Anda di halaman 1dari 7

Mata Pelajaran : Administrasi Pajak

Materi : Permohonan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)

Kelas : XI Akuntansi

A. PENGUSAHA KENA PAJAK

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang,  mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud  dari luar daerah pabean, melakukan
usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean. Sementara Pengusaha Kena
Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan, kecuali
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.

1. pihak-pihak yang termasuk Pengusaha Kena Pajak


Berikut merupakan pihak-pihak yang termasuk Pengusaha Kena Pajak (PKP)
a. Pabrikan atau produsen
b. Importir dan identor
c. Pengusaha yang mempunyai hubungan sitimewa dengan pabrikan atau importir,
d. Agen utama dan penyalur utama pabrikan atau importir.
e. Pemegang hak paten atau merk dagang BKP.
f. Pedagang besar, pengusaha yang melakukan penyerahan BKP.
g. Pedagang eceran.

2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak


Berikut ini merupakanPengusaha Kena Pajak Berkewajiban.
a. Melaporkan  usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP.
b. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.
c. Membuat faktur pajak atas setiap penyerahan kena pajak.
d. Membuat nota retur dalam hal terdapat pengembalian BKP.
e. Melakukan pencatatan dalam pembukuan mengenai kegiatan usahanya.
f. Menyetor PPN dan PPnBM yang terutang.
g. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN.

3. Pengecualian Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha yang tidak dibebani dan kewajiban perpajakan adalah:
a. Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kecil.
b. Pengusaha yang menghasilkan barang yang tidak dikenakan PPN.
c. Pengusaha di bidang jasa yang kecualikan dari jasa kena pajak.
4. Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil merupakan pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan berupa :
a. barang kena pajak dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp360.000.000,00,
atau
b. jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp180.000.000.

Bagi pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak, batas
peredaran bruto untuk dapat ditetapkan sebagai pengusaha kecil adalah sebagai berikut.
a. Tidak boleh lebih dari Rp360.000.000,00 jika peredaran barang kena pajak lebih dari
50% dari jumlah seluruh peredaran bruto.
b. Tidak boleh lebih dari Rp180.000.000,00 jika peredaran jasa kena pajak lebih dari 50%
dari jumlah seluruh peredaran bruto dan penerimaan bruto.

Seorang pengusaha kecil wajib melaporkan usahanya guna dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak. Apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto
dan penerimaan bruto melebihi batas yang telah ditetapkan, pengusaha yang bersangkutan
wajib melaporkan usaha miliknya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya. Pengusaha kena pajak juga bisa
mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak bila
jumlah peredaran bruto atau penerima bruto dalam satu tahun buku tidak melebihi batas
yang telah ditentukan. Apabila setelah dilakukan pemeriksaan tidak memenuhi
persyaratan, maka:

a. pengukuhan sebagai pengusaha kecil dibatalkan, dan kemudian akan dikukuhkan


sebagai pedagang kena pajak;
b. PPN yang terutang akan ditagih dan ditambahkan dengan sanksi yang berlaku; serta
c. Pajak masukan yang sudah dibayarkan sampai dengan saat pembatalan tidak dapat di
kreditkan.

Berikut hal-hal yang perlu diketahui sehubung dengan pengusaha kecil.


a. Tidak boleh membuat faktur pajak
b. Tidak wajib memasukan SPT masa PPN
c. Wajib melapor guna dikukuhkan sebagai pegawai kena pajak, bagi pengusaha kecil
yang mendapat peredaran bruto di atas batasan yang telah ditetapkan
d. Wajib membuat pembukuan ataupun pencatatan

5. Syarat Pengajuan Pengusaha Kena Pajak


Demu memperoleh pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Direktorat Jenderal Pajak,
seorang pengusaha/ bisnis/ perusahaan harus memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Mempunyai pendapatan bruto dalam satu tahun buku mencapai Rp4,8 miliar. Bruto
tersebut bukan termasuk pengusaha/bisnis/perusahaan dengan pendapatan bruto kurang
dari Rp4,8 miliar, kecuali pengusaha tersebut memilih dikukuhkan menjadi pengusaha
kena pajak.
b. Melewati proses survei yang dilakukan kantor pelayanan pajak atau KP2KP tempat
pendaftaran.
c. Melengkapi dokumen dan syarat pengajuan pengusaha kena pajak atau pengukuhan
pengusaha kena pajak.
Permohonan untuk menjadi pengusaha kena pajak tersebut selanjutnya diajukan ke kantor
pelayanan pajak atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat
kedudukan, atau tempat kegiatan usaha wajib pajak.

6. Dokumen yang Dipersiapkan dalam Pendaftaran Pengusaha Kena Pajak


Selain formulir pendaftaran, dalam pengajuan pengusaha kena pajak juga harus
melampirkan dokumen-dokumen pendukung untuk mendapatkan pengukuhan pengusaha
kena pajak. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wajib pajak Orang badi
1) Fotokopi KTP bagi WNI atau fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS)/ Kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi warga negara asing.
2) Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
3) Surat keterangan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari pejabat pemerintah
daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
b. Wajib Pajak Badan
1) Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian atau perubahan bagi Wajib Pajak
Badan dalam negeri atau surat keterangan penunjukkan dari akntor pusat bagi
Bentuk Usaha Tetap(BUT),yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.
2) Apabila penanggung jawab usahanya adalah WNI, maka dilengkapi dengan fotokopi
kartu NPWP salah satu pengurus, sedangkan bila penanggung jawab usahanya
adalah WNA, maka dilengkapi dengan fotokopi paspor dan surat keterangan tempat
tinggal dari pejabat pemerintah daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa
3) Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
4) Surat keterangan tempat kegiatan usaha yang diterbitkan dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa.
c. Wajib Pajak Badan Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)
1) Fotokopi perjanjian kerja sama/akta pendirian sebagai bentuk kerja sama operasi
(Joint Operation) yang telah dilegalisasi oleh pejabat berwenang.
2) Fotokopi kartu NPWP masing- masing anggota bentuk kerja sama operasi (Joint
Operation) yang diwajibkan untuk memiliki NPWP.
3) Fotokopi kartu NPWP orang pribadi salah satu dari pengurus perusahaan anggota
bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) atau fotokopi paspor apabila
penanggung jawab adalah warga negara asing.
4) Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
5) Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari pejabat pemerintah daerah sekurang-
kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak badan dalam negeri ataupun
wajib pajak badan asing.
Dokumen lain yang biasanya disertakan antara lain sebagai berikut:
1) Bukti kepemilikan/sewa tempat usaha.
2) Foto tempat usaha.
3) Peta lokasi.
4) spesimen penanda tangan faktur (form disediakan KPP) dan fotokopi penanda
tangan faktur
5) Laporan keuangan (neraca laba/rugi).
6) Daftar harta/investasi kantor.
7) SPT tahunan terakhir.
7. Penyebab Syarat Pengajuan Pemgusaha Kena Pajak Ditolak
Dalamjangka waktu 3-5 hari setelah persyaratan dilengkapi dan diajukan, petugas
verifikasi akan melakukan survei atau verifikasi. Bila disetujui, maka sekitar 1-2 hari sejak
survei, maka surat pengukuhan PKP dapat diambil di KPP tempat syarat pengajuan PKP
diberikan. Keputusan Permohonan Pengajuan PKP diterbitkan paling lambat 5 hingga 10
hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat diterbitkan. Adakalanya PKP yang diajukan
ditolak, biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Tidak memenuhi semua syarat pengajuan PKP
b. Keraguan petugas atas keabsahan dan kelayakan perusahaan
c. Pengusaha melakukan penyerahan Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak yang
dikecualikan/ bukan objek PPN

B. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


Setelah melakukan permohonan untuk ditetapkan menjadi pengusaha kena pajak dan telah
diterima permohonannya tersebut, maka selanjutnya akan dilakukan pengukuhan
pengusaha kena pajak. Sehingga pengusaha harus melakukan hak serta kewajibannya
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang KUP yaitu setiap WP
sebagai pengusaha yang melakukan penyerahan yang dikenai PPN berdasarkan UU PPN
1984, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib
melaporkan usahanya pada kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan,dan/atau tempat kegiatan usaha untuk dikukuhkan menjadi
pengusaha kena pajak. Pasal 15 PER-20/PJ/2013 sebagaimana telah diubah dengan PER-
38/PJ/2013. Wajib pajak sebagai Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 PER-
20/PJ/20/PJ/2013 s.t.d.d PER-38/PJ/2013 wajib melaporkan usahanya dan mengajukan
permohonan untuk dikukuhkan sebagai PKP dengan menggunakan formulir pengukuhan
pengusaha kena pajak. Pasal 16 ayat (1) PER-20/PJ/2013 s.t.d.d PER-38/PJ/20/PJ/2013.
1. Permohonan pengukuhan dilakukan secara elektronik dengan mengisi formulir
pengukuhan pengusaha kena pajak pada aplikasi e-registration yang tersedia pada
laman Direktorat Jenderal Pajak di www. Pajak.go.id. (Pasal 16 ayat (2) PER-
20/PJ/2013).
2. Dalam hal Wptidak dapat mengajukan permohonan pengukuhan secara elektronik,
permohonan pengukuhan dapat dilakukan dengan menyampaikan permohonan secara
tertulis. (Pasal 17 ayat (2) PER-20/PJ/2013 s.t.d.d PER-38/PJ/20/PJ/2013.).
penyampaian permohonan secara tertulis ini dilakuakn dengan cara sebagai berikut.
a. Secara langsung.
b. Melalui pos.
c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
Keputusan permohonan wajib pajak untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak
diberikan sesudah kantor pelayanan pajak atau KP2KP melakukan verifikasi dalam rangka
pengukuhan pengusaha kena pajak. Hal tersebut diatur dalam Pasal 19 ayat (2) PER-
20/P/J/2013.

1. Verifikasi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Verifkasi ini bertujuan untuk mengukuhkan pengusaha kena pajak secara jabatan,
pengukuhan pengusaha kena pajak berdasarkan permohonan dari wajib Pajak, serta
mencabut pengukuhan pengusaha kena pajak baik secara jabatan maupun atas dasar
permohonan pengusaha kena pajak.
Dalam rangka verifkasi penetapan pengusaha kena pajak secara jabatan dilakukan untuk
menentukan kebenaran pemenuhan persyaratan subjektif dan objektif sebagai pengusaha
kena pajak. Sehingga dalam melakukan verifikasi pengukuhan pengusaha kena pajak
secara jabatan terdapat dua kegiatan yang harus dilakukan yaitu pengujian pemenuhan
persyaratan subjektif dan pengujian pemenuhan persyaratan objektif.
Dalam pengujian persyaratan secara subjektif meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Pengujian atas kelengkapan dokumen terkait dengan identitas pengusaha, di antaranya
kartu tanda penduduk pengusaha, kartu tanda penduduk pengurus, akta pendirian, serta
surat keterangan tempat tinggal.
b. Pengujian atas kebenaran status pengusaha, kebenaran alamat pengusaha, serta
kebenaran keberadaan pengusaha di alamat tersebut, antara lain peta lokasi kegiatan
usaha dan foto tempat kegiatan usaha.

Adapun dalam pengujian persyaratan objektif meliputi hal-hal sebagai berikut.


a. Pengujian atas kelengkapan dokumen izin kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang
masih berlaku. Contohnya surat izin usaha perdagangan serta surat izin usaha jasa
kontruksi.
b. Pengujian terhadap kesesuaian antara kegiatan usaha dengan dokumen izin kegiatan
usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi antara lain mengenai gambaran
kegiatan usaha, data peredaran usaha, serta daftar harta ditempat kegiatan usaha.

2. Pengukuhan Permohonan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


a. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Berdasar Atas Permohonan
Dalam rangka mengukuhkan pengusaha kena pajak berdasarkan permohonan wajib
pajak dilakukan terhadap wajib pajak orang pribadi sebagai pengusaha, termasuk wajib
pajak orang pribadi pengusaha tertentu atau wajib pajak badan sebagai pengusaha yang
mengajukan permohonan untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, maka
dilakukan verifikasi.
Verifikasi tersebut bertujuan untuk menentukan kebenaran dalam rangka pemenuhan
persyaratan subjektif serta objektif sebagai pengusaha kena pajak.
b. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Verifikasi untuk mencabut pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan atau
berdasarkan permohonan pengusaha kena pajak meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Pengusaha kena pajak rang pribadi yang sudah meninggal dunia
2) Pengusaha kena pajak yang telah dipusatkan tempat terutangnya PPN ditempat lain.
3) Pengusaha kena pajak yang telah pindah alamat tempat tinggal, serta tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja kantor pelayanan pajak
lainnya.
4) Pengusaha kena pajak yang akumulasi peredaran usaha dan penerimaan brutonya
untuk satu tahun tidak melebihi batas jumlah peredaran usaha dan penerimaan bruto
untuk pengusaha kecil dan tidak memilih untuk menjadi pengusaha kena pajak.
5) Pengusaha kena pajak selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif serta secara
nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha.
6) Pengusaha kena pajak yang tidak melaporkan SPT masa PPN untuk masa pajak
Januari sampai dengan Desember.
7) Pengusaha kena pajak yang menyampaikan SPT masa PPN yang mana pajak
masukan dan pajak keluarannya nihil untuk masa pajak Januari sampai Desember.
8) Pengusaha kena pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan
usahanya di Indonesia.
Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak secara jabatan juga dapat dilaksanakan
setelah Dirjen Pajak melakukan verifikasi atas hasil sensus pajak nasional, hasil
konfirmasi lapangan setelah pengukuhan pengusaha kena pajak, atau hasil kegiatan lain
yang dilaksanakan oleh Dirjen Pajak. Verifikasi yang dilakukan dalam rangka
pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak bertujuan untuk tertib administrasi
dan/atau menguji pemenuhan persyaratan subjektif dan objektif sebagai pengusaha
kena pajak.

c. Pelaksanaan Verifikasi
Dalam rangka pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak, maka pelaksanaan
verifkasi mencakup hal-hal sebagai berikut.
1) Pencocokan terhadap data dan informasi yang didapatkan ataupun dimiliki oleh
dirjen pajak yang menyatakan bahwa wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif serta objektif.
2) Konfirmasi lapangan terhadap tempat kedudukan atau kegiatan usaha.
3) Pengujian terhadap jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan barang kena pajak
atau jasa kena pajak yang dilakukan oleh wajib pajak telah melampaui batasan yang
ditentukan sebagai pengusaha kecil.
Verifkasi yang dilakukan dalam rangka pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
baik secara jabatan maupun atas permohonan pengusaha kena pajak dilaksanakan oleh
petugas verifikasi yang dilakukan tanpa penyampaian surat pemberitahuan hasil
verifikasi dan pembahasan akhir hasil verifikasi. Petugas verifikasi berkedudukan
sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan direktorat jenderal pajak yang telah diberi
wewenang, tugas, serta tanggung jawab untuk melakukan verifkasi.
Hasil dari verifikasi dituangkan ke dalam laporan hasil verifkasi yang memuat paling
sedikit hal-hal berikut.
1) Identitas wajib pajak.
2) Penugasan verifikasi.
3) Uraian hasil verifikasi yang telah dilakukan.
4) Tujuan verifikasi.
5) Kesimpulan serta usul dari petugas verifikasi.
6) Pengungkapan informasi lain-lain yang berkaitan.

Anda mungkin juga menyukai