Anda di halaman 1dari 5

TUGAS III

HUKUM PAJAK DAN ACARA PERPAJAKAN

Nama : Della Yosi Riski Putri


NIM : 041136341
Jurusan/Semester : Ilmu Hukum/ 3 (Tiga)

1. Jelaskan yang dimaksud dengan PPN!


Jawab :
Pajak Pertambahan Nilai adalah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak
atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean atau (wilayah Indonesia). Pada dasarnya setiap
barang dan jasa adalah barang kena pajak atau jasa kena pajak kecuali ditentukan oleh undang-
undang PPN. PPN sendiri dikenakan untuk semua wajib pajak baik orang pribadi, perusahaan
atau pemerintah. Dalam PPN pihak yang menanggung pajak adalah konsumen akhir.

Dengan kata lain, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung, yaitu orang
atau badan (sebagai Pengusaha Kena Pajak) harus menanggung kewajiban memungut pajak.
Dengan demikian, dalam PPN, sebenarnya yang membayar dan memikul pajak adalah
konsumen/pembeli, tetapi yang bertanggung jawab terhadap pajak adalah Pengusaha Kena Pajak
sebagai destinataris. Tarif PPN ini adalah sebesar 10%.

2. Jelaskan Objek PPN! Berikan minimal 1 contoh rill objek kena PPN!
Jawab :
Objek PPN adalah penyerahan barang dan/atau jasa yang dikenakan PPN disebut dengan
Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP). Karena objek pajaknya adalah penyerahan
maka atas barang/jasa yang dipakai sendiri dan penyerahan tanpa bayaran/cuma-cuma juga
termasuk yang dikenakan PPN.

PPN dikenakan terhadap pengusaha (disebut Pengusaha Kena Pajak atau PKP) adalah
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP maupun yang seharusnya dikukuhkan sebagai
PKP karena melakukan penyerahan:
1. Barang berwujud/tak berwujud/jasa yang termasuk kriteria yang dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai;
2. Penyerahan dilakukan di dalam daerah Pabean,
3. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Dengan demikian, walaupun Pengusaha Kena Pajak Indonesia melakukan transaksi penyerahan,
akan tetapi apabila dilakukannya di luar daerah Pabean maka tidak dikenakan PPN. Yang
dimaksud dengan daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan
Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang kepabeanan.

Wilayah Pabean berbeda dengan wilayah NKRI, terdapat daerah wilayah RI yang bukan daerah
pabean, seperti Pulau Sabang, Pulau Batam, dan Kawasan Berikat. Kawasan Berikat adalah
kawasan di mana di dalamnya dilakukan kegiatan industri pengolahan barang dan bahan asal
impor yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor Demikian juga apabila penyerahan Barang
Kena Pajak dilakukan di luar kegiatan usaba atau pekerjaannya, tidak akan dikenakan PPN
Contoh realnya yaitu :
1. Adalah saat kita sebuah AC ditoko elektronik yang usahanya memang menjual AC, maka kita
akan dikenakan PPN.

3. Jelaskan yang dimaksud dengan PPnBM! Berikan 1 contoh rill objek kena PPnBM!
Jawab :
PPnBM atau seringkali disebut pajak barang mewah adalah pajak yang dikenakan atas transaksi
barang kena pajak yang tergolong mewah baik yang diproduksi di dalam negeri maupun diimpor.
Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinngi 200%, khusus tarif PPnBM untuk
ekspor adalah 0%.

Walaupun PPnBM berada dalam satu undang-undang dengan PPN, yaitu undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN dan PPn BM), tetapi ada
perbedaan yang mendasar, yaitu:
1. Objek PPN adalah pajak setiap penyerahan, sedangkan PPnBM dikenakan hanya sekali saja
saat penyerahan pertama;
2. Tarif PPN linier 10%, dan PPnBM bergantung jenis barang mewahnya yang ditentukan oleh
Peraturan Pemerintah, kecuali untuk tarif ekspor sama, yaitu 0%.

Tujuan dari dikenakannya pajak terhadap Barang mewah (PPnBM) yaitu dalam rangka:
1. Perlu adanyan keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi.
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah;
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara
Contoh realnya yaitu :
1. Saat pengusaha kaya membeli Helikopter pribadi atau pesawat udara pada sebuah
perusahaan otomotif untuk pakaian pribadi, maka ia jelas dikenakan PPmBM, namun hanya
sekali saja saat penyerahan pertama.

4. Jelaskan 3 Kriteria pemeriksaan pajak dan berikan masing-masing 2 contohnya!


Jawab :
Terdapat 3 (tiga) kriteria pemeriksaan alasan dilakukannya pemeriksaan terhadap wajib pajak:
a. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak
dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan. Adapun pemeriksaan rutin, antara lain:
1. Wajib pajak yang menyampaikan SPT PPh Tahunan atau SPT Masa PPN lebih bayar;
2. Wajib pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
3. Wajib pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi atau pembubaran
usaha;
4. Wajib pajak orang pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
5. Wajib pajak melakukan perubahan tahun buku, perubahan metode pembukuan dan/atau
penilaian kembali aktiva tetap.
Contohnya :
1. A menyampaikan SPT yang menyatakan rugi
2. B menyampaikan SPT PPh Tahunan atau SPT Masa PPN lebih bayar
Dalam hal ini, apabila benar terjadi, maka akan dilaksanakn pemeriksaan Rutin, dan si A
harus meyiapkan segala yg dibutuhkan, misalnya SPT pertahun, aga saat pemeriksa
pajak dari kantor pajak datang, tinggal angkut saja dan segera diperiksa

b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang
berdasarkan hasil analisis risiko secara manual atau secara komputerisasi menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Adapun ketentuan
pemeriksaan khusus sebagai berikut:
1. Pemeriksaan khusus merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak
berdasarkan analisis risiko;
2. Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kriteria pemeriksaan rutin dapat dilakukan
pemeriksaan khusus,
3. Analisis risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai tingkat ketidakpatuhan wajib
pajak yang mengindikasikan potensi penerimaan pajak
4. Analisis risiko dibuat dengan mendasarkan pada profil wajib pajak dan/atau data internal
lainnya serta memanfaatkan data ekstemal baik secara manual maupun berdasarkan
kriteria seleksi berbasis risiko secara komputerisasi;
5. Pemeriksaan khusus dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan;
6. Pemeriksaan khusus dapat dilakukan atas alasan:
a. Persetujuan Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak
b. Instruksi Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak;
c. Instruksi Direktur Pemeriksaan dan Penagihan
Contohnya :
1. Si A tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau.
2. SI A tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap.

c. Pemeriksaan Tujuan Lain


Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi pencocokan, atau pengumpulan
materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dilakukan dengan alasan sebagai berikut :
1. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
2. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan,
3. Pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. Wajib pajak mengajukan keberatan;
5. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
7. Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil;
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
10. Penentuan saat produksi dimulai sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan,
dan/atau
11. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda.
Contohnya yaitu :
1. Si wajib pajak,dengan kehendaknya memohon untuk Penghapusan NPWP dan/atau
pencabutan pengukuhan PKP
2. Si wajib pajak mengajukan keberatan atas pengenaan pajak yang diterimanya

5. Jelaskan penagihan pajak dan uraikan alur penagihan pajak!


Jawab :
Dalam Pasal 1 angka 9 UU Nomor 19 Tahun 2000 bahwa Penagihan Pajak adalah serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.

Ketentuan penagihan ini mengandung pengertian bahwa dalam pelaksanaan/ tindakan penagihan
pajak harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan ketentuan undang-undang, kecuali dalam
hal tertentu apabila penanggung pajak dikhawatirkan akan meninggalkan Indonesia.

Alur/Tata urutan penagihan pajak yaitu :


1. Surat Teguran, Surat Peringatan, atau Surat Lainnya yang Sejenis;
adalah surat yang diterbitkan pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib
pajak untuk melunasi utang pajaknya
2. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
adalah penagihan pajak yang dilaksanakan olch Juru Sita Pajak kepada penanggung pajak
tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dar
semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak
3. Surat Paksa;
adalah sural perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak dan dilaksanakan
oleh Juru Sita Pajak
4. Surat Perintah Melakukan Penyitaan,
adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan
jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan
5. Surat Penyanderaan,
adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan
menempatkannya di tempat tertentu.
6. Surat Pencabutan Sita;
adalah dicabutnya penyitaan karena telah dilunasinya utang pajak atau karena barang yang
disita ternyata bukan milik dari penanggung pajak;
7. Pengumuman Lelang;
adalah pengumuman atas penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga
secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumuman peminat atau calon pembeli
8. Surat Penentuan Harga Limit
Penentuan harga paling rendah yang ditentukan oleh kesepakatan Ditjen Pajak dan kantor
lelang
9. Pembatalan Lelang;
adalah pembatalan pelaksanaan lelang karena telah dilunasinya pajak terutang atau karena
tidak tercapainya penawaran harga limit yang telah ditertukan
10. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

Sumber : BMP/HKUM 4407/ 3 SKS MODUL 6-7 dan pendapat sendiri.

Anda mungkin juga menyukai