Anda di halaman 1dari 19

NPPKP

Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Hukum Pajak
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak
berdasarkan UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat
kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
Fungsi NPPKP
1. Untuk mengetahui identitas pengusaha kena pajak yang sebenarnya.
2. Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di pajak pertambahan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah.
3. Untuk pengawasan terhadap administrasi perpajakan.
Syarat Permohonan NPPKP
untuk Wajib Pajak Orang Pribadi
• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia, atau
fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi Warga Negara Asing, yang dilegalisasi
oleh pejabat yang berwenang;
• Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang; dan
• Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
Syarat Permohonan NPPKP
untuk Wajib Pajak Badan
• Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak Badan
dalam negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha
tetap, yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
• Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing;
• Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
dan
• Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa.
Syarat Permohonan NPPKP
untuk Wajib Pajak Badan bentuk kerjasama operasi (joint operation)

• Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akta Pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi (joint
operation), yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang;
• Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing anggota bentuk kerja sama operasi
(joint operation) yang diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
• Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi salah satu pengurus perusahaan
anggota bentuk kerja sama operasi (joint operation), atau fotokopi paspor dalam hal
penanggung jawab adalah Warga Negara Asing;
• Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang; dan
• Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
Lurah atau Kepala Desa bagi Wajib Pajak Badan dalam negeri maupun Wajib Pajak Badan
Asing.
Dokumen lain yang sering disertakan
1. Bukti sewa/kepemilikan tempat usaha
2. Foto ruangan / tempat usaha
3. Denah tempat usaha
4. Peta lokasi
5. Spesimen penanda tangan faktur (form disediakan KPP) + Fc. KTP Penandatangan Faktur
6. Daftar Harta / Inventaris Kantor
7. Laporan Keuangan (Neraca dan L/R)
8. SPT Tahunan terakhir.
Tata Cara Permohonan NPPKP
Dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dapat:
• Diunggah (di-upload) dalam bentuk salinan digital (soft copy) melalui
Aplikasi e-Registration; atau
• Dikirim dalam bentuk hard copy ke Kantor Pelayanan Pajak atau melalui
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau
tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dengan menggunakan Surat
Pengiriman Dokumen yang ditandatangani.
Proses Verifikasi Permohonan NPPKP
• Permohonan pengukuhan PengusahaKena Pajak yang diajukan oleh WP akan
diverifikasi oleh KPP.
• Proses verifikasi akan dilakukan dalam jangka waktu 5 hari kerja.
• Setelah proses verifikasi, maka KPP akan memberikan keputusan berupa:
• Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (bila diterima), atau
• Surat Penolakan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (bila ditolak).
• Apabila dalam 5 hari KPP belum memberikan keputusan, maka permohonan tersebut
dianggap dikabulkan dan KPP harus menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
Contoh
Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak
Pengukuhan Secara Jabatan
• Apabila WP yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa
Kena Pajak (JKP) dengan peredaran usaha lebih dari Rp 4.800.000.000,-
per tahun tidak melaporkan usahanya dan tidak mengajukan permohonan
untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, maka KPP dapat
mengukuhkan secara jabatan Wajib Pajak tersebut sebagai Pengusaha
Kena Pajak.
Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan atas:
• Permohonan Pengusaha Kena Pajak sendiri, atau
• Pencabutan secara Jabatan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
• Dalam waktu selambat-lambatnya 6 bulan setelah permohonan diterima
secara lengkap, KPP harus sudah memutuskan menerima atau menolak
permohonan pencabutan SPPKP.
• Bila dalam jangka waktu 6 bulan setelah permohonan diterima secara
lengkap, KPP belum memberikan keputusan, maka permohonan ini
dianggap diterima dan KPP harus menerbitkan Surat Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat
dicabut apabila:
a. Pengusaha Kena Pajak dengan status Wajib Pajak Non Efektif;
b. Pengusaha Kena Pajak yang tidak diketahui keberadaan dan/atau
kegiatan usahanya;
c. Pengusaha Kena Pajak menyalahgunakan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;
d. Pengusaha Kena Pajak yang pindah alamat tempat tinggal, tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP
lainnya;
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat
dicabut apabila:
e. Pengusaha Kena Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai
Pengusaha Kena Pajak;
f. Pengusaha Kena Pajak telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak
Pertambahan Nilai di tempat lain;
g. Pengusaha Kena Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subyektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat
dicabut apabila:
h. Pengusaha Kena Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
i. Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran usaha dan/atau
penerimaan brutonya untuk 1 tahun buku tidak melebihi Rp
4.800.000.000,- dan tidak memilih untuk menjadi Pengusaha Kena
Pajak;
j. Pengusaha Kena Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan
kegiatan usahanya di Indonesia.
Daftar Pustaka
• Lim, S.A., Setiorahardjo, B., dan H. Hananto. 2015. Hukum Pajak
Menggunakan PTKP 2015. Universitas Surabaya.
• Suandy, E. 2014. Hukum Pajak. Edisi ke-6. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai