Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI HUKUM BISNIS

“ PERSEROAN TERBATAS ”
Dosen Pengampu: IA. Anggawulan Saraswati, SE.MM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7

1. Putu Ayu Windarmayanthi (2002022518)


2. I Gusti Agung Ayu Intan Prabandari (2002022519)
3. Ni Made Yuni Ari Susanti (2002022520)
4. Ni Komang Juliantari (2002022522)
5. Ni Luh Gede Febri Lestari (2002022528)
6. Ni Wayan Koni Mariati (2002022531)

KELAS : 3A AKUNTANSI SORE

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2021
PERSEROAN TERBATAS

A. Organ – Organ Perseroan


PT itu seperti layaknya tubuh manusia, kalau tanpa organ - organnya tidak dapat
berjalan. Perseroan Terbatas (PT) adalah sebuah badan hukum, dan sebagai badan hukum,
Sebagai “artificial person”, perseroan tidak mungkin dapat bertindak sendiri. Perseroan tidak
memiliki kehendak untuk menjalankan dirinya sendiri. Oleh karena itu diperlukan orang-
orang yang memiliki kehendak yang akan menjalankan perseroan tersebut sesuai dengan
maksud dan tujuan pendirian perseroan.
Organ Perseroan Terbatas, menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, terdiri dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris – UU No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketiga organ tersebut melakukan metabolisme tubuh di
dalam badan hukum PT, menjalankan roda kegiatan PT ke arah visi-misinya. Kegiatan
organ-organ itu meliputi fungsi pembuatan kebijakan, pelaksanaan, dan pengawasan.

1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)


RUPS adalah organ Perseroan Terbatas yang memiliki kewenangan ekslusif yang
diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS, bentuk dan
luasannya, ditentukan dalam Undang - Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar.
Dalam bentuk kongkret-nya RUPS merupakan sebuah forum, dimana para pemegang
saham memiliki kewenangan utama untuk memperoleh keterangan-keterangan mengenai
Perseroan, baik dari Direksi maupun Dewan Komisaris. Keterangan-keterangan tersebut
merupakan landasan bagi RUPS untuk mengambil kebijakan dalam menyusun langkah
strategis Perseroan, pijak-pijakan umum dalam mengambil keputusan sebagai sebuah
badan hukum.
Jenis RUPS dapat terdiri dari RUPS Tahunan dan RUPS Lainnya. RUPS Tahunan
wajib diselenggarakan Direksi minimal 6 bulan setelah tahun buku Perseroan berakhir.
Dalam RUPS Tahunan, Direksi mengajukan semua dokumen dari laporan tahunan
Perseroan. RUPS Lainnya dapat diadakan setia waktu berdasarkan kebutuhan untuk
kepentingan Perseroan.

1
Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan dengan
memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan
dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a) Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri
dari orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan. Bagi
perusahaan yang memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi, dalam
pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi harus mempertimbangkan
pendapat komite tersebut yang disampaikan oleh Dewan Komisaris kepada
mereka yang mempunyai hak untuk mengajukan calon kepada RUPS.
b) Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak laporan Dewan Komisaris
dan Direksi, perlu dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan dengan
GCG.
c) Bagi perusahaan yang memiliki Komite Audit, dalam menetapkan auditor
eksternal harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut yang disampaikan
kepada Dewan Komisaris.
d) Dalam hal anggaran dasar dan atau peraturan perundang-undangan mengharuskan
adanya keputusan RUPS tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha perusahaan,
keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan wajar para pemangku
kepentingan.
e) Dalam mengambil keputusan pemberian bonus, tantiem dan dividen harus
memperhatikan kondisi kesehatan keuangan perusahaan.
RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan dengan
memperhatikan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, serta dengan
persiapan yang memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah. Untuk itu:
a) Pemegang saham diberikan kesempatan untuk mengajukan usul mata acara RUPS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
b) Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai mata acara, tanggal, waktu
dan tempat RUPS;
c) Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam panggilan RUPS harus
tersedia di kantor perusahaan sejak tanggal panggilan RUPS, sehingga
memungkinkan pemegang saham berpartisipasi aktif dalam RUPS dan memberikan
suara secara bertanggung jawab. Jika bahan tersebut belum tersedia saat dilakukan

2
panggilan untuk RUPS, maka bahan itu harus disediakan sebelum RUPS
diselenggarakan;
d) Penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan mata acara RUPS dapat
diberikan sebelum dan atau pada saat RUPS berlangsung;
e) Risalah RUPS harus tersedia di kantor perusahaan, dan perusahaan menyediakan
fasilitas agar pemegang saham dapat membaca risalah tersebut.

2) Direksi
Tugas dan tanggung jawab Direksi adalah menjalankan pengurusan Perseroan. Meski
pengurusan itu dijalankan Direksi sesuai dengan kebijakannya sendiri, namun harus tetap
dalam batas-batas yang ditentukan Undang-Undang dan Anggaran Dasarnya. Dalam
menjalankan pengurusan Perseroan, Direksi dapat memberikan kuasa tertulis kepada
karyawan Perseroan, atau kepada orang lain, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu
atas nama Perseroan.
Sebagai pengurus Perseroan, Direksi dapat mewakili Perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Kewenangan itu dimiliki Direksi secara tak terbatas dan tak
bersyarat, selama tidak bertentangan dengan Undang-undang dan Anggaran Dasarnya
serta keputusan RUPS. Jika anggota direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang
mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali Anggaran Dasar menentukan
bahwa hanya Direktur Utama yang berwenang.
Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-
prinsip berikut:
a) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
b) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta
kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c) Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan
keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan.
d) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3
3. Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada Direksi. Tugas pengawasan dan pemberian nasihat itu dilaksanakan oleh Dewan
Komisaris berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan. Pengawasan oleh Dewan Komisaris
meliputi pengawasan atas kebijakan Direksi dalam melakukan pengurusan Perseroan,
serta jalannya pengurusan tersebut secara umum, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan. Pengawasan dan nasihat yang dilakukan Dewan Komisaris harus bertujuan
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi
prinsip-prinsip berikut:
a) Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara
efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
b) Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki
kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik termasuk
memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan semua pemangku
kepentingan.
c) Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup Tindakan
pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Masing-masing organ punya kewenangan dan tanggung jawab. Sehingga, untuk melindungi
kepentingan PT, masing-masing organ bahkan bisa mengajukan gugatan apabila ada
tindakan organ lain yang merugikan perusahaan. Di sinilah yang dimaksud kemandirian
perseroan terbatas. PT merupakan badan hukum yang dapat bertindak sesuai dengan maksud
pendiriannya. Di sisi lain, jika ada organ PT yang merugikan PT tersebut, maka PT tersebut
dapat mengajukan tuntutan terhadap pemegang saham, direksi atau komisaris perusahaan
yang menimbulkan kerugian akibat perbuatannya.
Sumber : https://bizlaw.co.id/organ-organ-perseroan-terbatas/

B. Pembubaran Perseroan
Menurut Pasal 142 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UUPT”), berakhirnya perseroan karena:
1) Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”);

4
2) Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;
3) Berdasarkan penetapan pengadilan;
4) Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit perseroan tidak cukup untuk membayar
biaya kepailitan;
5) Karena harta pailit perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan
insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau
6) Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembubaran perseroan berdasarkan keputusan RUPS diajukan oleh Direksi, Dewan


Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara. Keputusan RUPS tentang
pembubaran perseroan adalah sah apabila diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
dan/atau paling sedikit dihadiri oleh ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga
perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
Dalam hal pembubaran perseroan terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka waktu
berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir atau dengan dicabutnya
kepailitan berdasarkan keputusan pengadilan niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator,
maka Direksi bertindak selaku likuidator. Pembubaran perseroan wajib diikuti dengan
likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau kurator; dan perseroan tersebut tidak dapat
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam hal membereskan semua urusan perseroan
yang berkaitan dengan.likuidasi. Dan jika ternyata anggota Direksi, Dewan Komisaris dan
Perseroan melanggar hal tersebut, maka dapat dikenakan tanggung jawab hukum secara
tanggung renteng.
Pembubaran perseroan yang terjadi karena pencabutan kepailitan, maka pengadilan
niaga dapat sekaligus memutuskan memberhentikan kurator sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

5
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan dengan alasan:
a) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum atau
Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan;
b) permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam
akta pendirian;
c) permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan
perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
Likuidator mempunyai kewajiban untuk memberitahukan kepada semua kreditor mengenai
pembubaran perseroan dengan cara mengumumkan pembubaran perseroan dalam Surat Kabar
dan Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak tanggal pembubaran perseroan. Pemberitahuan kepada kreditor tersebut
memuat:
a) mengenai pembubaran perseroan dan dasar hukumnya;
b) nama dan alamat likuidator;
c) tata cara pengajuan tagihan; dan
d) jangka waktu pengajuan tagihan.
Selama pemberitahuan pembubaran perseroan tidak dilakukan sesuai dengan Pasal 147 UU PT,
maka pembubaran perseroan tidak berlaku bagi pihak ketiga dan pembubaran perseroan tidak
mengakibatkan perseroan kehilangan status badan hukumnya sampai dengan selesainya
likuidasi dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan. Akibat dari
pembubaran perseroan, maka setiap surat keluar perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi”
di belakang nama perseroan tersebut.
Pemberitahuan tersebut kepada kreditor dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia memuat pembubaran Perseroan dan dasar hukumnya, nama dan alamat likuidator;
tata cara pengajuan tagihan; dan jangka waktu pengajuan tagihan dimana Jangka waktu
pengajuan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal pengumuman.
Kemudian Pemberitahuan kepada Menteri sebagaimana dimaksud wajib dilengkapi dengan
bukti sebagai berikut:
a) dasar hukum pembubaran Perseroan; dan
b) pemberitahuan kepada kreditor dalam Surat Kabar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatas.

6
1) Prosedur Pembubaran PT Oleh Keputusan RUPS
Dalam hal akan dilakukan pembubaran PT oleh RUPS, maka diperlukan prosedur
sebagai berikut:
a) RUPS pembubaran PT dan penunjukkan Likuidator;
b) Pemberitahuan pembubaran PT kepada kreditur / pihak terkait lainnya oleh
Likuidator;
c) Inventarisasi asset dan pemberesan harta kekayaan PT oleh Likuidator;
d) Likuidator menyampaikan pertanggungjawabannya kepada RUPS dan Menteri
yang berwenang;
e) Pengumuman pembubaran PT dalam surat kabar;
f) Menteri yang berwenang menghapus nama Perseroan tersebut dalam daftar
Perseroan;
g) Pengumuman dalam Berita negara republik indonesia (”BNRI”).
Pembubaran perseroan yang terjadi karena pencabutan kepailitan, maka pengadilan
niaga dapat sekaligus memutuskan memberhentikan kurator sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.
2) Pengadilan Negeri Dapat Membubarkan Perseroan Dengan Alasan:
a) permohonan kejaksaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum
atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-
undangan;
b) permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian;
c) permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan
perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
3) Akibat Tidak Dilakukannya Pemberitahuan Pembubaran Kepada Kreditur Dan
Menteri
Lalu bagaimana jika pembubaran PT tersebut tidak diikuti dengan pemberitahuan
kepada kreditur dan Menteri yang berwenang?
Maka pembubaran PT tersebut tidak berlaku kepada pihak ketiga, sehingga
Perseroan tersebut tetap berkewajiban menjalankan seluruh kewajibannya, seperti
pembayaran pajak yang masih mengikat dan lainnya. Namun apabila tidak

7
dilakukannya pemberitahuan pembubaran PT tersebut dikarenakan kelalaian oleh
likuidator yang ditunjuk, maka likuidator secara tanggung renteng dengan Perseroan
bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.
Terdapat Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan
dalam proses likuidasi, yaitu meliputi pelaksanaan:
a) pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan hutang Perseroan;
b) pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik Indonesia mengenai
rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi;
c) pembayaran kepada para kreditor;
d) pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham; dan
e) tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan kekayaan.
Bagi kreditor yang belum mengajukan tagihan dalam jangka waktu sebagaimana
dinyatakan dalam pengumuman pembubaran Perseroan dapat mengajukan tagihannya
melalui pengadilan negeri dalam jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak pembubaran
Perseroan diumumkan. Namun demikian, tagihan yang diajukan kreditor dalam jangka
waktu 2 (dua) tahun tersebut dapat dilakukan dalam hal terdapat sisa kekayaan hasil
likuidasi yang diperuntukkan bagi pemegang saham. Apabila hal sisa kekayaan hasil
likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan terdapat tagihan kreditor dan
likuidator melalui perintah Pengadilan Negeri menarik kembali sisa kekayaan hasil
likuidasi yang telah dibagikan kepada pemegang saham untuk membayar tagihan tersebut.
Atas hal ini pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi secara
proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah tagihan.
Sumber : https://bizlaw.co.id/bagaimana-cara-pembubaran-perseroan-terbatas-pt/

Anda mungkin juga menyukai