan Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP.
Jika PK > PM : selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar
Jika PK < PM : selisihnya merupakan kelebihan bayar PPN (dikompensasi masa pajak berikutnya/restitusi)

MEKANISME PENGKREDITAN PPN (1)


Mekanisme Pengkreditan PPN
Secara umum mekanisme pengkreditan PPN diatur dalam Pasal 9 UU Nomor 42 Tahun 2009, yaitu :
o Pajak Masukan dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk masa pajak yang sama.
o Apabila terdapat Pajak Masukan namun belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada masa pajak
yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya
masa pajak yang bersangkutan, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan
pemeriksaan.
o Jika dalam suatu masa pajak belum terdapat Pajak Keluaran, maka Pajak Masukan tetap dapat
dikreditkan.

MEKANISME PENGKREDITAN PPN (2)


Faktur Pajak
o Faktur Pajak hanya boleh dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak.
o Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak atau karena
impor BKP yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
o PPN yang dipungut berfungsi sebagai Pajak Keluaran bagi penjual dan Pajak Masukan bagi pembeli.

Pengusaha Kena Pajak perlu memperhatikan tata cara pembuatan Faktur Pajak agar tidak dikenai
sanksi perpajakan. Keterlambatan atau kekeliruan pembuatan Faktur Pajak dapat dikenai sanksi 2% dari
DPP sesuai dengan Pasal 14 ayat 4 UU KUP.

FAKTUR PAJAK (1)


Faktur Pajak
Penundaan pembuatan Faktur Pajak :
o Dalam hal penjualan barang/jasa kena pajak yang pembayarannya belum diketahui, pembuatan
faktur pajark bisa ditunda hingga akhir bulan berikutnya setelah penyerahan barang/jasa kena pajak.
Semakin lambat pembuatan faktur pajak, semakin baik karena pengusaha kena pajak tidak perlu
menalangi pembayaran PPN.
o Penjual sebaiknya menentukan syarat pembayaran tidak melebihi 45 hari setelah penyerahan
barang/jasa kena pajak. Jika pembayaran baru diterima setelah melebihi 45 hari, maka pengusaha
kena pajak akan menalangi pembayaran PPN ke kas negara.

FAKTUR PAJAK (2)


Saat Terutang PPN
o Pemotongan PPN dan PPn BM menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi saat
penyerahan barang/jasa kena pajak meskipun pembayaran belum diterima/belum sepenuhnya
diterima (kredit) atau pada saat impor barang kena pajak.
o Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan barang/jasa kena pajak, atau dalam hal
pembayaran diterima sebelum dimulainya pemanfaatan barang/jasa kena pajak dari luar daerah
pabean, saat terutangnya pajak adalah saat pembayaran.

PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu masa pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan.

SAAT TERUTANG PPN (1)


CONTOH
PT ABx mengikat kontrak penjualan BKP dengan customernya PT DEx pada tanggal 20
Maret 2012, dengan nilai kontrak sebesar Rp500.000.000. Penyerahan barang dilakukan lima
hari setelah kontrak ditandatangani, dengan pembayaran tunai. Tingkat bunga umum di
pasar uang atau bank komersial adalah 12 % per tahun atau 1 % per bulan. Keputusan apa
yang harus dilakukan oleh PT ABx untuk menegosiasikan penyerahan barang ke PT DEx?

1. Penyerahan pada 25 Maret 2012 dengan konsekuensi Faktur Pajak harus terbit tanggal 25
Maret 2012 dan harus disetorkan ke kas negara pada tanggal 30 Maret 2012

ATAU

2. Penyerahan pada 1 April 2012 dengan keuntungan pembayaran Faktur Pajak dapat
ditunda hampir sebulan (dalam hal ini penyetoran ke kas negara dilakukan pada tanggal
29 April 2012).

SAAT TERUTANG PPN (2)


CONTOH
Jika menggunakan opsi yang kedua, maka perusahaan akan menghemat pajak sebesar :

Jadi, dengan menunda penyerahan barang selama beberapa hari saja, perusahaan bisa menghemat
pajak sebesar Rp500.000.

SAAT TERUTANG PPN (3)


Batas Waktu Penyetoran PPN dan
Penyerahan SPT Masa PPN
o PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu masa pajak, harus disetorkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan.
o SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

Jika tanggal jatuh tempo bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran/penyampaian SPT Masa PPN
dapat dilakukan di hari kerja berikutnya.
Fasilitas di Bidang PPN
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN adalah :
1. Fasilitas PPN tidak dipungut
2. Fasilitas PPN dibebaskan
3. Fasilitas PPN ditanggung pemerintah

FASILITAS DI BIDANG PPN (1)


Fasilitas di Bidang PPN
1. Fasilitas PPN Tidak Dipungut

Berlaku untuk :
a. Atas impor barang, pemasukan BKP, pengiriman hasil produksi, pengeluaran barang, dsb
b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, penyerahan BKP/JKP, dsb

FASILITAS DI BIDANG PPN (2)


Fasilitas di Bidang PPN
2. Fasilitas PPN Dibebaskan
a. Penyerahan BKP Tertentu : Rumah sederhana, senjata, vaksin polio, kitab suci, kapal laut, pesawat
terbang, kereta api, dsb.
b. Penyerahan JKP Tertentu : Jasa persewaan, jasa perawatan, jasa kontraktor, dsb.
c. Impor dan atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis : Barang modal, makan ternak, bibit,
air bersih, listrik, dsb.
d. Pemberian Restitusi atau Pembebasan Bagi Perwakilan Diplomatik Negara Asing atau Badan
Insternasional serta Pejabat atau Tenaga Ahlinya.
e. Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran
Barang ke dan dari serta Berada di Kawasan yang Telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas.
f. Perlakuan Pajak Atas Penyerahan/Perolehan/Pemanfaatan JKP/BKP Tidak Berwujud di Dalam
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas

FASILITAS DI BIDANG PPN (3)


Fasilitas di Bidang PPN
3. Fasilitas PPN Ditanggung Pemerintah

Pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai oleh hibah atau dana pinjaman dari luar negeri.

FASILITAS DI BIDANG PPN (4)


Sentralisasi Pengenaan PPN
Penyerahan barang kena pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya, dan penyerahan barang kena
pajak antarcabang, termasuk dalam pengertian penyerahan barang kena pajak.

Pengecualian untuk wajib pajak dengan kriteria tertentu yang memiliki lebih dari satu tempat untuk
melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak, yaitu dapat mengajukan permohonan
pemusatan/sentralisasi tempat PPN Terutang kepada kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat
guna mempermudah administrasi perpajakan.
Restitusi PPN
Dengan pertimbangan untuk membantu likuiditas perusahaan, Wajib Pajak tertentu yang merniliki risiko
rendah dapat diberikan restitusi dengan pengembalian pendahuluan tanpa melalui pemeriksaan
terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan kemudian bila diperlukan, sanksi yang dikenakan lebih
rendah dari UU KUP, yaitu 2%/bulan, kecuali terdapat indikasi tindak pidana perpajakan, maka sanksi
yang berlaku sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam UU KUP.
Kriteria umum bagi manajemen untuk menentukan pengajuan permohonan restitusi :
o Bila nilai PPN lebih bayar tersebut cukup signifikan/material jumlahnya
o Bila kondisi keuangan perusahaan mengalami gangguan cash flow
o Bila sudah diyakini kesiapan perusahaan untuk diperiksa oleh fiskus
o Bila prediksi masa depan pembayaran PPN menunjukkan lebih bayar
Membangun Sendiri Tidak Dalam
Kegiatan Usaha
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh orang pribadi atau badan dikenai
PPN, dengan kondisi :
o Luas bangunan 200m atau lebih
o Bangunan permanen
o Tarif 10% x 40% x Biaya Bangunan (tanpa harga tanah)
o Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembanguan dimulai
PPN Atas Barang Gratis untuk
Kepentingan Promosi

PPN ATAS BARANG GRATIS UNTUK KEPENTINGAN PROMOSI (1)


CONTOH
PT ABC bergerak dibidang penerbitan surat kabar. Dalam rangka penetrasi pasar,
perusahaan memberikan surat kabar secara gratis. Dalam UU PPh, pemberian ini termasuk
dalam natura dan tidak bisa dibiayakan. Namun hal ini termasuk ke dalam transaksi
penyerahan barang sehingga menjadi objek PPN. Penjualan PT ABC selama Oktober 2008 :

Bila dalam bulan tersebut terdapat pemberian cuma-cuma sebanyak 200 eksemplar, maka
akan dikenakan PPN 10% dari harga pokoknya (misalkan harga pokoknya @Rp2.500).
Tambahan beban PPN atas pemberian cuma-cuma :
10% x 200 Eksemplar x Rp2.500 = Rp50.000.
Bila cara I ini yang ditempuh, maka dalam bulan Oktober 2008 tersebut PT ABC harus menyetorkan
pembayaran PPN ke Kas Negara Sebesar Rp850.000.

PPN ATAS BARANG GRATIS UNTUK KEPENTINGAN PROMOSI (2)


CONTOH
Tax Planningnya :
Bila PT ABC mau menghemat pajak atas pemberian cuma-cuma tersebut, maka dapat
dilakukan dengan cara mengubah invoicing atau pemakturan dalam faktur pajaknya :

Keuntungan Cara II :
o Bagi PT ABC, tidak perlu membayar PPN tambahan sebesar Rp50.000 atas pemberian cuma-cuma itu.
Cara ini menghemat cash flow perusahaan karena mengurangi PPN terutang yang harus dibayar
pada bulan berikutnya.
o Bagi pembeli atau distributor, tidak ada dampaknya terhadap harga yang harus dibayar karena
dengan pembayaran yang sama (Rp.8.800.000) mereka memperoleh jumlah eksemplar yang sama
(2.200 eksemplar).

PPN ATAS BARANG GRATIS UNTUK KEPENTINGAN PROMOSI (3)


Penjagaan Terhadap Cash Flow
Perusahaan
Cara yang aman dalam perencanaan pajak :
o Menyegerakan pengajuan Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) pada perusahaan baru.
o Memilih mendirikan perusahaan di lokasi yang mendapat fasilitas perpajakan PPN.
o Mengusahakan membeli bahan baku pada saat akan menjalankan proses produksi (just in time).
o Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi perusahaan yang mempunyai kantor cabang.
o Penanganan Faktur Pajak dengan baik.
Pengendalian Pajak Melalui
Tax Review
1. Tujuan Tax Review PPN
o Untuk mengetahui sejauh mana unit bisnis melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan PPNnya,
sesuai dengan peraturan perpajakan.
o Meminimalisasi terjadinya transaksi berkaitan dengan PPN yang dapat menimbulkan risiko
permasalahan perpajakan.
o Meminimalisasikan sanksi perpajakan PPN yang diakibatkan kesalahan pencatatan yang dilakukan
oleh unit bisnis dan memperbaikinya.
o Agar unit bisnis tidak melakukan kesalahan yang sama pada waktu yang akan datang.
o Mempersiapkan unit bisnis dalam menghadapi pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak fiskus.

PENGENDALIAN PAJAK MELALUI TAX REVIEW (1)


Pengendalian Pajak Melalui
Tax Review
2. Prosedur Tax Review PPN
o Melakukan kegiatan monitoring berupa penelitian data yang telah dikirirnkan oleh unit bisnis, yaitu SPT
Masa PPN dan SPT Tahunan Badan, Buku Besar, Laporan Keuangan, dsb.
o Meminta bukti atau dokumen pendukung untuk di cross cek terhadap objek PPN seperti Invoice
Penjualan, Faktur Pajak Masukan, Faktur Pajak Keluaran, dsb.
o Merekonsiliasikan data objek pajak berupa pendapatan di buku besar dengan SPT Masa PPN.

PENGENDALIAN PAJAK MELALUI TAX REVIEW (2)


Tanggung Jawab Renteng
Pada awalnya ketentuan ini diatur dalam Pasal 33 UU KUP No.16 tahun 2000, kemudian ketentuan ini
dihapus dalam UU KUP No. 28 tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi melalui penambahan Pasal 16F
kedalam UU PPN No. 42 tahun 2009, yakni :
“Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayar”
Dalam melakukan tax review, perlu diperhatikan :
o Jangan ada satu pun faktur penjualan yang diterbitkan perusahaan tanpa disertai faktur pajak.
o Setiap transaksi penjualan harus ada kontrak dan atau purchase order untuk menghindari dispute
tentang syarat penjualan dikemudian hari.
Topik 2

Kajian Perpajakan dalam Penyerahan


Barang di Luar Daerah Pabean
Pendahuluan
Prinsip Destinasi dalam pemungutan PPN mencerminkan keselarasan atau harmonisasi sistem pemajakan
suatu negara yang ditentukan oleh tiadanya hambatan memajaki impor dan mengkreditkan beban
pajak sebelum ekspor terhadap pajak dengan tarif PPN 0% atas ekspor. Prinsip destinasi ini yang
menurunkan syarat-syarat penyerahan barang yang dilakukan di luar daerah pabean sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4a UU PPN Tahun 1993/1994/2000.

Keuntungan sistem PPN :


o Netral dalam persaingan dalam negeri
o Netral dalam perdagangan internasional
o Netral bagi pola konsumsi
Permasalahan Dalam
Perlakuan PPN
o Secara umum proses penjualan atau penyerahan barang dari pabrikan hingga barang tersebut
diterima oleh konsumen akhir dilakukan melalui mata rantai jalur produksi atau jalur distribusi : pabrikan
– agen – distributor(trader) – retailer – konsumen. Sesuai dengan konsepnya, maka setiap mata rantai
distribusi tersebut dikenai tarif PPN 10%.
o Sifat multi stages dan indirect substraction method adalah untuk mempermudah pengawasan dalam
sistem pemungutan PPN karena transaksi dari seorang subjek pajak yang mungkin lolos dari
pemajakan, masih mungkin dipajaki melalui pemajakan atas transaksi dari subjek pajak lain pada
mata rantai produksi atau distribusi berikutnya.
o Kompleksitas dalam proses penyerahan barang yang menyangkut saat dan tempat penyerahan ini,
dalam praktiknya banyak terjadi, dan implementasi terhadap regulasi perpajakan memerlukan
perangkat hukum yang lebih pasti untuk menjamin netralitas dari sistem perpajakan yang dianut.
Kepastian Hukum dan
Tax Management
o Perangkat hukum dengan hierarki legal yang kuat dibuat sejelas-jelasnya agar tidak menimbulkan
misinterpretasi bagi wajib pajak dan antar fiskus yang bisa menimbulkan kerugian materil bagi Wajib
Pajak itu sendiri.

o Wajib pajak perlu secara dini membuat tax planning sedemikian rupa untuk menghindari beban pajak
yang tidak perlu, baik karena PPN yang menjadi tanggungan sendiri maupun karena restitusi PPN-nya
tidak diterima oleh fiskus, yang ujung-ujungnya akan menggerus profit perusahaan.

o Potensi bagi subjek pajak untuk "bisa lolos“ dari pengenaan PPN dimungkinkan bilamana barang yang
diserahkan merupakan barang “hand carry" yang ukurannya kecil (tapi mungkin harganya mahal),
yang bisa lolos dari pelacakan custom clearance di bea cukai.
Pertanyaan :
o Nama (21130) :

o Nama (21130) :

o Nama (21130) :

o Nama (21130) :

o Nama (21130) :
Thank You !

THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai