Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN MATERI KULIAH AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD

AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN LAIN-LAIN


Dosen Pengampu: Cok. Gde Bayu Putra, SE.M.Si.CMA

Disusun oleh:
Kelompok 8

Ni Putu Asih Widiantari (2002022444)


Ni Kadek Mayang Sari Dewi (2002022470)
Ni Nyoman Resti Febryanti (2002022476)
Ni Made Pendit Reminiati (2002022501)

III A AKUNTANSI SORE

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2021/2022
PEMBAHASAN MATERI

I. OBJEK PAJAK
A. Pengertian Objek Pajak
Objek Pajak adalah penghasilan atau tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
wajib pajak. Atau dapat dikatakan juga objek pajak merupakan sumber
pendapatan yang dikenakan pajak. Setiap subjek pajak haruslah mempunyai objek
pajak yang nantinya dikenakan atas pajak yang berlaku. Penghasilan itu berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia. Objek pajak digunakan untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan. Bentuknya dengan nama atau
bentuk apapun.

B. Jenis-Jenis Objek Pajak


1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan.
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan maupun penghargaan.
3) Laba usaha
4) Keuntungan karena berjualan atau pengalihan harta, termasuk:
a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau
anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;
c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan
dalam bentuk apa pun;
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil. Ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan;
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6) Bunga yang termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dalam nama dan bentuk apapun, termasuk dividen hasil dari perusahaan
asuransi terhadap pemegang polis, dan pembagian hasil sisa usaha koperasi.
8) Royalti atau pengembalian atas penggunaan hak.
9) Sewa atau penghasilan lain dengan penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan dari pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan pemerintah.
12) Keuntungan dari selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
17) Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
19) Surplus Bank Indonesia.
20) Sesuai dengan PPh Pasal 4 Ayat 2, penghasilan yang berasal dari tabungan serta
bunga deposito termasuk objek pajak yang bersifat final. Potongan PPh Final dari
tabungan serta bunga deposito dilakukan oleh bank yang berada di negara
Indonesia, bank Indonesia, atau bank cabang luar negeri.

II. ASET ANTAR KANTOR


1. RAK (Rekening Antar Kantor) adalah pos-pos rekening yang berkaitan dengan
lalu lintas transaksi dan laporan konsolidasi antar cabang ataupun kantor kas untuk
penggunaan Holding system yang bertujuan agar lebih memudahkan monitoring
untuk transaksi nasabah antar kantor maupun laporan dari seluruh aktifitas bisnis
suatu perusahaan.
2. Sistem Akuntansi Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Sistem akuntansi untuk mencatat transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang
dan transaksi-transaksi lainya tergantung pada pola hubungan diantara kantor
pusat dan kantor cabang. Jika pola hubungan bersifat sentralisasi maka semua
pembukuan ada dikantor pusat dan cabang tidak mencatat kegiatan akuntansi
tetapi hanya mencatat kas kecil. Kas kecil yang umumnya dipakai dengan
menggunakan system impress fund. Cabang melakukan kegiatan akuntansi secara
extracompatible yaitu mengerjakan buku-buku tambahan seperti kartu piutang
dan catatan lain yang diperlukan oleh kantor pusat. Sedangkan jika pola hubungan
bersifat desentralisasi makacabang melakukan kegiatan akuntansi seperti kantor
pusat. Kegiatan akuntansi cabang mungkin dibuat pembatasan oleh kantor pusat
misalnya akuntansi aktiva tetap hanya dicatat oleh kantor pusat(Utoyo, 1999).
3. Transaksi Antara Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Transaksi antara kantor pusat dengan kesatuan usaha eksternal lainnya dicatat
dengan prosedur akuntansi kantor pusat seperti biasa. Begitu juga dengan
transaksi yang terjadi antara kantor cabang dengan kesatuan usaha yang tidak
berhubungan. Semua transaksi dicatat menurut prosedur akuntansi yang telah
ditetapkan. Hal yang unik dari akuntansi kantor pusat dan kantor cabang
terletak pada pencatatan transaksi yang terjadi antara kantor pusat dengan
kantor cabang. Transaksi yang terjadi antara kantor pusat dan kantor cabang
umumnya sebagai berikut (Taswan,2005):
a. Transaksi pembentukan kantor cabang
Sebelum terbentuknya kantor cabang di perusahaan maka ada biaya-biaya
transaksi yang harus dikeluarkan oleh kantor pusat tersebut. Dan biaya
transaksi-transaksi tersebut nantinya juga akan dibebankan kekantor cabang
itu sendiri. Pembentukan kantor cabang yang baru memerlukan pencatatan,
baik dalam buku kantor pusat maupun dalam buku kantor cabang. Hubungan
antara kantor pusat dan kantor cabang bank tercermin pada pencatatan
transaksi di kantor cabang yaitu Rekening Antar Kantor (RAK) kantor pusat
dan di pusat akan mencatat Rekening Antar Kantor (RAK) kantor cabang.
b. Transaksi Pengiriman Uang
Transaksi pengiriman uang dari puat ke kantor cabang ini terjadi
disebabkan karena uang kas atau giro cabang sudah tidak cukup lagi
untuk melakukan kegiatan oprasional kantor cabang tersebut. Sehingga dari
kantor cabang akan meminta bantuan kepada kantor pusat untuk mengitim
uang ke kantor cabang.Apabila kantor pusat mengirim uang ke kantor
cabang, maka buku kantor pusat mendebit perkiraan cabang dan
mengkredit perkiraan kas.buku kantor cabang yang menerima uang dari
kantor pusat dicatat pada debit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan kantor
pusat.
c. Transaksi penagihan biaya
Dalam melaksanakan kegiatan kantor biasanya kantor pusat dan cabang
melaksanakan kegiatan secara bersamaan. Sehingga biaya yang terjadi pun
dibagi menurut porsi masing-masing. Misalnya biaya gaji karyawan dan
kegiatan rekreasi bersama. Apabila kantor pusat membayar tagihan tersebut
terlebih dahulu, maka kantor pusat akan mendebit perkiraan rekening
kantor cabang dan mengkredit kas, dan kantor cabang akan mendebit
biaya dan mengkredit rekening kantor pusat
d. Transaksi perhitungan bunga dari biaya investasi
Rekening antar kantor pusat pada laporan keuangan di sisi pasiva adalah
menunjukan jumlah investasi dari kantor pusat kepada kantor cabang,
maka dari jumlah investari tersebut, kantor pusat akan memberikan biaya
bunga atas invstasinya tersebut. Persentasi bunga tergantung pada
kebijakan masing-masing perusahaan. Untuk mengakui biaya bunga yang
dibebankan tersebut, maka kantor pusat akan mendebit perkiraan rekening
kantor cabang dan mengkredit pendapatan bunga. Sedangkan kantor
pusat akan mendebit beban bunga dan mengkredit rekening kantor pusat.
e. Transaksi pengiriman barang
Transaksi pengiriman barang dari kantor pusat ke kantor cabang dapat
berupa transaksi:
a. Transaksi pemindahan pembelian aktiva tetap oleh kantor
pusat. Untuk membeli aktiva tetap sebagai kebutuhan operasional
kantor cabang, biasanya cabang meminta kepada kantor pusat untuk
memesan aktiva tersebut, dan pembayaran pertama kali, akan
dilakukan oleh kantor pusat kepada supplier. Sehingga cabang
hanya berurusan pada kantor pusat saja. Dalam pemindahan
tersebut maka kantor pusat akan mendebit perkiraan rekening
kantor cabang dan mengkredit aktiva tetap. Sedangkan kantor
cabang akan mendebit perkiraan aktiva tetap dan mengkredit
rekening kantor pusat.
b. Transaksi pemindahan aktiva tetap bekas dari pusat ke cabang.
Untuk mengurangi biaya yang akan dibebankan oleh kantor cabang itu
sendiri biasanya kantor cabang memindahkan aktiva tetap yang
berada di kantor pusat ke kantor cabang. Apabila kantor pusat
memindahkan aktiva tetapke kantor cabang maka kantor cabang akan
mendebit perkiraan aktiva tetap dan mengkredit perkiraan kantor
pusatserta mencatat nilai akumulasi penyusutan yang telah terjadi
dengan mendebit perkiraan kantor pusat dan mengkredit perkiraan
akumulasi penyusutan yang terjadi, dan kantor pusat akan mendebit
perkiraan kantor cabang dan mengkredit aktiva tetap, dan
menghapus nilai penyusutan yang terjadi dengan mendebit perkiraan
akumulasi penyusutan dan mengkredit rekening kantor cabang.
4. Pengakuan Transaksi Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Didalam sistem desentralisasi hubungan antara kantor pusat dengan kantor
cabang adalah hubungan antara investor dengan investee, yaitu kantor pusat
sebagai investor dan kantor cabang sebagai investee. Untuk menunjukan
hubungan tersebut masing –masing pihak menyelenggarakan rekening timbal
balik, yaitu kantor pusat akan menyelenggarakan Rekening Koran Kantor
Cabang (R/K-Kantor Cabang) dan kantor cabang akan menyelenggarakan
Rekening Koran Kantor Pusat (R/K–Kantor Pusat).Isi masing–masing
rekening dan hubungan antara kedua rekening timbalbalik tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Rekening koran kantor cabang
Rekening ini diselenggarakan oleh kantor kantor pusat. Saldo rekening
ini menunjukan investasi kantor pusat di kantor cabang atau hak
kantor pusat terhadap kantor cabang. Rekening ini akan didebit apabila
hak kantor pusat bertambah dan dikredit apabila hak kantor pusat
berkurang. Rekening ini selalu bersaldo debit. Rekening koran kantor
cabang termasuk kelompok rekening aktiva.
b. Rekening koran kantor pusat
Rekening ini diselenggarakan oleh kantor cabang. Saldo rekening
Koran kantor pusat menunjukan kewajiban kantor cabang kepada
pemilik. Oleh karena kantor pusat adalah pemilik kantor cabang maka
rekening koran kantor pusat termasuk kelompk rekening modal.
Rekening ini akan dikredit apabila kewajiban kantor cabang kepada kantor
pusat bertambah dan akan didebit apabila kewajiban kantor cabang kepada
kantor pusat berkurang.
Setiap penambahan terhadap hak kantor pusat terhadap kantor cabang juga
berarti penambahan kewajiban kantor cabang terhadap kantor pusat demikian
pula sebaliknya. Setiap transaksi yang mempengaruhi saldo rekening kantor
cabang maka akan mempengaruhi saldo rekening kantor pusat dengan
nominal yang sama. Yaitu semua transaksi antara kantor pusat dengan kantor
cabang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Transaksi yang
mempengaruhi saldo kedua rekening tersebut dapat dikelompokan menjadi 2,
yaitu (Taswan, 2005):
1) Transaksi yang berakibat saldo rekening timbal balik bertambah
Dilihat dari kantor pusat transaksi kelompok ini berakibat hak terhadap
kantor cabang bertambah. Oleh karena itu R/K kantor cabang akan
didebit. Dilihat dari kantor cabang transaksi kelompok ini berakibat
kewajiban kepada kantor pusat bertambah. Oleh karena itu R/K kantor
pusat akan dikredit.
Transaksi yang termasuk ini dan pencatatannya oleh masing-masing
pihak adalah sebagai berikut:
 Pengiriman kas dari kantor pusat ke kantor cabang
Pencatatan transaksi ini sebagai berikut:
- Oleh kantor pusat
R/K–Kantor Cabang XXX
Kas XXX
- Oleh kantor cabang
Kas XXX
R/K–Kantor Pusat XXX

 Pengiriman aktiva dari kantor pusat ke kantor cabang


Pencatatan transaksi ini sebagai berikut:
- Oleh kantor pusat
R/K–Kantor Cabang XXX
Aktiva XXX
- Oleh kantor cabang
Aktiva XXX
R/K–Kantor Pusat XXX

2) Transaksi yang berakibat saldo rekening timbal balik berkurang


Dilihat dari kantor pusat transaksi kelompok ini berakibat hak terhadap
kantor cabang berkurang. Oleh karena itu R/K kantor cabang akan
dikredit. Dilihat dari kantor cabang transaksi kelompok ini berakibat
kewajiban kepada kantor pusat berkurang. Oleh karena itu R/K kantor
pusat akan didebit. Transaksi yang termasuk ini dan pencatatannya
oleh masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
 Pengiriman kas dari kantor cabang ke kantor pusat.
Pencatatan transaksi ini sebagai berikut:
- Oleh kantor pusat
Kas XXX
R/K–Kantor Cabang XXX
- Oleh kantor cabang
R/K–Kantor Pusat XXX
Kas XXX
 Pengiriman aktiva dari kantor cabang ke kantor pusat.
Pencatatan transaksi ini sebagai berikut:
- Oleh kantor pusat
Aktiva XXX
R/K–Kantor Cabang XXX
- Oleh kantor cabang
R/K–Kantor Pusat XXX
Aktiva XXX
KESIMPULAN

Objek Pajak adalah penghasilan atau tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima wajib pajak. Atau dapat dikatakan juga objek pajak merupakan sumber
pendapatan yang dikenakan pajak. RAK (Rekening Antar Kantor) adalah pos-pos
rekening yang berkaitan dengan lalu lintas transaksi dan laporan konsolidasi antar
cabang ataupun kantor kas untuk penggunaan Holding system yang bertujuan agar lebih
memudahkan monitoring untuk transaksi nasabah antar kantor maupun laporan dari
seluruh aktifitas bisnis suatu perusahaan.
Didalam sistem desentralisasi hubungan antara kantor pusat dengan kantor
cabang adalah hubungan antara investor dengan investee, yaitu kantor pusat sebagai
investor dan kantor cabang sebagai investee. Untuk menunjukan hubungan tersebut
masing –masing pihak menyelenggarakan rekening timbal balik, yaitu kantor pusat
akan menyelenggarakan Rekening Koran Kantor Cabang (R/K-Kantor Cabang) dan
kantor cabang akan menyelenggarakan Rekening Koran Kantor Pusat (R/K–
Kantor Pusat).

SUMBER:

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/bab-18-hubkantor-pst-cab.pdf
https://bss.mediabpr.com/2017/02/rak.html

http://docplayer.info/64420792-Perlakuan-akuntansi-kantor-cabang-terhadap-kantor-
pusat-pada-pt-bpr-dana-nusantara.html

Anda mungkin juga menyukai