Kelompok 9
Tax Planning
Pendahuluan
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang/jasa kena pajak di dalam
daerah pabean. Setiap pembelian dan penjualan barang/jasa dari Pengusaha Kena Pajak dikenai PPN.
Sesuai legal karakter dari PPN ini yang bersifat non kumulatif, maka dalam perlakuan pajak-PPN tidak
membolehkan terjadinya pajak berganda karena konsumen terakhirlah yang harus menanggung PPN
ini. Kalau Pajak Penjualan memang bisa terjadi pajak berganda karena pengenaannya bukan bersifat
“multi stage levy”. Beda halnya jika pembeli barang adalah pengusaha yang mengolahnya lebih lanjut
atau untuk dijual kembali, maka beban PPN yang dibayarkan dapat digeser kepada pembeli
berikutnya. PPN memiliki karakteristik sebagai pajak tidak langsung yang beban pajaknya bisa digeser ke
konsumen akhir.
Mekanisme Pengkreditan PPN
Pengenaan PPN berdasar Sistem Faktur, sehingga setiap penyerahan barang/jasa kena pajak yang
dilakukan Pengusaha Kena Pajak harus dibuatkan Faktur Pajak. Mekanisme penggeseran PPN dilakukan
melalui pemungutan kembali PPN dari pembeli berikutnya. Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang
wajib dipungut oleh PKP, dan Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP.
Jika PK > PM : selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar
Jika PK < PM : selisihnya merupakan kelebihan bayar PPN (dikompensasi masa pajak berikutnya/restitusi)
Pengusaha Kena Pajak perlu memperhatikan tata cara pembuatan Faktur Pajak agar tidak dikenai
sanksi perpajakan. Keterlambatan atau kekeliruan pembuatan Faktur Pajak dapat dikenai sanksi 2% dari
DPP sesuai dengan Pasal 14 ayat 4 UU KUP.
PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu masa pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan.
1. Penyerahan pada 25 Maret 2012 dengan konsekuensi Faktur Pajak harus terbit tanggal 25
Maret 2012 dan harus disetorkan ke kas negara pada tanggal 30 Maret 2012
ATAU
2. Penyerahan pada 1 April 2012 dengan keuntungan pembayaran Faktur Pajak dapat
ditunda hampir sebulan (dalam hal ini penyetoran ke kas negara dilakukan pada tanggal
29 April 2012).
Jadi, dengan menunda penyerahan barang selama beberapa hari saja, perusahaan bisa menghemat
pajak sebesar Rp500.000.
Jika tanggal jatuh tempo bertepatan dengan hari libur, maka penyetoran/penyampaian SPT Masa PPN
dapat dilakukan di hari kerja berikutnya.
Fasilitas di Bidang PPN
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN adalah :
1. Fasilitas PPN tidak dipungut
2. Fasilitas PPN dibebaskan
3. Fasilitas PPN ditanggung pemerintah
Berlaku untuk :
a. Atas impor barang, pemasukan BKP, pengiriman hasil produksi, pengeluaran barang, dsb
b. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean, penyerahan BKP/JKP, dsb
Pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai oleh hibah atau dana pinjaman dari luar negeri.
Pengecualian untuk wajib pajak dengan kriteria tertentu yang memiliki lebih dari satu tempat untuk
melakukan penyerahan barang/jasa kena pajak, yaitu dapat mengajukan permohonan
pemusatan/sentralisasi tempat PPN Terutang kepada kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak setempat
guna mempermudah administrasi perpajakan.
Restitusi PPN
Dengan pertimbangan untuk membantu likuiditas perusahaan, Wajib Pajak tertentu yang merniliki risiko
rendah dapat diberikan restitusi dengan pengembalian pendahuluan tanpa melalui pemeriksaan
terlebih dahulu. Pemeriksaan dapat dilakukan kemudian bila diperlukan, sanksi yang dikenakan lebih
rendah dari UU KUP, yaitu 2%/bulan, kecuali terdapat indikasi tindak pidana perpajakan, maka sanksi
yang berlaku sesuai ketentuan sebagaimana diatur dalam UU KUP.
Kriteria umum bagi manajemen untuk menentukan pengajuan permohonan restitusi :
o Bila nilai PPN lebih bayar tersebut cukup signifikan/material jumlahnya
o Bila kondisi keuangan perusahaan mengalami gangguan cash flow
o Bila sudah diyakini kesiapan perusahaan untuk diperiksa oleh fiskus
o Bila prediksi masa depan pembayaran PPN menunjukkan lebih bayar
Membangun Sendiri Tidak Dalam
Kegiatan Usaha
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau tempat usaha oleh orang pribadi atau badan dikenai
PPN, dengan kondisi :
o Luas bangunan 200m atau lebih
o Bangunan permanen
o Tarif 10% x 40% x Biaya Bangunan (tanpa harga tanah)
o Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan berikutnya sejak pembanguan dimulai
PPN Atas Barang Gratis untuk
Kepentingan Promosi
Bila dalam bulan tersebut terdapat pemberian cuma-cuma sebanyak 200 eksemplar, maka
akan dikenakan PPN 10% dari harga pokoknya (misalkan harga pokoknya @Rp2.500).
Tambahan beban PPN atas pemberian cuma-cuma :
10% x 200 Eksemplar x Rp2.500 = Rp50.000.
Bila cara I ini yang ditempuh, maka dalam bulan Oktober 2008 tersebut PT ABC harus menyetorkan
pembayaran PPN ke Kas Negara Sebesar Rp850.000.
Keuntungan Cara II :
o Bagi PT ABC, tidak perlu membayar PPN tambahan sebesar Rp50.000 atas pemberian cuma-cuma itu.
Cara ini menghemat cash flow perusahaan karena mengurangi PPN terutang yang harus dibayar
pada bulan berikutnya.
o Bagi pembeli atau distributor, tidak ada dampaknya terhadap harga yang harus dibayar karena
dengan pembayaran yang sama (Rp.8.800.000) mereka memperoleh jumlah eksemplar yang sama
(2.200 eksemplar).
o Wajib pajak perlu secara dini membuat tax planning sedemikian rupa untuk menghindari beban pajak
yang tidak perlu, baik karena PPN yang menjadi tanggungan sendiri maupun karena restitusi PPN-nya
tidak diterima oleh fiskus, yang ujung-ujungnya akan menggerus profit perusahaan.
o Potensi bagi subjek pajak untuk "bisa lolos“ dari pengenaan PPN dimungkinkan bilamana barang yang
diserahkan merupakan barang “hand carry" yang ukurannya kecil (tapi mungkin harganya mahal),
yang bisa lolos dari pelacakan custom clearance di bea cukai.
Pertanyaan :
o Nama (21130) :
o Nama (21130) :
o Nama (21130) :
o Nama (21130) :
o Nama (21130) :
Thank You !
THANK YOU !