PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mekanisme umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah Pengusaha
Kena Pajak (PKP) mengurangkan atau mengkreditkan pajak masukan dalam
suatu masa dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. Apabila
dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran maka kelebihan pajak
keluaran tersebut harus disetorkan ke kas Negara oleh PKP tersebut.
Sebaliknya jika dalam masa pajak tersebut ternyata lebih besar pajak
masukan, maka kelebihan pajak masukan tersebut dapat dikompensasikan ke
masa pajak berikutnya atau dimintakan restitusi.
Dengan mekanisme umum tersebut, maka jumlah yang harus dibayar
atau kelebihan bayar oleh PKP bias berubah-ubah tergantung besarnya pajak
masukan yang dibayar dan pajak keluaran yang dipungut dalam suatu masa
pajak.
Namun demikian Undang-undang PPN juga membuat ketentuan
tentang mekanisme pengkreditan lain selain mekanisme umum. Mekanisme
ini disebut Pedoman Pengkreditan Pajak Masukan. Dengan mekanisme ini,
ditentukan besarnya pajak masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan
persentase terhadap pajak keluaran. Misal, pajak masukan yang dapat
dikreditkan adalah 80% dari pajak keluaran. Besarnya pajak keluaran dalam
satu masa pajak adalah 10% dari omzet sehingga pajak masukan yang bias
dikreditkan adalah 8% dari omzet. Dengan semikian PPN yang harus disetor
dalam suatu masa pajak adalah 2% dari omzet sebukan. Perhatikan bahwa
besarnya PPN yang harus disetor hanya tergantung pada omzet dalam suatu
masa saja.
B.
Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.
3.
b)
Pertambahan Nilai.
Sedangkan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang belum dapat dipastikan penggunaannya untuk
penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak,
pengkreditannya menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak
masukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
Misalnya :
1.
P = PM X Z
dengan ketentuan :
PM
Untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa
manfaatnya lebih dari 1 (satu) tahun :
P= PM X Z'
dimana :
P'
PM
Z'
b) Untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa
manfaatnya 1 (satu) tahun atau kurang :
P= PM
Z'
dimana :
P'
PM
Z'
Contoh Perhitungan
Pengusaha Kena Pajak A yang bergerak di bidang usaha real estate
yang menghasilkan rumah yang atas penyerahannya terutang Pajak
Pertambahan Nilai dan rumah sederhana yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Pada bulan Februari 2011 Pengusaha Kena Pajak A membeli barang
modal berupa truk dengan nilai perolehan Rp200.000.000,00 dan
Pajak Pertambahan Nilai Rp20.000.000,00
Pada saat perolehan truk tersebut, Pengusaha Kena Pajak A belum
dapat menentukan berapa penyerahan rumah yang terutang Pajak
Pertambahan Nilai dan rumah sederhana yang atas penyerahannya
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Berdasarkan perkiraan Pengusaha Kena Pajak A, jumlah rumah
sederhana yang akan dibangun pada tahun 2011 adalah sebanyak
30% dari total rumah yang dibangun.
Berdasarkan data-data tersebut Pengusaha Kena Pajak A dapat
mengkreditkan Pajak Masukan atas perolehan truk dengan