Anda di halaman 1dari 14

TUGAS RESUME PPN

Dosen Pengampu : Dewa Ayu Oki Astarini,SE,M.AK


Nama Kelompok : Kelompok III
Anggota Kelompok : Rahini (A0D021105)
Sundus Sandya (A0D021124)
Titin Juniartina (A0D021127)
Lalu Muhammad Renaldi Wijaya (A0D021146)
Prodi/kelas : Prodi D3 Perpajakan/Kelas 4C/Universitas Mataram

OBJEK PAJAK MASUKAN PPN DAN BARANG YANG TIDAK


DIKENAKAN PPN

A. Latar Belakang
PPN adalah pungutan yang dikenakan dalam setiap proses produksi
maupun distribusi. Itulah alasannya kita sering menemukan PPN dalam
transaksi sehari-hari. Sebab, dalam PPN, pihak yang menanggung beban
pajak adalah konsumen akhir/pembeli. PPN mengikat pembeli dan penjual.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, PPN adalah kewajiban dari pembeli
sehingga dibayarkan oleh pembeli itu sendiri. Namun, kewajiban
pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN merupakan kewajiban
penjual/Pengusaha Kena Pajak (PKP).Penjual/PKP kemudian melaporkan
pemungutan PPN secara akumulatif ke Ditjen Pajak. Bukti pungutan PPN
ini disebut dengan faktur pajak.Di dalam sebuah faktur pajak dicantumkan
beberapa hal seperti, nama, alamat, barang atau jasa yang dibeli, NPWP,
dll. Penjual wajib melaporkan faktur pajak paling lambat pada akhir bulan
terjadinya transaksi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja objek pajak masukan dalam PPN ?
2. Bagaimana karakteriktik pajak masukan?
3. Contoh cara menghitung PPN masukan
4. Jelaskan apa saja barang yang tidak dikenakan PPN?
5. Perlakuan pajak barang kebutuhan pokok sebagai barag tidak kena
PPN?
6. Bagaimana perlakuan PPN Terutang Bagi Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan Kegiatan tertentu (Pedagang Kendaraan Bermotor Bekas
dan Pedagang Emas)

C. Pembahasan
1. Apa saja objek pajak masukan dalam PPN ?
Secara garis besar Pajak masukan dalam PPN adalah pajak yang
seharusnya dibayar oleh PKP atas:

 Perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak


 Pemanfataan BKP/JKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
 Impor Barang Kena Pajak telah dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak pada saat pembelian barang kena pajak/ jasa kena pajak
dalam masa pajak tertentu.

Secara lebih sederhana, bisa dikatakan bahwa pengertian pajak


masukan dalam PPN adalah pajak yang telah dipungut oleh PKP pada
saat pembelian barang/jasa kena pajak dalam masa pajak tertentu. Pajak
masukan dijadikan kredit pajak oleh PKP untuk memperhitungkan sisa
pajak yang terutang.

Dalam penerapan pungutan PPN, PKP mengkreditkan pajak masukan


dan pajak keluaran dalam suatu masa pajak yang sama. Apabila dalam

2
masa pajak tersebut pajak keluaran lebih besar, maka kelebihan pajak
keluaran tersebut harus disetorkan ke kas negara.

Sebaliknya, apabila dalam masa pajak tersebut, masa pajak masukan


lebih besar dari pajak keluaran, kelebihan pajak masukan dapat
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Dalam tata cara ini, jumlah
yang harus dibayarkan oleh PKP dapat berubah sesuai dengan pajak
masukan yang dibayar.

Maka objek pajak masukan dalam PPN yakni:

 Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak,


pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yang memanfaatkan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean,
atau pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai
(selanjutnya disingkat PPN) dan berhak menerima bukti
pungutan pajak. PPN yang seharusnya sudah dibayar tersebut
merupakan Pajak Masukan bagi pembeli Barang Kena Pajak,
penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang  Kena Pajak,
pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dari luar Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang berstatus sebagai
PKP. Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut oleh PKP
dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya
dalam Masa Pajak yang sama.

Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena


Pajak adalah:

a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu


perjanjian;

3
b. pengalihan Barang Kena Pajak oleh karena suatu
perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha
(leasing);
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas
Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar
cabang;
g. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya
dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada
pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.

2. Karakteriktik pajak masukan dalam PPN

Dalam penerapan pungutan PPN, PKP mengkreditkan pajak


masukan dan pajak keluaran dalam suatu masa pajak yang sama.
Apabila dalam masa pajak tersebut pajak keluaran lebih besar, maka
kelebihan pajak keluaran tersebut harus disetorkan ke kas negara.

Sebaliknya, apabila dalam masa pajak tersebut, masa pajak


masukan lebih besar dari pajak keluaran, kelebihan pajak masukan
dapat dikompensasikan ke masa pajak berikutnya. Dalam tata cara

4
ini, jumlah yang harus dibayarkan oleh PKP dapat berubah sesuai
dengan pajak masukan yang dibayar.

1) Pengkreditan Pajak Masukan


a) Pajak masukan dalam satu masa pajak dikreditkan dengan
pajak keluaran untuk masa pajak yang sama.
b) Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum
dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang
sama dapat dikreditkan pada masa berikutnya paling lama
tiga bulan setelah berakhirnya masa pajak yang
bersangkutan.
c) PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak, pajak masukan atas
perolehan/impor barang modalnya dapat dikreditkan.
d) Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan BKP/JKP
harus dikreditkan dengan pajak keluaran tempat PKP
dikukuh

3. Contoh cara menghitung PPN Masukan


Mekanisme perhitungan atau pengkreditan pajak masukan dengan
pajak keluaran yaitu mengurangi pajak masukan dengan pajak
keluaran dalam masa pajak yang sama atau pada masa pajak
berikutnya paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya masa
pajak.Dari hasil  perhitungan tersebut didapatkanlah yang

namanya PPN Terutang.

Contoh:
Pak sehun merupakan PKP yang telah melakukan beberapa
transaksi terhitung bulan September hingga November 2022.
Rincian transaksi yang dilakukan, terkait PPN yang menjadi
kewajibannya adalah sebagai berikut:

5
1. September 2022, atas penyerahan Barang Kena Pajak, PPN
Keluaran dari Pak Sehun adalah Rp50.000.000, sedangkan
PPN Masukannya sebesar Rp35.000.000. Maka pada bulan
Maret, Pak Sehun memiliki selisih sebesar Rp15.000.000.
Selisih tersebut merupakan PPN kurang bayar, karena nilai
PPN Keluaran lebih besar dari PPN Masukan.
2. Pada Oktober 2022, PPN Keluaran yang tercatat adalah
sebesar Rp60.000.000, sedangkan PPN masukannya
sebesar Rp72.000.000. Maka periode Oktober, Pak Sehun
memiliki selisih sebesar Rp12.000.000 yang berstatus
sebagai lebih bayar karena nilai PPN Keluaran lebih kecil
dari PPN Masukan.
3. Periode November 2022, PPN Keluaran adalah sebesar
Rp57.000.000, sedangkan PPN Masukan yang tercatat
adalah sebesar Rp42.000.000. Selisih PPN yang dimiliki
Pak Sehun adalah sebesar Rp12.000.000 dengan status
kurang bayar karena PPN Keluaran lebih besar dari PPN
Masukan.

Jawab

 Total PPN kurang bayar yang dimiliki Pak Sehun


adalah sebesar Rp12.000.000 + Rp15.000.000 =
Rp27.000.000.
 Total PPN lebih bayar adalah Rp12.000.000 sehingga
PPN yang menjadi tanggungan Pak Sehun adalah
Rp27.000.000 – Rp12.000.000 = Rp15.000.000.
 Nilai ini akan menjadi PPN Masa Bulan Mei yang
dimiliki Pak Sehun dan harus dilunasi dalam periode
waktu yang telah ditentukan.

6
4. Barang yang tidak dikenakan PPN
 Pengertian barang yang tidak kena PPN
Barang tidak kena PPN merupakan istilah bagi barang-barang
tertentu yang dalam penyerahannya tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Barang tidak kena PPN ini mengacu
pada barang-barang yang penggunaannya menyangkut hajat
hidup orang banyak.

Pada dasarnya semua barang dan jasa yang beredar di


masyarakat merupakan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa
Kena Pajak (JKP), sehingga dalam perlakuannya pasti akan
dikenakan PPN. Namun, ada beberapa barang yang
penggunaannya termasuk dalam barang-barang yang sangat
vital, sangat diperlukan oleh khalayak umum. Sehingga, untuk
barang-barang tertentu ini tidak dikenakan PPN.

 Dasar hukum barang yang tidak dikenakan PPN


Barang tidak kena PPN ini memiliki landasan hukum berupa
Undang-Undang (UU) Nomor 42 Tahun 2009 tentang PPN dan
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM). UU No. 42/2009
secara spesifik merinci beberapa barang tidak kena PPN. Salah
satunya klasifikasi barang tidak kena PPN adalah barang
kebutuhan pokok.

Masuknya barang kebutuhan pokok sebagai barang tidak kena


PPN ini tertuang dalam pasal 4A ayat (2) UU No. 42/2009.
Ayat tersebut secara gamblang menyebutkan, Jenis barang yang
tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu
dalam kelompok barang sebagai berikut:

7
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha
jasa boga atau katering; dan
d. uang, emas batangan, dan surat berharga.

salah satu jenis barang yang tidak dikenai PPN adalah barang
kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak.

Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat


banyak ini merupakan barang yang menyangkut hajat hidup
orang banyak dengan skala pemenuhan kebutuhan yang tinggi
serta menjadi faktor pendukung kesejahteraan masyarakat.

Rincian barang kebutuhan pokok tidak dikenakan PPN :

Secara spesifik memang UU No. 42/2009 tidak menyebutkan


apa-apa saja barang kebutuhan pokok yang masuk dalam
klasifikasi barang tidak kena PPN. Maka, untuk memperjelas
apa saja barang kebutuhan pokok yang masuk dalam klasifikasi
barang tidak kena pajak, dikeluarkanlah Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 116/PMK.010/2017.

Dalam PMK No. 116/PMK.010/2017 rincian barang kebutuhan


pokok yang masuk dalam barang tidak kena PPN antara lain:

8
1. Beras dan gabah. Kriteria yang masuk dalam beras dan
gabah yang tidak kena PPN adalah, berkulit, dikuliti,
setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak, pecah, menir, selain yang cocok
untuk disemai.
2. Jagung. Kriteria yang masuk dalam jagung yang tidak kena
PPN adalah, telah dikupas maupun belum, termasuk pipilan,
pecah, menir, tidak termasuk bibit.
3. Sagu. Kriteria sagu tidak PPN adalah, empulur sagu (sari
sagu), tepung, tepung kasar dan bubuk.
4. Kedelai. Kriteria kedelai yang tidak kena PPN
adalah berkulit, utuh dan pecah, selain benih.
5. Garam konsumsi. Kriterianya antara lain, garam yang
beryodium maupun tidak (termasuk garam meja dan garam
didenaturasi) untuk konsumsi/kebutuhan pokok masyarakat.
6. Daging. Kriteria daging tidak kena PPN adalah, daging
segar dari hewan ternak dan unggas dengan atau tanpa
tulang yang tanpa diolah, baik yang didinginkan, dibekukan,
digarami, dikapur, diasamkan, atau diawetkan dengan cara
lain.
7. Telur. Kriteria telur yang tidak PPN adalah, telur tidak
diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan atau
diawetkan dengan cara lain, tidak termasuk bibit.
8. Susu. Kriteria susu sebagai barang tidak kena PPN adalah,
susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan
maupun dipanaskan (pasteurisasi), tidak mengandung
tambahan gula atau bahan lainnya.
9. Buah-buahan. Kategori buah yang tidak kena PPN adalah
buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui
proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading,
selain yang dikeringkan.

9
10. Sayur-sayuran. Yang masuk kategori sayur-sayuran tidak
kena PPN adalah, sayuran segar, yang dipetik, dicuci,
ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah atau
dibekukan, termasuk sayuran segar yang dicacah.
11. Ubi-ubian. Termasuk dalam kategori ini adalah ubi segar,
baik yang telah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas,
dipotong, diiris, digrading.
12. Bumbu-bumbuan. Kriteria bumbu-bumbuan yang tidak
dikenakan PPN adalah bumbu-bumbuan segar, dikeringkan
tetapi tidak dihancurkan atau ditumbuk
13. Gula konsumsi. Dalam gula konsumsi, yang tidak dikenakan
PPN meliputi, gula kristal putih asal tebu untuk konsumsi
tanpa tambahan bahan perasa atau pewarna.

Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran :


1. minyak mentah (crude oil);
2. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
3. panas bumi;
4. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit,
kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien,
oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat),
talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat,
tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
5. batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara; dan
6. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih bauksit.

10
5. Perlakuan pajak barang kebutuhan pokok sebagai barag tidak
kena PPN?

Karena barang kebutuhan pokok merupakan barang yang tidak


dikenakan PPN, maka penjual, baik yang sudah berstatus Pengusaha
Kena Pajak (PKP) atau belum, tidak diwajibkan membuat faktur
pajak.

Perlakuan pelaporan pajak untuk transaksi-transaksi yang berkaitan


dengan barang tidak kena PPN, seperti barang kebutuhan pokok,
berbeda dibandingkan barang yang dibebaskan PPN. Apa saja
bedanya?

Untuk barang yang masuk kategori dibebaskan PPN, PKP tetap harus


membuat faktur pajak. Alasannya karena status barang atau jasa
adalah Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP). Namun, untuk barang
tidak kena PPN, termasuk barang-barang kebutuhan pokok, sejak
awal ditetapkan sebagai barang tidak kena pajak sehingga tidak wajib
membuat faktur pajak.

6. PPN Terutang Bagi Pengusaha Kena Pajak yang melakukan


Kegiatan tertentu (Pedagang Kendaraan Bermotor Bekas dan
Pedagang Emas)
- Kegiatan Usaha Tertentu adalah kegiatan usaha yang
semata-mata melakukan :
a. penyerahan kendaraan bermotor bekas secara
eceran; atau
b. penyerahan emas perhiasan secara eceran.

11
- Kendaraan bermotor bekas adalah kendaraan bermotor
beroda dua atau lebih, yang bukan baru, memiliki nomor
polisi dan telah terdaftar pada instansi yang berwenang.
- Pengusaha Kendaraan Bermotor Bekas adalah orang
pribadi atau badan yang kegiatan usahanya melakukan
penjualan Kendaraan Bermotor Bekas.
- Emas Perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun
yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari emas dan atau
logam mulia lainnya, termasuk yang dilengkapi dengan
batu permata dan atau bahan lain yang melekat atau
terkandung dalam emas perhiasan tersebut;
- Harga Jual Emas Perhiasan adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan karena
penyerahan emas perhiasan, tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
- Kegiatan yang dilakukan oleh Pengusaha Toko Emas
Perhiasan meliputi;
a. membuat dan atau menjual emas perhiasan;
b. membuat emas perhiasan berdasarkan pesanan;
c. menyuruh orang lain untuk membuat emas perhiasan
yang akan dijual;
d. jual beli emas perhiasan;
e. jual beli emas perhiasan dengan batu permata;
f. memperbaiki dan memodifikasi emas perhiasan;
g. jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan.

12
Daftar Pustaka

Direktorat Jendral Pajak 2013.”Pajak Pertambahan Nilai. Jakarta Selatan:

Online Pajak,(2018,Oktober) Barang Tidak Kena PPN: Perlakuan Pajak


Terhadap Barang Kebutuhan Pokok: https://www.online-pajak.com//
Direktorat Jendral Pajak: https://www.pajak.go.id/id/objek-ppn

Online Pajak,(2018,Desember) Pajak Masukan dan Pajak Keluaran dalam


PPN: https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/pengertian-pajak-
masukan-dan-pajak-keluaran-dalam-ppn

13
14

Anda mungkin juga menyukai