Kelas : A
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
4. Bagaimana pedoman pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang
menyerahkan BKP dan non BKP
BAB II
PEMBAHASAN
3
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau ;
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau ; impor
Barang Kena Pajak.
(1) Dihapus
(2) Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran dalam Masa Pajak yang sama.
Artinya pembelian Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak,
pengimpor Barang Kena Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean wajib
membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima bukti
pungutan pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah
dibayar tersebut merupakan Pajak Masukan bagi pembeli Barang
Kena Pajak, Penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang Kena
Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dari luar Daerah Pabean yang berstatus sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut oleh Pengusaha
Kena Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang
dipungutnya dalam Masa Pajak yang sama.
(2a) Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum
melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas
perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
4
(2b) Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) dan ayat (9) UUPPN.
(3) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada
Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai
yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak.
(4) Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka
selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa
Pajak berikutnya.
(4a) Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.
Persyaratan Formal :
- Tercantum dalam Faktur Pajak Standar atau dokumen tertentu yang
diperlakukan sebagai faktur pajak standar sesuai dengan ketentuan pasal
13 ayat 5 dan pasal 14 (6) UU PPN.
- Belum dilakukan pemeriksaan.Apabila dalam suatu pemeriksaan
ditemukan Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP atau JKP
yang dapat dikreditkan tetapi belum dilaporkan maka PM tersebut tidak
dapat boleh dikreditkan.
- Pajak Masukan dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
dalam masa Pajak yang sama atau tidak sama sepanjang belum melampaui
bulan ke tiga setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan. Pasal 9
(9) UU PPN.Ketentuan ini memberikan kesempatan bagi PKP untuk
5
mengkreditkan PM dalam Masa Pajak Tidak Sama (MTS) dalam
masa paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak
bersangkutan terhadap PK yang disebabkan karena keterlambatan
penerimaan Faktur Pajak. Apabila jangka waktu tersebut telah terlampaui,
Pajak Masukan tersebut masih dapat dikreditkan melalui pembetulan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai yang bersangkutan, dengan
syarat Pajak Masukan tersebutbelum dibebankan sebagai biaya atau tidak
ditambahkan (dikapitalisasikan) kepadaharga perolehan BKP atau JKP
yang bersangkutan, dan belum dilakukan pemeriksaan terhadap Pengusaha
Kena Pajak tsb.
Contoh :Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak yang Faktur
Pajaknya tertanggal 7Juli 2006 dapat dikreditkan terhadap Pajak
Keluaran pada Masa Pajak Juli 2006 atau pada Masa Pajak berikutnya
paling lambat Masa Pajak Oktober 2006. Apabila telah lewat waktu 3
bulan, maka pengkreditan dilakukan melalui pembetulan SPt Masa.
Persyaratan Materil :
- Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan-
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen. Ketentuan
ini berlaku untuk semua bidang usaha.
- Belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi.
a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
Contoh:
Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan sebagai
Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku
surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh sebelum
6
tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan ini.
Pengusaha A membeli BKP dengan PPN sebesar Rp1.000.000,- tgl 19
Maret 2010, maka Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan.
b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak
Contoh :
PT. X adalah PKP yang bergerak dalam usaha industri rumah tangga
membeli sebuahrumah real estate untuk peristirahatan direksi dan tamu.
Rumah tersebut tidak ada hubungan langsung dengan kegiatan usaha
perusahaan, maka PM atas perolehan rumah tersebut tidak dapat
dikreditkan.
Contoh :
Contoh :
7
PT. Rental Riau, PKP. Membeli sebuah kendaraan station wagon
untuk disewakan untuk dinas direksi. Maka Maka Pajak Masukan atas
perolehan station wagon tersebut dapat dikreditkan.
Contoh :
e. dihapus;
f. Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan
Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak;
Penjelasannya yaitu dalam Pasal 13 ayat (5) menyatakan bahwa Faktur
Pajak harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:
a) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
b) Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
c) Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
d) Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f) kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
8
g) nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Pasal 13 ayat (9) Faktur Pajak harus memenuhi persyartan Formal
dan Material
9
Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar
Rp11.000.000,00, tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000,00 sesuai dengan
yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai.
Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan:
- Pajak Keluaran = Rp 15.000.000,00
- Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00(-)
- Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00
- Kurang Bayar menurut Surat Pemberitahuan = Rp 2.000.000,00(-)
- Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00
j. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2a).
(2) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha yang atas
penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak
terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang
Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengari pasti, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak
dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan.
10
Misalnya: PKP yang menghasilkan jagung, dan juga mempunyai pabrik
minyak jagung (minyak jagung merupakan Barang Kena Pajak), yang
sebagian jagung yang dihasilkannya dijual kepada pihak lain dan
sebagian lainnya diolah menjadi minyak jagung.
11
yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang dibebaskan dari PPN
dikreditkan.
12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam pasal 1 poin 24 UU No. 8 TH 1983 sebagaimana diubah terakhir
pada UU No 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai, dinyatakan
bahwa Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya
sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau ; perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau ; pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau ;
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau ; impor
Barang Kena Pajak.
1.2 Saran
Sebagai mahasiswa perpajakan sebaiknya kita mengetahui Pengkreditan Pajak
Masukan agar nantinya kita dapat menjalankan sistem perpajakan dengan
benar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
13
Primandita, dkk. 2014. Kompilasi Undang-Undang Pajak Terlengkap 2014.
Jakarta : Salemba Empat.
Prof. Dr. Mardiasmo, MBA., Ak. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta :
CV. Andi Offset.
Tim Redaksi Ortax . 2014 . Tata Cara Penghitungan Kembali Pajak Masukan.
Dalam http://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=38. Diakses
pada tanggal 25 April 2017 pukul 22.42 WIB.
https://www.slideshare.net/karomah95/6-ppn-pengkreditan-pajak-masukan
14