Anda di halaman 1dari 23

BAB IF

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Laba Secara Urnum


2.1.1 Saldo Laba
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu bentuk perusahaan swasta yang
ditinjau dari sudut bentuk hukum dan ekuitas, modal Perseroan Terbatas terdiri
atas saham. Tanggung jawab persero terbatas pada jumlah modal saham yang
disetor apabila PT telah disahkan oleh Menteri Kehakiman.
Penghasilan secara pajak menurut Achmad Tjahjono (1999:117), adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Penghasilan secara akuntansi menurut Achmad
Tjahjono (1999:118), meliputi semua sumber ekonomi yang diterima oleh
perusahaan baik itu dari transaksi penjualan barang, penyerahan jasa kepada pihak
lain atau penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain. Penghasilan perusahaan
dikurangi dengan kewajiban-kewajiban perusahaan yang dibayarkan merupakan
saldo laba atau saldo laba ditahan perusahaan.Walaupun dalam praktek akuntansi
secara meluas dipakai istilah laba ditahan, Standar Akuntansi Keuangan
menyebutkannya dengan istilah saldo laba.
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah
memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini
akan dinyatakan terpisah dari akun Modal Saham. Seluruh saldo laba dianggap
bebas untuk dibagikan sebagi dividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai
pembatasan terhadap saldo laba, misalnya: dicadangkan untuk perluasan pabrik,
atau untuk memenuhi ketentnan Undang-Undang maupun ikatan tertentu. Saldo
laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-
pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan

7
8

tujuan pencadangan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada harus


diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (PSAK: 21,1999)
Saldo Iaba terutama bersumber dan hasil laba-rugi operasi perusahaan.
Penghasilan itu diperoleh dari transaksi dengan individu atau perusahaan lain,
tidak ada penghasilan yang lerealisasi dari pembelian dan pembayaran barang
modal. Demikian juga dari transaksi dengan para pemegang saham yang
melibatkan saham, sumbangan atau bantuan, dan perubahan nilai aktiva.
Dalam dunia perpajakan, sumber saldo laba yang berasal dari hasil operasi
sering disebut dengan istilah “Earnings & Profits”. Istilah itu dimanfaatkan untuk
mendekatkan jumlah laba komersial dengan laba fiskal yang ditransfer ke saldo
laba. Jumlah penghasilan setahun dalam konsep ini dihitung sebesar penghasilan
kena pajak dikurangi pajak penghasilan ditambah dengan penghasilan bukan
objek pajak dan dikurangi dengan pengeluaran bukan pengurang kena pajak dan
penyesuaian lainnya.

2.1.2 Distribusi Laba


Distribusi laba kepada para pemegang saham disebut dividen. Pembagian
dividen dapat dilakukan dalam bentuk uang tunai, harta selain kas, surat hutang,
dan saham perusahaan itu sendiri. Perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar
dalam bursa saham (perusahaan go public), dapat mendistribusikan labanya dalam
bentuk saham perusahaan oleh karena perusahaan-perusahaan tersebutlah yang
mempunyai nilai pasar saham yang akan dibagikan secara langsung dan
komposisi kepemilikan saham yang dapat berubah-ubah karena dapat dimiliki
oleh umum.
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi
dividen, dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan
jumlah dividen yang dimaksud. Kebanyakan distribusi dividen menyebabkan
berkurangnya saldo laba. Pengecualian terhadap pengurangan dimaksudkan
berlaku untuk dividen saham dalam bentuk pemecahan saham, dividen likuidasi
aktiva kepada para pesero untuk pengembalian seluruh atau sebagian modal resmi
9

perusahaan pembagian Iainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian


akuntansi komersial, tetapi diperlakukan seperti itu dalam ketentuan perpajakan.
Untuk tujuan pajak, pengertian dividen lebih luas dari apa yang
disebutkan. Penjelasan Pasal 4 ayat 1 bagian (g) UU PPh 2000 memasukkan dua
belas elemen dalam pengertian dividen yang secara rinci dapat dilihat pada sub
bagian 2.2.2..
Dalam pembagian dividen terdapat tiga tanggal untuk dipertimbangkan,
yaitu tanggal pen gum urnan, pendaftaran dan pembayaran. Sebelum dibayarkan,
dividen harus diumumkan oleh dewan direksi perseroan. Terdapat empat tanggal
yang penting dalam akuntansi untuk dividen:
a. Tanggal Pengumuman
Pada tanggal ini, dewan direksi perseroan secara formal menyetujui dan
mengeluarkan pengumuman dividen. Pada kasus dividen tunai atau properti,
pengumuman dicatat pada tanggal ini sebagai debet ke laba ditahan dan kredit ke
hutang dividen. Untuk jenis dividen ini, suatu kewajiban yaitu hutang dividen
diakui pada tanggal diumumkannya dividen, yang menyebabkan debet ke laba
ditahan.
Dalam kasus dividen saham, tidak ada distribusi aktiva perseroan yang
terlibat sehingga pengadilan menganggap bahwa pengumuman dividen saham
dapat ditarik/dibatalkan hingga tanggal penerbitan. Karena tidak terdapat
kewajiban, maka tidak diperlukan ayat jumal pada tanggal pengumuman.
b. Tanggal Pencatatan
Tanggal pencatatan yang dipilih oleh dewan direksi disebutkan pada
pengumuman. Biasanya tanggal pencatatan dicatat dua atau tiga minggu setelah
tanggal pengumuman. Pada tanggal pencatatan disiapkan daftar pemegang saham,
saham yang dipegang pada tanggal tersebut akan menerima dividen, tanpa
mememandang penjualan atau pembelian saham setelah tanggal pencatatan
tersebut. Tidak ada ayat jumal yang dibuat pada tanggal ini.
10

c. Tanggal Ex-Dividen
Menurut Dyckman, tanggal ex-dividen adalah tanggal setelah tanggal
pencatatan, di mana pada tanggal itu saham diperdagangkan tanpa hak untuk
menerima dividen yang diumumkan (2000:440). Namun dalam praktek, pasar
modal memajukan tanggal efektif ex-dividen sekitar tiga atau empat hari sebelum
tanggal pencatatan untuk memberikan waktu pemindahan saham. Jadi pemegang
saham sehari sebelum tanggal ex-dividen ditetapkan akan menerima dividen.
Investor yang membeli saham pada tanggal ex-dividen atau sesudahnya tidak akan
menerima dividen.
Antara tanggal pengumuman dan tanggal ex-dividen, harga pasar saham
akan mencakup dividen. Menurut prinsip pendapatan, pendapatan dividen diakui
pada tanggal pengumuman.
d. Tanggal Pembayaran
Pada tanggal pembayaran dividen tunai atau properti, kewajiban yang
dicatat pada tanggal pengumuman didebet dan akun aktiva yang bersangkutan
dikredit. Distribusi dividen saham biasanya dicacat pada tanggal penerbitan.

2.2 Distribusi Laba Secara Pajak


2.2.1 Definisi Paiak
Ada banyak definisi pajak yang dikemukan oleh para ahli, baik dari dalam
maupun luar negeri. Salah satu definisi yang dikemukan oleh S.I Djajadiningrat
(Munawir, 1995, h.3) adalah sebagai berikut:
“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada
kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan
perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai
hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara
langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. ”

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan tentang ciri-


ciri yang melekat pada pengertian pajak:
11

a. Pajak dipungut oleh negara (pemerintah pusat maupun pemerintah daerah),


berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Pajak dipungut disebabkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan
yang memberikan kedudukan tertentu kepada seseorang.
c. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter yaitu mengatur.
d. Diperuntukkan bagi pengeluaran rutin pemerintah jika masih surplus
digunakan untuk public investment.

2.2.2 Penghasilan Kena Paiak


Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, pasal 4 ayat (1)
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang berangkutan, dengan bentuk dan nama apapun. Untuk
menentukan besamya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap menurut Undang-undang No. 17 tahun 2000 (2000:86),
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekeijaan atau jasa termasuk
upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam
bentuk uang, bunga, sewa, royelti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah,
piutang yang nyata-nyata tidak dapai tertagih, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.
b. penyusutan atas pengeluaran untuk mempsroleh harta berwujud dan amortisasi
atas pengeluaran untuk inemperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun.
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
d. kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan
12

dalam perusahaan atau yang dimilki untuk mendapatkan, menagih, dan


memelihara penghasilan
e. kerugian karena selisih kurs mata uang asing
f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakuan di Indonesia
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat-syarat yang ada.
Salah satu yang menjadi objek pajak yang diatur dalam pasal 4 ayat (1)
huruf g Undang-undang No. 17 tahun 2000 yaitu dividen dengan nama dan
bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Penjelasan terperinci mengenai dividen menurut pasal 4 Undang-undang
No. 17 tahun 2000 adalah bagian laba yang diberikan kepada pemegang saham
atau pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi kepada
anggota koperasi. Termasuk dalam pengertian dividen adalah:
a. Pembagian laba baik secara langsung atau tidak langsung, dengan nama dan
bentuk apa pun.
b. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor.
c. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran kecuali saham
bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham baru dan revaluasi aktiva
tetap.
d. Pembagian laba dalam bentuk saham.
e. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
f. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan
yang bersangkutan.
g. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian modal yang diperoleh
keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari
pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah.
13

h. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima


sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut.
i. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi.
j. Bagian laba yang diterima pemegang polis.
k. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi.
1. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Pada akhir tahun buku yang beijalan, penghasilan bruto dikurangi dengan
pengurang-pengurang yang diperkenankan sehingga diperoleh penghasilan netto
(penghasilan kena pajak). Penghasilan netto atau penghasilan kena pajak yang
telah diperoleh dikalikan dengan tarif pajak penghasilan pasal 17 sehingga
dihasilkan pajak penghasilan terntang.
Tarif pajak yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak diatur dalam
Undang-undang No. 17 tahun 2000 Pasal 17, yang menyatakan bahwa: Tarif
pajak yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib pajak badan dalam
negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagi berikut dengan lapisan Penghasilan
Kena Pajak atau Tarif Pajak:
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%
Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000,00 15%
DiatasRp. 100.000.000,00 30%

2.2.3 Paiak Penghasilan Pasal 23


Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pajak penghasilan yang dipotong
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong pajak penghasilan pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintahan atau subjek pajak dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
14

dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sesuai dengan UU pajak
penghasilan tahun 2001, Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:
a. Dividen dengan nama dan dalam bentuk sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 4 ayat (1) huruf g sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bagian
2.2.2., termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil koperasi.
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jam man
pengembalian hutang sebagimana yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf
f.
c. Royalti.
d. Hadiah dan penghargaan yang diterima perusahaan atau badan atau
penyelenggara kegiatan yang belum dipotong PPh pasal 21 (yang diterima
oleh WP Badan).
e. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
f. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta bergerak.
g. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain yang belim dipotong PPh pasal 21.

Pemotongan pajak sebagaimana yang telah disebutkan diatas tidak


dilakukan atas hal ini sesuai dengan UU pajak penghasilan tahun 2001:
a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
b. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan perkumpulan
firma dan kongsi.
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai wajib pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
- Bagi PT, BUMN/D yang menerima dividen , kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal
15

yang disetor dan hams mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan


saham tersebut.
d. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi.
e. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama
lima tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.
g. Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan keputusan
Menkeu yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
f. Sisa hasil koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
Objek pajak penghasilan pasal 23 yang dikenakan pemotongan
sebagaimana telah disebutkan diatas ditentukan saat terutang, penyetoran dan
pelaporan PPh pasal 23 adalah sebagai berikut:
a. PPh pasal 23 terutang pada akhir bulan saat dilakukannya pembayaran atau
pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
b. PPh pasal 23 harus disetorkan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak (misal untuk bulan Januari
disetor paling lambat 10 Pebruari, bila bertepatan dengan hari libur boleh
disetor tanggal 11).
c. Pemotongan pajak penghasilan pajak pasal 23 wajib memberi tanda bukti
pemotongan kepada orang pribadi yang dibebani membayar PPh 23 yang
dipotong.

2.2.3.1 Perlakuan Paiak Penghasilan Pasal 23


Dalam pembagian dividen pada suatu badan usaha atau perusahaan
terdapat tiga tanggal untuk dipertimbangkan, yaitu:
a. Tanggal pengumuman, pada tanggal ini, dewan direksi perseroan secara formal
menyetujui dan mengeluarkan pengumuman dividen.,
b. Tanggal pencatatan, pada tanggal pencatatan ini disiapkan daftar pemegang
saham saat itu yang akan menerima dividen, tanpa memandang penjualan atau
pembelian saham setelah tanggal pencatatan tersebut.
16

c. Tanggal Pembayaran, pada tanggal pembayaran dividen tunai atau properti,


kewajiban yang dicatat pada tanggal pengumuman didebet dan akun aktiva
yang bersangkutan dikredit.
Dividen resmi terutang oleh badan usaha pada saat resmi dilakukan
pengumuman pembagian dividen. Untuk tujuan pemajakan, sesuai dengan
ketentuan pasal 23, dengan terutangnya dividen itu maka terutang pula PPh Pasal
23.
a. Dividen Tunai
Dividen tunai merupakan bentuk umum dari distribusi kepada pemegang
saham. Dividen tunai yaitu memberikan bagian laba perusahaan kepada pemegang
saham dalam bentuk uang tunai (kas). Sebelum dividen tunai dapat dibayaikan
kepada pemegang saham biasa, setiap preferensi dividen preferen (termasuk yang
tertunggak) harus dibayarkan kepada pemegang saham prefers. Hutang dividen
diklasifikasikan lancar atau tidak lancar tergantung kepada definisi kewajiban
lancar. Umumnya hutang dividen merupakan kewajiban lancar.
Untuk mengilustrasikan dividen tunai dalam aspek peipajakannya maka,
pada 20 Desember 20xx PT ‘X7 mengumumkan akan membagi dividen sejumiah
Rp 11.000.000,00 Pada 5 Januari 20xx dividen dibayar tunai. Dividen yang
dibagikan adalah sebesar Rp. 11.000.000,00 dan pajak yang harus dibayar Rp.
11.000.000,00 * 15% = Rp. 1.650.000,00. Pencatatan dividen tunai itu sebagai
berikut.
Pengumuman dividen:
Saldo laba Rp 11.000.000,00
Hutang dividen Rp 9.350.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp 1.650.000,00
Pem bayaran dividen:
Hutang dividen Rp 9.350.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp 1.650.000,00
Kas Rp 11.000.000,00
17

b. Dividen Harta Selain Kas (Dividen Barang)


Adakalanya, dividen dibagikan dalam bentuk barang (selain kas), misalnya
sekuritas (perusahaan lain), tanah, bangunan, atau harta yang telah tersedia.
Dalam ketentuan perpajakan disebutkan bahwa nilai yang dipakai adalah nilai
pasar, apabila dinilai menurut harga pasar akan menimbulkan laba (rugi) bagi
perusahaan.
Dividen harta selain kas dapat berupa tanah atau bangunan, jika dividen
yang dibagikan berupa tanah atau bangunan maka dikenakan pajak berupa Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan diatur dalam undang-undang
No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan yang dimaksud adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan meliputi:
a. Pemindahan hak karena:
1. jualbeli;
2. tukar menukar;
3. hibah kecuali diberikan kepada saudara yang mempunyai hubungan darah
lurus satu derajat;
4. hibah wasiat kecuali diberikan kepada saudara yang mempunyai hubungan
darah lurus satu derajat;
5. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
6. pemisahan hak yang mengakibatkan perlaihan;
7. penunjukkan pembeli dalam lelang;
8. pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;
9. hadiah.
b. Pemberian hak barn karena:
1. kelanjutan pelepasan hak;
2. diluar pelepasan hak.
Tarif pajak BPHTP ditetapkan sebesar 5%. Nilai perolehan objek pajak
18

didasarkan pada tigajenis harga yaitu:


a. Harga transaksi adalah harga yang teijadi dan telah disepakati oleh piliak-
pihak yang bersangkutan untuk transaksi jual beli, dan menunjukkan pembeli
dalam lelang.
b. Harga nilai pasar objek pajak adalah harga rata-rata dari transaksi jual beli
secara wajar yang teijadi disekitar letak tan ah dan bangunan. Dalam hal tukar
menukar kedua belah pihak dikenakan pajak Harga pasar ini untuk tukar
menukar, hibah, pemberian hak barn, dan lain-lain
c. Nilai Jual Objek Pajak PBB, apabila nilai perolehan objek pajak tidak
diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB.

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak


Nilai perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Tidak Kena Pajak adalah
Rp 30.000.000,00 dan nilai tertinggi yang diijinkan pemerintah adalah Rp
60.000.000,00 selain warisan dan hibah wasiat. Nilai Perolehan Tidak Kena Pajak
ini dapat berubah sesuai dengan peraturan pemerintah.

Cara Perhitungan BPHTP:


Nilai Perolehan Objek Pajak................................................................... xxxx
Dikurangi

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak kena Pajak....................................... xxxx

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak................................................ xxxx

Tarif Pajak: 5% * Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak....................xxxx

Kalau pada contoh ini dividen tidak dibayar tunai, tetapi dilunasi dengan
penyerahan sekuritas PT ‘B’ yang mempunyai nilai nominal Rp 10.000.000,00
dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105) maka pencatatan
berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut
Investasi sekuritas di PT B Rp. 500.000,00
19

Laba atas investasi sekuritas Rp. 500.000,00


Saldo Laba Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen Rp. 11.000.000
Pem bayaran dividen:
Hutang dividen Rp. 11.000.000,00
Investasi sekuritas PT B Rp. 11.000.000,00

Karena tidak melibatkan aliran uang maka terdapat tiga kemungkinan


dalam pembayaran pajak pembagian dividen, dividen yang dibagikan sebesar
Rp 11.000.000,00. Pajak sebesar Rp. 11.000.000,00 * 15% = Rp. 1.650.000,00
dapat dilakukan pemotongan PPh pasal 23 melalui:
Pemegang saham diminta menyetorkan kepada perusahaan
Kas Rp. 1.650.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Penyetoran P ajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00
Perusahaan memberikan pembayaran pendahuiuan dan mencatatnya
sebagai piutang.
Piutang kepada Pemegang saham Rp. 1.650.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00
Pelunasan piutang oleh pemegang saham
Kas Rp. 1.650.000,00
Piutang pemegang saham Rp. 1.650.000,00
Perusahaan dapat menganggap sebagai beban perusahaan yang m enurut
ketentuan perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan (kena
pajak)
20

Beban Pajak Rp. 1.650.000,00


Hutang PPH Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00

c. Dividen Surat Hutang (Script Dividend)


Dengan alasan likuiditas, perusahaan dapat membagikan dividen dalam
bentuk obligasi, promes, atau surat hutang lainnya (.script dividend). Apabila atas
hutang dividen surat hutang dibayar bunga maka pembayaran itu merupakan biaya
perusahaan.
Untuk mengilustrasikan dividen surat hutang, PT ‘A’ membayar dividen
tahun yang beijalan sebesar Rp 11.000.000,00 dengan surat hutang kepada
pemegang saham. Bunga yang diberikan kepada pemegang saham oleh PT ‘A’
atas terbitnya surat hutang tersebut adalah 10%. Jatuh tempo surat hutang tersebut
selama satu tahun. Berikut adalah ayat-ayat jumalnya.

Pengumuman dividen:
Laba ditahan Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen surat hutang Rp. 11.000.000,00
Pem bayaran dividen:
Hutang dividen surat hutang Rp. 11.000.000,00
Biaya Bunga dividen surat hutang Rp. 1.100.000,00
Kas Rp. 12.100.000,00

Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan juga dikenakan pajak penghasilan


pasal 23 Undang-undang no 17 tahun 2000, yang menyatakan baliwa bunga atas
imbalan karena jaminan pengembalian utang dikenakan pajak sebear 15% (lima
belas persen) dari jumlah bruto yang dibayarkan.
21

Karena tidak melibatkan aliran uang maka terdapat tiga kemungkinan


yang dapat teijadi dalam pemenuhan pemotongan pasal 23 atas dividen dan bunga
sebesar Rp. 12.100.000,00 * 15% = Rp. 1.815.000,00, yang dibayarkan oleh
perusahaan adalah:
Pemegang saham diminta menyetorkan kepada perusahaan.
Kas Rp. 1.815.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Kas Rp. 1.815.000,00
Perusahaan memberikan pembayaran pendahuluan dan mencatatnya
sebagai piutang
Piutang pemegang saham Rp. 1.815.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Pelunasan piutang oteh pemegang saham
Kas Rp. 1.815.000,00
Piutang pemegang saham Rp. 1.815.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Kas Rp. 1.815.000,00
Perusahaan dapat menganggap sebagai beban perusahaan yang m enurut
ketentuan perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan (kena
pajak)
Beban Pajak Rp. 1.815.000,00
Hutang PPH Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.815.000,00
Kas Rp. 1.815.000,00
22

d. Dividen Saham
Saham yang dibagi dapat berasal dari saham dalam propetel, percetakan
baru, atau treasury stock. Pada umumnya, dividen tidak dibagikan kepada
pemegang treasury stock yang berupa perusahaan sendiri, melainkan kepada para
pemegang saham. Perkiraan saldo laba didebet dengan nilai pasar saham dan
selisih antara harga perolehan dan nilai pasar merupakan agio (atau disagio).
Dalam pembagian dividen ini harus dicatat sesuai dengan harga pasar saham
perusahaan. Pembagian dividen ini hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang
telah menjual sahamnya di bursa efek, karena perusahaan tersebutlah yang telah
mempunyai harga pasar saham yang akan dibagikan.
Sebagai contoh PT X membagikan dividen yang berupa saham perusahaan
dengan harga pasar Rp. 11.000.000,00. Harga perolehan saham itu Rp
10.500.000,00. Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan:
Saldo laba Rp. 11.000.000,00
Saham P T “X” Rp. 10.500.000,00
Agio saham Rp. 500.000,00
PPh pasal 23 yang dipotong oleh perusahaan sebesar jumlah dividen yang
dibagikan oleh perusahaan. Karena tidak melibatkan arus uang maka terdapat tiga
kemungkinan yang dapat teijadi dalam pemenuhan pemotongan pasal 23 sebesar
Rp. 11.000.000,00 * 15% adalah:
Pemegang saham diminta menyetorkan kepada perusahaan.
Kas Rp. 1.650.000,00
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00

Perusahaan memberikan pem bayaran pendahuluan dan mencatatnya


sebagai piutang
23

Piutang pemegang saham 1.650.000,00


Rp. l.f
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Pelunasan piutang oleh pemegang saham
Kas Rp. 1.650.000,00
Piutang pemegang saham Rp. 1.650.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00
Perusahaan dapat menganggap sebagai beban perusahaan yang menurut
ketentuan perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan (kena
pajak)
Beban Pajak Rp. 1.650.000,00
Hutang PPH Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Penyetoran Pajak PPh Pasal 23:
Hutang PPh Pasal 23 Rp. 1.650.000,00
Kas Rp. 1.650.000,00

2.3 Distribusi Laba Secara Akuntansi


2.3.1 Definisi Laporan Keuangan
Akuntansi menurut Kieso dapat didefinisikan dengan baik dengan
memperhatikan tiga karakteristik penting yang melekat yaitu pengidentifikasian,
pengukuran dan pengkomunikasian laporan keuangan, kesatuan entitas ekonomi,
dan pihak pihak yang berkepentingan. Akuntansi juga dapat didefinisikan dengan
suatu kegiatan jasa yang fungsinya untuk menyediakan data kuantitatif, terutama
yang mempunyai sifat keuangan, dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dalam memilih
aktematif dari suatu keadaan. (Kieso 1998:3)
Menurut PSAK pembuatan laporan keuangan mempunyai tujUan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. (1999:3)
24

Komponen-komponen laporan keuangan saling terkait karena


mencerminkan aspek-aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa
lain yang sama. Komponen laporan keuangan yang akan dibahas adalah neraca
dan laporan laba rugi, karena dari kedua laporan ini dapat dilihat distribusi laba
yang dilakukan oleh perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran
posisi keuangan atau yang lebih dikenal dengan neraca menurut PSAK (1999:9)
adalah:
a. aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagi akibat dari
peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh oleh perusahaan,
b. kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perushaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c. ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan
laba rugi adalah:
a. penghasilan menurut definisi PSAK (1999:12) meliputi pendapatan maupun
keuntungan. Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fee), bunga, dividen, royalti dan sewa.
b. beban menurut definisi PSAK (1999:13) mencakupi baik kerugian maupun
beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan biasa. Beban yang
timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya
beban pokok penjualan, gaji, dan penyusutan. Beban tersebut biasanya
berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas),
persediaan dan aktiva tetap.
25

2.3.2 Karakteristik Laba Ditahan


Laba ditahan merupakan akumulasi laba bersih atau rugi bersih
perusahaan (termasuk penyesuaian periode sebelumnya) dikurangi akumulasi
dividen tunai, dividen properti, dividen saham, dan jumlah lainnya yang ditransfer
ke akun modal disetor. Jika akumulasi kerugian dan distribusi laba ditahan
melebihi akumulasi laba, maka akun teijadi defisit ( yang ditandai dengan saldo
debet) pada laba ditahan. Pos-pos berikut mempengaruhi laba ditahan:
a. Penurunan Laba Ditahan (debet), terdiri dari:
1. Kerugian bersih (termasuk kerugian luar biasa)
2. Penyesuaian periode seblumnya (koreksi kesalahan akuntansi pada periode
sebelumnya).
3. Dividen tunai.
4. Dividen properti.
5. Dividen surat hutang.
6. Dividen saham.
7. Transaksi saham tresuri dan penarikan saham.
b. Kenaikan Laba Ditahan (kredit), terdiri dari:
10. Laba bersih (termasuk keuntungan luar biasa).
11. Penyesuaian periode sebelumnya (koreksi kesalahan akuntansi pada
periode sebelumnya).
12. Penghapusan defisit dengan kuasi reorganisasi.

2.3.3 Sifat Dividen


Dividen merupakan distribusi laba kepada pemegang saham dalam bentuk
aktiva atau saham perusahaan penerbit. Dividen menyebabkan kredit pada akun
yang merupakan pos-pos yang didistribusikan (kas, aktiva nonkas, atau modal
saham) dan debet bagi laba ditahan. Jen is dividen adalah sebagai berikut:
Paling umum:
26

a. Dividen tunai (pembayaran kas)


b. Dividen properti (pembayaran aktiva nonkas)
c. Dividen saham (pembayaran saham perseroan)
Khusus:
d. Dividen likuidasi (peegembalian modal disetor)
e. Dividen surat hutang/wesel (pembentukan kewajiban dengan
mengumumkan dividen yang akan dibayarkan pada tanggal
tertentu di masa depan)

2.3.5 Jenis-ienis Dividen


2.3.5.1 Dividen Tunai
Dividen tunai merupakan bentuk umum dari distribusi kepada pemegang
saham. Sebelum dividen tunai dapat dibayarkan kepada pemegang saham biasa,
setiap preferensi dividen preferen (termasuk yang tertunggak) harus dibayarkan
kepada pemegang saham preferen.
Untuk mengilustrasikan dividen tunai, asumsikan dewan direksi PT X,
pada pertemuan tanggal 20 Desember 20xx, mengumumkan dividen sebesar
Rp. 11.000.000,00.
Pada tanggal pengumuman (20 Desember 20xx):
Saldo laba* Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen tunai Rp. 11.000.000,00
* Atau dividen tunai yang diumumkan, yang akan ditutup ke laba ditahan.
Pada tanggal pencatatan:
Tidak ada ayat jumal, Daftar penerima dividen disiapkan pada tanggal ini.
Pada tanggal pembayaran
Hutang dividen tunai Rp. 11.000.000,00
Kas Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen diklasifikasikan sebagai hutang lancar atau tidak lancar
tergantung pada definisi kewajiban lancar. Umumnya, hutang dividen merupakan
hutang lancar.
27

2.3.5.2 Dividen Properti


Perseroan terkadang membayar dividen dengan aktiva nonkas, yang
disebut dividen properti atau dividen beragam. Properti dapat berupa sekuritas
perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap
aktiva nonkas lainnya yang ditetapkan oleh dewan direksi. Dividen properti
dicatat pada nilai pasar saat ini aktiva yang ditransfer sesuai dengan APB Opinion
No.29, “Accounting for Non Monetary Transaction.” Jika nilai buku properti yang
akan didistribusikan sebagai dividen berbeda dengan nilai pasamya pada tanggal
pengumuman, maka perseroan mengakui kerugian atau keuntungan pelepasan
aktiva pada tanggal pengumuman. Kebanyakan dividen properti dibayarkan
dengan sekuritas perusahaan lain yang dipegang sebagi investasi. Dividen properti
seperti ini mencegah masalah pembagian yang mungkin teijadi dalam kebanyakan
aktiva nonkas lainnya.
Altematif untuk transaksi dividen properti adalah spin-off, yaitu distribusi
saham yang secara keseluruhan atau sebagian dimiliki oleh perusahaan anak
kepada pemegang saham.
Untuk mengilustrasikan dividen properti, PT ‘A’ tidak membayar dividen
secara tunai, tetapi dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT ‘B’ yang mempunyai
nominal Rp 10.000.000,00 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105),
maka pencatatan yang dilakukan nilai pasar.

Pada tanggal pengumuman:


Investasi sekuritas PT B Rp. 500.000,00
Laba atas investasi sekuritas Rp 500.000,00
Laba ditahan Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen properti Rp.11.000.000.00
Pada tanggal distribusi (pembayaran):
Hutang dividen properti Rp. II .000.000,00
Investasi sekuritas PT B Rp 11.000.000,00
28

2.3.5.3 Dividen Surat hutang/Wesel


Suatu perseroan yang mengalami kekurangan kas untuk sementara dapat
menerbitkan dividen surat hutang agar dapat melanjutkan kebijakan dividennnya
Dividen surat hutang (juga disebut dividen kewajiban) berbentuk wesei promes,
yang disebut script. Pengumuman surat hutang biasanya dalam waktu yang relatif
lama (enam bulan hingga satu satu) akan terbentang antara pengumuman dan
pembayaran. Pemegang saham dapat memegang surat hutang tersebut sampai
tanggal jatuh tempo dan menerima dividen atau menjualnya untuk segera
memperoleh kas. Penerbitan surat hutang menyatakan tanggal jatuh tempo dan
suku bunga.
Untuk mengilustrasikan dividen surat hutang, PT ‘A’ membayar dividen
tahun yang beijalan sebesar Rp 11.000.000,00 dengan surat hutang kepada
pemegang saham. Bunga yang diberikan kepada pemegang saham oleh PT ‘A’
atas terbitnya surat hutang tersebut adalah 10%. Jatuh tempo surat hutang tersebut
selama satu tahun. Berikut adalah ayat-ayat jumalnya.
Pada tanggal pengumuman:
Laba ditahan Rp. 11.000.000,00
Hutang dividen surat hutang Rp. 1.000.000,00
Pada tanggal pembayaran surat hutang:
Hutang dividen surat hutang Rp. 11.000.000,00
Beban bunga Rp. 1.100.000,00
Kas Rp. 12.100.000,00

2.3.5.4 Dividen Saham


Dividen saham merupakan distribusi proporsional atas tambahan saham
biasa atau saham preferen perseroan kepada para pemegang saham. Ini bukan
merupakan dividen yang sebenamya, karena tidak ada distribusi aktiva kepada
pemegang saham. Dividen saham tidak mengubah aktiva, kewajiban, atau total
ekuitas pemegang saham perusahaan penerbit. Hal ini juga tidak menguah
proporsi kepemilikan setiap pemegang saham. Dividen saham hanya akan
29

menambah jumlah saham, yang biasanya diikuti oleh transfer dari jumlah laba
ditahan ke akun modal disetor (modal saham dan agio saham), sehingga
mengubah jumlah modal disetor dan laba ditahan. Total ekuitas pemegang saham
tidak berubah.
Dividen saham dapat diterbitkan dari saham tresuri ataupun saham yang
belum diterbitkan. Jika dividen saham merupakan saham yang sama dengan yang
dimilki penerima, maka ia disebut saham biasa. Jika saham merupakan jenis yang
berbeda dengan yang dimilki pemegang saham, maka disebut dividen saham
khusus (misalnya saham preferen yang diterbitkan kepada pemegang saham
biasa).
Sebagai contoh PT ‘X’ membagikan dividen yang berupa saham
perusahaan itu dengan nilai pasar Rp 11.000.000,00. Harga perolehan saham itu
Rp. 10.500.000,00. Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan:
Saldo laba Rp 11.000.000,00
Saham PT “X” Rp. 10.500.000,00
Agio saham Rp 500.000,00

Anda mungkin juga menyukai