Anda di halaman 1dari 55

pemindahan wajib

pajak
dan
penetapan wajib
pajak sebagai wajib
pajak non efektif
Dosen : Clara Yulyy Diana Ekaristi SE., M., Acc
1
ANGGOTA KELOMPOK 3
1. maulida r.z 40011421650282
2. laila a.a 40011421650283
3. lionny d.k 40011421650284
4. azkia n.a 40011421650285
5. razzaq r.j 40011421650286
6. tasya h.s 40011421650287
7. asep n 40011421650288
8. agnes c.e 40011421650289
9. hardilla d.i.p 40011421650292
AKUTANSI PERPAJAKAN -
KELAS E
PEMINDAH
AN
wajib pajak
3
Pemindahan
wajib pajak
• Pemindahan pajak berlaku apabila wajib pajak pindah
tempat tinggal atau tempat kedudukan wilayah kerja KPP
lainnya.

4
Dasar hukum
          Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ./2001
tanggal 21 Februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

5
Pihak yang Terkait

Petugas Tempat
Kepala Seksi Pelaksana Seksi
Pelayanan Terpadu
Pelayanan (TPT) Pelayanan

Kantor Pelayanan
Wajib Pajak Pajak lama

6
Formulir yang Digunakan

Lembar
Formulir Surat Pengawasan Arus
Pendaftaran dan
Perubahan Data Pindah Dokumen (LPAD)
Wajib Pajak

7
Dokumen yang Dihasilkan

Bukti
Penerimaan Kartu NPWP
01. Surat (BPS) 02.

Surat Surat
Keterangan Pemberitahuan
03. Terdaftar (SKT) 04. Pernyataan
Pindah

8
Permohonan Pemindahan Diajukan dengan
2 Cara
SECARA SECARA MANUAL
ELEKTRONIK
1. Wajib Pajak mengisi formulir pemindahan Wajib 1. YWajib Pajak menyampaikan permohonan
Pajak pada aplikasi e-registration pada secara tertulis ke KPP Lama dengan mengisi
laman http://www.pajak.go.id dan menandatangani dilengkapi dengan
2. Wajib Pajak mengirimkan dokumen yang dokumen yang disyaratkan.
disyaratkan ke KPP lama yang dapat dilakukan 2. Penyampaian permohonan dapat dilakukan
dengan mengunggah (upload) softcopy dokumen secara langsung ke KPP Lama atau melalui
melalui aplikasi e-registration atau KP2KP, melalui pos, atau melalui perusahaan
3. Mengirimkan dengan menggunakan Surat jasa ekspedisi atau jasa kurir.
Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani KPP Lama akan memberikan keputusan terhadap
permohonan Wajib Pajak dalam jangka waktu 5 hari
Dokumen yang disyaratkan harus sudah diterima KPP kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan
Lama dalam jangka waktu 14 hari setelah permohonan
pemindahan secara elektronik.
.

9
Keputusan KPP Lama dapat berupa

1. Menerima Permohonan Wajib Pajak.


2. Menolak Permohonan Wajib Pajak.
3. Pemindahan Wajib Pajak tidak dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan verifikasi dalam
rangka penerbitan surat ketetapan pajak, pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, atau penyidikan.
4. Dalam hal Wajib Pajak yang mengajukan pindah sedang dilakukan verifikasi dalam rangka penerbitan surat
ketetapan pajak atau pemeriksaan, KPP Lama segera menyelesaikan proses yang sedang berjalan sesuai
dengan tata cara verifikasi atau
5. KPP Lama memindahkan Wajib Pajak yang telah selesai dilakukan verifikasi dalam rangka penerbitan surat
ketetapan pajak
6. Dalam hal surat ketetapan pajak tersebut berupa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, KPP Lama memindahkan
Wajib Pajak setelah KPP Lama menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.

10
YANG TIDAK TERMASUK RUANG LINGKUP
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK

● Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak orang pribadi dengan NPWP 3 (tiga) digit terakhir selain 000
● Atas pemindahan tempat kegiatan usaha (NPWP selain 000 (berstatus sebagai cabang) ini, maka diproses oleh:
a) KPP Baru untuk diberikan NPWP baru melalui prosedur kerja Pendaftaran dan Pemberian NPWP; dan
b) KPP Lama dalam rangka penghapusan NPWP melalui prosedur kerja Penghapusan NPWP.
c) Apabila Wajib Pajak yang memindahkan atau berganti tempat kegiatan usaha (NPWP selain 000 (berstatus sebagai cabang) ke
wilayah kerja KPP lain berstatus PKP, maka diproses oleh:
d) KPP Baru untuk dikukuhkan sebagai PKP baru melalui prosedur kerja Pengukuhan PKP; dan KPP Lama dalam rangka
pencabutan pengukuhan PKP melalui prosedur kerja Pencabutan Pengukuhan PKP.

11
MEMUTUSKAN:

Menetapkan
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
TENTANG TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB
PAJAK TERDAFTAR DAN/ATAU PENGUSAHA
KENA PAJAK TERDAFTAR DARI KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA SEHUBUNGAN
DENGAN PERUBAHAN TEMPAT TINGGAL
ATAU TEMPAT KEDUDUKAN DAN/ATAU
TEMPAT KEGIATAN USAHA.

12
Pasal 1

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
2. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar daerah pabean.
3. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan perubahannya.
4. Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena
Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha KPP Madya dan telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disingkat dengan KPP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak
yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah, yang jenisnya terdiri atas:
a) Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar;
b) Kantor Pelayanan Pajak Madya; dan 
c) Kantor Pelayanan Pajak Pratama

13
Pasal 1

6666. Kantor Pelayanan Pajak Madya yang selanjutnya disebut KPP Madya adalah salah satu jenis KPP di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang nama, lokasi, dan wilayah kerjanya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang selanjutnya disebut KPP Pratama adalah salah satu jenis KPP di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang nama, lokasi, dan wilayah kerjanya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
8. Kantor Pelayanan Pajak Lama yang selanjutnya disebut dengan KPP Lama adalah KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar dan/atau dikukuhkan sebelum Wajib Pajak terdaftar dan/atau dikukuhkan di KPP Baru.
9. Kantor Pelayanan Pajak Baru yang selanjutnya disebut dengan KPP Baru adalah KPP yang menerima pemindahan
Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dari KPP Lama.
10. Pemindahan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan memindahkan administrasi perpajakan
Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha KPP Lama ke tata usaha KPP Baru, karena alasan
pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha.
11. Permohonan pindah adalah permohonan yang dibuat oleh Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dengan
cara mengisi Formulir Perubahan Data dan Wajib Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data dan
Pengusaha Kena Pajak Pindah yang disampaikan kepada KPP Lama untuk memberitahukan dan memohon
perubahan tempat terdaftar karena alasan pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha.

14
Pasal 1

12. Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP.
13. Kantor Wilayah Lama adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP Lama.
14. Kantor Wilayah Baru adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahi KPP Baru.
15. Surat Keputusan Pemindahan adalah surat keputusan yang menyatakan pemindahan Wajib Pajak terdaftar dari
KPP Lama ke KPP Baru yang diterbitkan oleh KPP Lama.
16. Surat Keterangan Terdaftar yang selanjutnya disingkat dengan SKT adalah surat keterangan yang diterbitkan
oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai pemberitahuan bahwa Wajib Pajak terdaftar pada KPP tertentu yang
berisikan antara lain Nomor Pokok Wajib Pajak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
17. Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disingkat dengan NPWP adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 
18. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya disebut dengan Kartu NPWP adalah kartu yang diterbitkan
oleh KPP yang berisikan NPWP dan identitas lainnya
19 Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disingkat dengan SPPKP adalah surat yang
diterbitkan oleh KPP yang berisikan identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak

15
Pasal 1

20. Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak yang selanjutnya
disebut Surat Pencabutan SKT dan Penghapusan NPWP adalah surat keterangan yang diterbitkan oleh KPP
yang menyatakan pencabutan Wajib Pajak terdaftar dan penghapusan NPWP dari tata usaha KPP.
21. Surat Pencabutan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut Surat Pencabutan SPPKP
adalah surat yang diterbitkan oleh KPP yang menyatakan pencabutan Pengusaha Kena Pajak  dari tata usaha
KPP.
22. Kuasa adalah orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib Pajak untuk menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
23. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan yang selanjutnya disingkat dengan KP2KP adalah
instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala KPP Pratama.

16
Pasal 2

● Dalam hal Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak Terdaftar pindah tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP Madya lain atau KPP Pratama, Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dimaksud
wajib mengajukan permohonan pindah ke KPP Lama
● Dalam hal Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak Terdaftar pada KPP Badan dan Orang Asing pindah tempat
tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha ke luar wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Wajib Pajak
dan/atau Pengusaha Kena Pajak dimaksud wajib mengajukan permohonan pindah ke KPP Lama
● Permohonan pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diajukan dengan syarat :
a) mengisi Formulir Perubahan Data dan Wajib Pajak Pindah dan/atau Formulir Perubahan Data dan Pengusaha Kena Pajak;
b) melampirkan fotokopi Akta Notaris pendirian perusahaan dan perubahan terakhir, fotokopi Tanda Daftar Perusahaan terakhir,
dan surat keterangan tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa, bagi Wajib Pajak badan;
c) melampirkan surat keterangan tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha yang baru dari instansi yang berwenang sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa, bagi Wajib Pajak orang pribadi.

17
Pasal 3

● Dalam hal tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar yang baru berada di dalam wilayah kerja suatu KPP Madya lain, administrasi perpajakan Wajib Pajak dan/atau
Pengusaha Kena Pajak dimaksud selanjutnya dipindahkan ke KPP Madya lain dimaksud
● Dalam hal tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak
Terdaftar yang baru tidak berada di dalam wilayah kerja suatu KPP Madya, administrasi perpajakan Wajib Pajak dan/atau
Pengusaha Kena Pajak selanjutnya dipindahkan ke KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan dan/atau
tempat kegiatan usaha baru tersebut.
● Dalam hal Wajib Pajak Terdaftar dan/atau Pengusaha Kena Pajak Terdaftar yang mengajukan permohonan pindah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) adalah Wajib Pajak orang pribadi, administrasi perpajakan Wajib Pajak
dan/atau Pengusaha Kena Pajak dimaksud selanjutnya dipindahkan ke KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha baru tersebut.

18
Pasal 4 & 5
Pasal 4
● Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2), KPP Lama wajib menerbitkan Surat
Keputusan Pemindahan yang ditandatangani oleh Kepala KPP Lama atas nama Direktur Jenderal Pajak, paling lama 1 (satu)
hari kerja terhitung sejak syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) diterima secara lengkap
● Surat Keputusan Pemindahan yang diterbitkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Wajib Pajak dan
salinannya disampaikan kepada:
● Direktur Jenderal Pajak;
a) Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak;
b) Kepala Kantor Wilayah Baru;
c) Kepala Kantor Wilayah Lama; dan
d) Kepala KPP Baru
● Penetapan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak terdaftar pada KPP Lama berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak tidak berlaku lagi bagi Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang mengajukan permohonan pindah sejak saat
berlakunya Surat Keputusan Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
● Bentuk Surat Keputusan Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini
Pasal 5
● Saat mulai terdaftar bagi Wajib Pajak pada KPP Baru adalah sejak tanggal diterbitkannya SKT oleh KPP Baru.
19
Pasal 6

● KPP Baru wajib menerbitkan SKT, Kartu NPWP, dan/atau SPPKP paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya
Surat Keputusan Pemindahan.
● SKT, Kartu NPWP, dan/atau SPPKP yang diterbitkan KPP Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Wajib Pajak dan ditembuskan ke KPP Lama paling lama pada hari kerja berikutnya setelah diterbitkan
● KPP Lama menerbitkan Surat Pencabutan SKT dan Penghapusan NPWP dan/atau Surat Pencabutan SPPKP paling lama 1
(satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya tembusan SKT dan Kartu NPWP dan/atau SPPKP dari KPP Baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
● Surat Pencabutan SKT dan Penghapusan NPWP dan/atau Surat Pencabutan SPPKP yang diterbitkan KPP Lama sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Wajib Pajak paling lama pada hari kerja berikutnya setelah diterbitkan.
● Pasal 7

20
Pasal 7
● Dalam hal terjadi pemindahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, KPP Lama harus mengirim berkas Wajib
Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan berikut uraian singkat mengenai hal yang dianggap perlu
ke KPP Baru yang isinya antara lain:

a) jumlah tunggakan pajak yang masih harus ditagih;


b) tindakan penagihan yang telah dilaksanakan atas tunggakan pajak; dan
c) permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau keberatan Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak
yang belum diselesaikan.

21
Pasal 8 & 9

Pasal 8 Pasal 9
1. dDalam hal permohonan pindah diajukan oleh 1. Tata cara pemindahan Wajib Pajak Terdaftar
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar, KPP Baru dan/atau Pengusaha Kena Pajak Terdaftar
harus melakukan konfirmasi lapangan untuk adalah sebagaimana ditetapkan dalam
membuktikan kebenaran alamat Pengusaha Kena Lampiran II yang merupakan bagian yang
Pajak. tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur
2. Pada saat melakukan konfirmasi lapangan Jenderal Pajak ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPP Baru 2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
dapat meminta dokumen kepada Wajib Pajak PER-44/PJ/2008 tentang Tata Cara
dan/atau Pengusaha Kena Pajak Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
3. Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak dan/atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
harus memberikan dokumen sebagaimana Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak
dimaksud pada ayat (2). dan/atau Pengusaha Kena Pajak.
4. Hasil konfirmasi lapangan dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Konfirmasi Lapangan.

. 22
PASAL 10

Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku sejak tanggal


ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia

23
PASAL 20 PER-04/PJ/2020
1. Berdasarkan permohonan pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar yang telah diberikan BPE sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (3) huruf a atau BPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) huruf a, Kepala KPP Lama melakukan
penelitian bahwa tempat tinggal atau tempat kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya tidak berada lagi di wilayah kerja
KPP Lama.
2. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala KPP Lama memberikan keputusan berupa: a.
mengabulkan permohonan Wajib Pajak dengan menerbitkan Surat Pindah; atau b. menolak permohonan Wajib Pajak dengan
menerbitkan Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Dipindah.
3. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah: a. penerbitan BPE
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) huruf a; atau b. penerbitan BPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
(3) huruf a.
4. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah terlampaui dan Kepala KPP Lama tidak menerbitkan
keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Kepala KPP Lama harus menerbitkan Surat Pindah paling
lama 1 (satu) hari kerja setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terlampaui.
5. Kepala KPP Lama menyampaikan Surat Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kepada Wajib Pajak dan
ditembuskan ke KPP Baru: a) Secara elektronik melalui alamat surel (email). b) Secara langsung. c) Melalui pos dengan bukti
surat. d) Melaluiperusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan buktipengiriman

24
PASAL 20 PER-04/PJ/2020

6. Kepala KPP Lama dapat melakukan pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar secara jabatan dengan
menerbitkan Surat Pindah berdasarkan penelitian KPP Lama atau KPP Baru bahwa tempat tinggal atau tempat
kedudukan menurut keadaan yang sebenarnya tidak berada lagi di wilayah kerja KPP Lama.
7. Kepala KPP Lama menyampaikan Surat Pindah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Wajib Pajak serta
ditembuskan ke KPP Baru: a) Secara elektronik melalui alamat surel (email). b) Secara langsung. c) Melalui
pos dengan bukti surat. d) Melaluiperusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan buktipengiriman
8. Berdasarkan tembusan Surat Pindah dari KPP Lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5) dan Pasal
21 ayat (2), Kepala KPP Baru
a) Menerbitkan Kartu NPWP, paling lama 1 (satu) hari kerja setelah Surat Pindah diterima KPP Baru; dan/atau
b) melakukan penelitian lapangan dalam rangka menguji kebenaran tempat kegiatan usaha, dalam hal Wajib Pajak
tersebut telah berstatus PKP dan memiliki akun PKP aktif, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah Surat
Pindah diterima oleh KPP Baru
9. Kepala KPP Baru mengirimkan Kartu NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a kepada Wajib Pajak: a)
Secara elektronik melalui alamat surel (email). b) Secara langsung. c) Melalui pos dengan bukti surat. d)
Melaluiperusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan buktipengiriman
10. Atas pemindahan Wajib Pajak yang juga berstatus sebagai PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
tidak dilakukan pencabutan pengukuhan PKP di KPP Lama.

25
PASAL 20 PER-04/PJ/2020

11. Tanggal pengukuhan PKP di KPP Baru sesuai dengan tanggal pengukuhan PKP di KPP Lama.
12. Dalam hal berdasarkan penelitian lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diketahui bahwa tempat kegiatan
usaha tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, Kepala KPP Baru melakukan Pencabutan Pengukuhan PKP.
13. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar, namun terdapat pelaksanaan hak
dan pemenuhan kewajiban perpajakan yang masih dalam proses penyelesaian di KPP Lama, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a) Wajib Pajak yang sedang dilakukan Pemeriksaan oleh KPP Lama, yang pemeriksaannya dimulai sebelum tanggal terdaftar
di KPP Baru:
■ KPP Lama menyelesaikan Pemeriksaan sampai dengan penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Nota
Penghitungan;
■ KPP Baru menerbitkan SKP berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan dan Nota Penghitungan dari KPP
Lama;
b) Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan oleh Kanwil Lama atau Direktorat Penegakan Hukum,
yang pemeriksaan bukti permulaannya dimulai sebelum tanggal terdaftar di KPP Baru, Kanwil Lama atau Direktorat
Penegakan Hukum tetap menyelesaikan pemeriksaan bukti permulaan tersebut

26
PASAL 20 PER-04/PJ/2020
c) Wajib Pajak yang sedang dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, yang proses penyidikannya dimulai
sebelum tanggal terdaftar di KPP Baru:
■ Kanwil Lama atau Direktorat Penegakan Hukum tetap menyelesaikan penyidikan; atau
■ apabila Wajib Pajak sedang dalam proses penghentian penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A
atau Pasal 44B Undang-Undang KUP, Kanwil Lama atau Direktorat Penegakan Hukum tetap menyelesaikan
penghentian penyidikan;
d) Wajib Pajak yang memiliki utang pajak pada tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, KPP Baru melakukan tindakan penagihan;
e) Wajib Pajak yang sedang mengajukan permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-Undang
KUP dan pada saat tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, KPP Lama atau Kanwil Lama belum menerbitkan keputusan:
■ KPP Lama atau Kanwil Lama membuat laporan penelitian dan konsep surat keputusan; dan
■ KPP Baru atau Kanwil Baru menerbitkan surat keputusan pembetulan, sesuai kewenangannya;
f) Wajib Pajak yang sedang mengajukan permohonan keberatan dan pada saat tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, Kanwil
Lama belum menerbitkan keputusan:
■ Kanwil Lama membuat laporan penelitian dan konsep keputusan keberatan; dan
■ Kanwil Baru menerbitkan keputusan keberatan;

27
PASAL 20 PER-04/PJ/2020
g) Wajib Pajak yang sedang mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang KUP dan pada saat
tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, Kanwil Lama belum menerbitkan keputusan:
■ Kanwil Lama membuat laporan penelitian dan konsep keputusan; dan
■ Kanwil Baru menerbitkan keputusan;
h) KPP Lama belum melaksanakan:
■ surat keputusan berdasarkan Pasal 16, Pasal 26, dan/atau Pasal 36 Undang-Undang KUP;
■ Putusan Pengadilan Pajak atas Banding atau Gugatan yang diterima KPP Lama; atau
i) Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung yang diterima KPP Lama, sampai dengan saat tanggal terdaftar di KPP Baru, KPP
Baru melaksanakan surat keputusan dimaksud; Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak dan pada saat tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, KPP Lama belum menerbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak:
■ KPP Lama membuat Laporan Hasil Penelitian dan Nota Penghitungan; dan
■ KPP Baru menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak;

28
PASAL 20 PER-04/PJ/2020
j) Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang dan
pada saat tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, KPP Lama belum menerbitkan keputusan:
■ KPP Lama membuat Laporan Hasil Penelitian dan/atau Nota Penghitungan; dan
■ KPP Baru menerbitkan:
● surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak bahwa tidak terdapat pengembalian kelebihan pembayaran
pajak; atau
k) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
berdasarkan Pasal 17B Undang-Undang KUP dan pada saat tanggal terdaftar pada KPP Baru, KPP Lama belum menerbitkan
ketetapan pajak:
 untuk permohonan pengembalian yang jatuh temponya paling lama 6 (enam) bulan setelah tanggal terdaftar di KPP Baru:
● KPP Lama melakukan Pemeriksaan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
Undang-Undang KUP sampai dengan penyusunan Laporan Hasil Penelitian; dan
 KPP Baru menerbitkan Nota Penghitungan dan ketetapan pajak; atauuntuk permohonan pengembalian yang saat jatuh temponya
lebih dari 6 (enam) bulan setelah tanggal terdaftar di KPP Baru, dan:
● KPP Lama belum mulai melakukan Pemeriksaan, KPP Baru melakukan Pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP; atau
● KPP Lama sudah mulai melakukan Pemeriksaan, KPP Lama melanjutkan Pemeriksaan sampai dengan
penyusunan Laporan Hasil Penelitian dan Nota Penghitungan, serta KPP Baru menerbitkan ketetapan
pajak; 29
PASAL 20 PER-04/PJ/2020

l) Wajib Pajak yang telah diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar oleh KPP Lama dan KPP Lama belum menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran
Pajak pada saat tanggal mulai terdaftar di KPP Baru, KPP Baru menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak;
m) Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan pemberian imbalan bunga dan KPP Lama belum menerbitkan Surat
Keputusan Pembayaran Imbalan Bunga pada saat tanggal terdaftar di KPP Baru, KPP Baru menerbitkan Surat Keputusan
Perhitungan Pemberian Imbalan Bunga;
n) Wajib Pajak yang telah mengajukan permohonan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf m dan
KPP Lama atau Kanwil Lama belum menerbitkan keputusan pada saat tanggal terdaftar di KPP Baru karena belum jatuh
tempo: 1. KPP Lama atau Kanwil Lama menyelesaikan laporan penelitian dan konsep keputusan; dan 2. KPP Baru atau
Kanwil Baru menerbitkan keputusan.

30
PENETAPAN WAJIB
PAJAK
sebagai wajib pajak non
efektif
DEFINISI WAJIB PAJAK
NON EFEKTIF
Wajib pajak non efektif adalah status ketika wajib pajak dikecualikan
dari pengawasan administrasi rutin dan kewajiban menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT).
wajib pajak yg telah ditetapkan sebagai
wajib pajak non efektif, maka
 Tidak melaksanakan kewajiban penyampaian SPT
 Tidak diterbitkan Surat Teguran sekalipun tidak menyampaikan SPT
(terhitung sejak ditetapkan sebagai WP NE)
 Tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atas sanksi administrasi karena
tidak menyampaikan SPT (terhitung sejak ditetapkan sebagai WP NE)
 Penetapan wajib pajak sebagai wajib pajak non efektif dapat dilakukan
berdasarkan permohonan wajib pajak atau secara jabatan. Penetapan hanya
bisa dilakukan oleh KPP.

33
landasan hukum wajib pajak non efktif
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 sebagaiamana
telah diubah menjadi PER-38/PJ/2013
 Surat Edaran Drijen Pajak Nomo SE-89/PJ/2009 tentang Tata Cara
Penanganan Wajib Pajak Non Efektif

34
SIAPA YANG BISA MENJADI WAJIB PAJAK
NON EFEKTIF
Ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa membuat Anda berstatus ‘NE’ sebagai wajib
pajak. Merujuk Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013.

wajib pajak dapat dikecualikan dari pengawasan rutin oleh kantor pajak pratama (KPP)
apabila:
1. Wajib pajak orang pribadi menjalankan usaha atau pekerjaan bebas tetapi secara
nyata tidak lagi menjalankan kegiatan usaha atau tidak lagi melakukan pekerjaan bebas.
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
3. Wajib pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di luar negeri lebih
dari 183 hari dalam setahun dan tidak bermaksud meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya.
SIAPA YANG BISA MENJADI WAJIB PAJAK
NON EFEKTIF
4. Wajib pajak yang mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan belum
diterbitkan keputusan sebagai wajib pajak.
5. Wajib pajak yang tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan atau objektif
tetapi belum dilakukan penghapusan NPWP. Contohnya wajib pajak yang merupakan
bendahara pemerintah namun tidak lagi melakukan pembayaran dan belum
melakukan penghapusan NPWP.

36
SIAPA YANG BISA MENJADI WAJIB PAJAK
NON EFEKTIF
Termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Non Efekif yaitu Wajib Pajak yang tidak lagi
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif tetapi belum dilakukan penghapusan
NPWP antara lain:
1) Wajib Pajak Orang Pribadi wanita kawin yang telah memiliki NPWP yang berbeda
dengan suami dan tidak berniat melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan secara
terpisah;
2) Orang Pribadi yang memiliki NPWP sebagai anggota keluarga atau tanggungan yaitu
NPWP dengan kode cabang "001", "999", "998" dan seterusnya;
3)  Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib
Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran dan belum
dilakukan penghapusan NPWP;atau
4)  Wajib Pajak yang tidak diketahui atau ditemukan lagi alamatnya.
PENETAPAN WAJIB PAJAK NON-
EFEKTIF
Tahapan yang harus dilakukan dengan mengajukan permohonan dan harus
melampirkan surat pernyataan wajib pajak Non-Efektif beserta dokumen
pendukung yang menunjukkan bahwa wajib pajak memenuhi kriteria :

1. Apabila permohonan wajib pajak Non-Efektif sudah diterima secara lengkap.


 otoritas pajak nantinya akan mengirimkan Bukti Penerimaan Elektronik
(BPE).

2. wajib pajak akan melewati proses validasi identitas.


 Data yang divalidasi untuk wajib pajak orang pribadi antara lain seperti
NPWP, nama, NIK, alamat tempat tinggal, e-mail, nomor telepon, tahun
pajak, status, dan nominal SPT Tahunan OP terakhir yang dilaporkan.
3. Kepala KPP dan pejabat yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak melakukan penelitian terhadap
kesesuaian permohonan dengan ketentuan yang ada.
 Apabila sesuai, otoritas akan menerbitkan surat pemberitahuan penetapan wajib pajak
Non-Efektif.
 Jika tak sesuai, otoritas akan menerbitkan surat penolakan penetapan wajib pajak Non-
Efektif.

4. Adapun keputusan dari otoritas pajak tersebut diterbitkan paling lama lima hari kerja
setelah Kepala KPP atau pejabat yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak menebitkan BPE.

5. Kepala KPP atau pejabat yang ditunjuk Dirjen Pajak akan menyampaikan keputusan
melalui cara yaitu melalui e-mail yang telah terdaftar di Ditjen Pajak, langsung, pos, atau
melalui perusahaan jasa ekspedisi.
penetapan wajib paja sbg wp non efektif
dilakukan berdasarkan

penetapan wajib paja sbg wp non


efektif dpat dilakukan :
atas permohonan
secara jabatan
wajib pajak

40
berdasarkan permohonan wajib pajak
Kepala KPP berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan dapat menetapkan
Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-Efektif.

 Permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif disampaikan pada:


1) KPP tempat Wajib Pajak terdaftar
2) KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak.
 
 Persyaratanya :
a. formulir permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif;
b. surat pernyataan memenuhi kriteria Wajib Pajak Non-Efektif;
c. dokumen yang menunjukan bahwa Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagai Wajib
Pajak Non-Efektif.
berdasarkan permohonan wajib pajak
Prosedur :
Permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif dapat dilakukan secara elektronik
atau tertulis, serta dilampiri dengan dokumen yang menunjukkan bahwa Wajib Pajak
memenuhi kriteria Wajib Pajak Non-Efektif. Permohonan secara elektronik
disampaikan melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Permohonan secara tertulis disampaikan:


1) secara langsung;
2) melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
3) melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.
 
Kepala KPP memberitahukan persetujuan penetapan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak
Non-Efektif atau penolakan permohonan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-
Efektif kepada Wajib Pajak yang bersangkutan.
 
SECARA
JABATAN
Wajib Pajak dapat diusulkan untuk dilakukan penelitian administrasi perpajakan
dalam rangka Penetapan Wajib Pajak Non Efektif secara jabatan dalam hal:

1. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT dan/atau tidak ada transaksi


pembayaran selama 2 tahun berturut-turut
2. Pengiriman kartu NPWP, SKT dan Starter Kit tidak sampai kepada Wajib
Pajak (kembali pos)
3. Penerbitan NPWP Cabang secara Jabatan dalam rangka penerbitan SKPKB
PPN Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)
tata cara permohonan
pengajuan menjadi wp non
efektif

1. 2. 3.

secara online secara manual


lewat contact center

44
1. SECARA ONLINE
1. Mengisi formulir penghapusan NPWP pada aplikasi e-Registration yang tersedia pada
laman Direktorat Jenderal Pajak di pajak.go.id.

2. Permohonan penghapusan yang telah disampaikan wajib pajak melalui aplikasi e-


Registration dianggap telah ditandatangani secara elektronik atau digital dan
mempunyai kekuatan hukum.

3. Wajib pajak yang telah menyampaikan formulir penghapusan NPWP dengan lengkap
melalui aplikasi e-Registration dan mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat
kegiatan usaha wajib wajak.

4. Apabila dokumen yang disyaratkan telah diterima secara lengkap, KPP menerbitkan
Bukti penerimaan surat secara elektronik.

45
2. SECARA MANUAL
1. Wajib pajak yang telah memenuhi kriteria sebagai WP NE dapat datang langsung ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar. Apabila wajib pajak
berbentuk badan, sebaiknya sekalian membawa cap perusahaan.

2. Setelah sampai di KPP, wajib pajak dipersilahkan menuju ke bagian Tempat


Pelayanan Terpadu (TPT).

3. Di bagian TPT, wajib pajak dapat meminta formulir permohonan sebagai WP NE.

4. Kemudian wajib pajak diharuskan mengisi formulir permohonan WP NE dan jangan


lupa cantumkan nomor telepon yang dapat dihubungi.

46
3. LEWAT CONTACT CENTER
1. Pengajuan permohonan dilampiri surat pernyataan wajib pajak nonefektif dan dokumen
pendukung yang menunjukkan bahwa wajib pajak memenuhi kriteria.

2. Melampirkan dokumen elektronik dan afirmasi atas permohonan penetapan wajib pajak
noefektif yang disampaikan melalui layanan yang ditentukan oleh Ditjen Pajak.

3. Apabila permohonan dari wajib pajak tersebut telah diterima secara lengkap, otoritas pajak
nantinya akan mengirimkan bukti penerimaan elektronik (BPE).

4. Wajib pajak nantinya akan melewati proses validasi identitas. Data yang divalidasi untuk wajib
pajak orang pribadi antara lain seperti NPWP, nama, NIK, alamat tempat tinggal, e-mail, nomor
telepon, tahun pajak, status, dan nominal SPT Tahunan OP terakhir yang dilaporkan.
3. LEWAT CONTACT CENTER
5. Kepala KPP dan pejabat yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak melakukan penelitian terhadap
kesesuaian permohonan dengan ketentuan yang ada.
 Apabila sesuai, otoritas akan menerbitkan surat pemberitahuan penetapan wajib pajak
nonefektif.
 Jika tak sesuai, otoritas akan menerbitkan surat penolakan penetapan wajib pajak
nonefektif. Adapun keputusan dari otoritas pajak tersebut diterbitkan paling lama lima hari
kerja setelah Kepala KPP atau pejabat yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak menebitkan BPE.

6. Nanti, Kepala PP atau pejabat yang ditunjuk Dirjen Pajak akan menyampaikan keputusan melalui
cara yaitu melalui e-mail yang telah terdaftar di Ditjen Pajak, langsung, pos, atau melalui
perusahaan jasa ekspedisi.

7. layanan Kring Pajak tersedia pada hari dan jam kerja (Senin s.d. Jumat, pukul 08.00—16.00 WIB)
TAHAP PENGAJUAN
STATUS ‘NE’
1. Mengisi Formulir Permohonan Penetapan Wajib Pajak Non Efektif sebagai permohonan
untuk menjadi wajib pajak NE.
 Secara online dengan mengisi Formulir Permohonan Penetapan Wajib Pajak Non
Efektif pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman Ditjen Pajak
(www.pajak.go.id).
 Secara tertulis dengan mengisi Formulir tersebut dan mengirimkannya ke KPP.
 Permohonan yang telah disampaikan melalui Aplikasi e-Registration dianggap telah
ditandatangani secara digital dan memiliki kekuatan hukum.

2. Wajib pajak yang telah menyampaikan formulir tersebut juga menyertakan dokumen yang
disyaratkan melalui e-Registration / secara langsung ke KPP wilayah tempat tinggal atau
tempat usaha wajib pajak.
 dokumen yang menunjukkan bahwa wajib pajak memenuhi kriteria sebagai wajib
pajak non efektif.
TAHAP PENGAJUAN
STATUS ‘NE’
3. Batas waktu penyertaan dokumen yang disyaratkan adalah 14 hari.
 Bila setelah 14 hari kerja KPP belum menerima dokumen yang dimaksud, maka
permohonan untuk menjadi wajib pajak NE dianggap tidak diajukan.
 Namun bila dalam jangka waktu yang ditentukan, dokumen yang disyaratkan sudah
diterima secara lengkap, maka KPP akan menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara
elektronik.
4. Untuk menetapkan wajib pajak non efektif secara jabatan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan
melakukan penelitian administrasi perpajakan terlebih dahulu, sebelum menetapkan seorang wajib
pajak sebagai wajib pajak NE.

5. Bila KPP telah menyetujui permohonan wajib pajak dan telah menetapkannya menjadi wajib
pajak NE, maka KPP akan menyampaikan pemberitahuan kepada wajib pajak dimaksud.
Kemudian pusat informasi perpajakan Kantor Pusat DJP akan memberikan kode “NE”
pada master file wajib pajak yang bersangkutan.
formulir pengaktifan kembali
wajib pajak non efektif

51
CARA MENGAKTIFKAN
KEMBALI STATUS WAJIB PAJAK
DARI ‘NE’
Wajib Pajak non-efektif dapat diaktifkan kembali melalui permohonan Wajib Pajak dan secara
jabatan, dan hanya dapat dilakukan oleh KPP.
Pengaktifan kembali karena terdapat data dan/atau informasi yang menunjukkan bahwa Wajib
Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak non-efektif tidak lagi memenuhi kriteria
sebagai Wajib Pajak non-efektif.
Data dan/atau informasi tersebut antara lain:
 Wajib Pajak mengajukan permohonan untuk diaktifkan kembali melalui Formulir
Permohonan Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non Efektif
 Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa atau SPT Tahunan
 Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak
 Wajib Pajak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
 Wajib Pajak diketahui/ditemukan alamatnya.
KPP akan melakukan penelitian administrasi perpajakan untuk mengetahui kebenaran data
dan/atau informasi yang disebutkan di atas sebelum melakukan pengaktifan kembali Wajib
Pajak non-efektif.
formulir penetapan wajib
pajak non efektif
cara pengisian formulir
1. Jenis Penetapan Wajib Pajak Non Efeketif
 Ttanda silang (x) pada kotak Permohonan WP jika formulir diisi dan
ditandatangani oleh WP, atau;
 Kotak Penetapan Secara Jabatan jika formulir diisi dan ditandatangai oleh Petugas.
2. Nomor Laporan Penelitian
 Diisi dengan nomor Laporan Penelitian yang mendasari penetapan Wajib Pajak Non
Efektif
3. Identitas Wajib Pajak
 Nomor Pokok Wajib Pajak:
Diisi dengan dengan nomo NPWP WP yang mengajukan permohonan penetapan WP
Non Efektif atau WP yang ditetapkan secara jabatan.
 Nama Wajib Pajak:
Diisi dengan nama WP yang mengajukan permohonan penetapan WP Non Efektif
atau WP yang ditetapkan secara jabatan sesuai yang tertulis dalam Kartu NPWP atau
Surat Keterangan terdaftar (SKT). Gelar ditulis dalam hal WP Orang Pribadi memiliki
gelar.
4. Alasan Permohonan Penetapan Wajib Pajak Non Efektif
 Diisi dengan tanda silang (x) pada kotak yang sesuai dengan alasan penetapan WP
Non Efektif. Jika memilih alasan lain, uraian alasan dituliskan secara jelas.
5. Pernyataan
thank you

Anda mungkin juga menyukai