Anda di halaman 1dari 12

Yg kuning dimasoki ke ppt yo nadd

Yg merah utk di makalah sajaa


Tencuuu <3<3

4. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

a. Pengertian PKP

Menurut www.pajak.go.id, pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam


bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar wilayah, melakukan usaha jasa
termasuk mengeskpor jasa atau memanfaatkan jasa dari luar wilayah.

Pengusaha kena pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan


Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP)yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-undang PPN Tahun 1984.

Menurut www.bizlaw.co.id, pengusaha kena pajak (PKP) adalah pengusaha, baik


orang pribadi, badan, maupun badan usaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) yang dikenai pajak berdasarjan Undang-
undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN).

Dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, disebutkan bahwa “Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha
sebagaimana dimaksud pada angka 3 yang melakukakn penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya,, tidak termasuk
Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan,
kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak.”
Pengusaha kecil yang dimaksud merupakan pengusaha yang selama 1 (satu) tahun
buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan
jumlah bersih tidak lebih dari 4,8 miliar rupiah. Yang termasuk Barang Kena Pajak
dan Jasa Kena Pajak, yaitu:

1. Barang hasil pertambangan

2. Barang kebutuhan pokok

3. Makanan yang dikonsumsi di tempat umum seperti hotel dan restoran.

4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.

5. Jasa pelayanan kesehatan, sosial, keuangan, pengiriman, asuransi,


pendidikan, keagamaan, tata boga, dan lain-lain.

Meskipun tergolong sebagai pengusaha kecil dan tidak diwajibkan untuk


mendaftar sebagai PKP, banyak pengusaha non PKP yang memilih unyuk mendaftar
sebagai PKP. Hal ini disebabkan karena dengan tergolong menjadi PKP dapat
mempermudah proses bisnis di masa depan karena banyaknya keuntungan yang dapat
diperoleh.

b. Hak dan Kewajiban PKP

Sebagai PKP, hak yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk pengajuan perkreditan pajak pembelian atas penerimaan BKP


dan JKP.

Pengusaha berhak mengajukan pengembalian atas pajak yang lebih


dibayarkan dan dapat dilakukan atas 2 faktor

 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak


terutang (kondisi ini terjadi di mana wajib pajak membayar pajak
padahal seharusnya tidak terutang pajak).

 Pengembalian kelebihan pembayaran PPh, PPN, dan/atau PPnBM


(kondisi ini terjadi di mana wajib pajak membayar pajak lebih besar
dari yang semestinya).
Jangka waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak paling lama 1
bulan sejak permohonan diberikan.

2. Hak untuk memohon kompensasi atas kelebihan PPN yang dibayarkan.

Kompensasi atas kelebihan PPN yang dibayarkan dapat terjadi karena


adanya kelebihan pembayaran PPN ketika PKP melaporkan SPT masa PPN
Pajak Keluaran, di mana PPN yang dipungut PKP tersebut jauh lebih besar
daripada PPN Pajak Masukan. PPN Pajak Masukan yaitu pajak yang
dipungut oleh PKP saat pembelian BKP dan JKP sedangkan PPN Pajak
Keluaran adalah PPN yang disetorkan PKP kepada lawan transaksi melakui
faktur pajak.

3. Hak agar perusahaan dianggap memiliki sistem yang baik, legal, dan
merupakan usaha yang taat dan tertib di mata hukum.

Pengusaha dianggap memiliki sistem yang sudah baik dianggap legal


secara hukum karena sudah menjadi PKP dan tertib membayar pajak.

4. Hak untuk bisa melakukan transaksi dengan bendahara pemerintah.

Transaksi yang dilakukan bendahara pemerintah dapat berupa transaksi


untuk memenuhi kebutuhna pemerintah seperti kebutuhan alat tulis dan lain
lain.

Saat melakukan penjualan dengan Bendahara Pemerintah, penjual


mendapatkan jumlah netto dari harga barang setelah dipotong pajak yaitu
PPN dan PPh Pasal 22.

Bendahara pemerintah harus menggunakan rekanan yang telah dikukuhkan


sebagai PKP (pengusaha kena pajak), karena berkaitan dengan kewajiban
bendaharawan untuk memungut PPN. Apabila rekanan belum dikukuhkan
sebagai PKP maka rekanan tidak bisa menyerahkan faktur pada saat
melakukan penagihan.

5. Hak untuk mendapatkan pola produksi dan investasi yang lebih baik.

(hal ini karena seluruh beban produksi dan investasi BKP dan JKP akan
dibebankan pada konsumen akhir).
Kemudian, dengan adanya hak yang dapat diperoleh, tentu saja ada kewajiban
yang perlu dilakukan, yaitu:

1. Pengusaha wajib memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

2. Pengusaha wajib menyetorkan PPN dan PPnBM terutang yang kurang


bayar.

3. Setelah memungut dan menyetorkan, pengusaha wajib melaporkan SPT


masa PPN atau PPnBM yang terutang secara periodik.

c. Syarat PKP

Menurut www.bizlaw.com, jika seorang pengusaha ingin menjadi PKP maka


harus terlebih dahulu mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Pengusaha
Kena Pajak (NPPKP). Agar dapat dikukuhkan sebagai PKP, seorang pengusaha
harus dapat memenuhi syarat dan ketentuan berikut:

1. Baik orang pribadi maupun badan harus mendaftarkan diri dan mendapatkan
NPPKP jika peredaran usaha atau omzetnya dalam 1 tahun telah mencapai
lebih dari 4,8 miliar rupiah.

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang


Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomo 68/PMK.03/2010 tentang
Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, ditetapkan bahwa
perusahaan yang omzetnya tidak mencapai 4,8 miliar rupiah maka tidak
diwajibkan sebagai PKP dan akan masuk klasifikasi pengusaha kecil dan non
PKP.

3. Bagi PKP yang omzetnya di bawah 4,8 miliah rupiah dalam 1 satu tahun,
dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai PKP dan
menjadi non PKP.

4. Bagi pengusaha yang omzetnya di atas 4,8 miliar rupiah dalam 1 tahun dan
belum PKP, maka pengusaha tidak dapat memungut PPN dan menerbitkan
faktur pajak.
6. Tata Cara Mendapatkan NPWP dan NPPKP

6.1. Tata Cara Mendapatkan NPWP

Berdasarkan www.pajak.id, orang pribadi dapat mendaftarkan diri untuk


memperoleh NPWP dengan cara mengisi formulir pendaftaran secara daring
yang tersedia di situs web www.pajak.go.id atau secara langsung mengunjungi
Kantor Pelayanan Pajak dan memberikan dokumen yang disyaratkan. Ada 4
kategori pendaftaran NPWP orang pribadi, yaitu:

6.1.1. Wajib Pajak Orang Pribadi

6.1.1.1. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, yang tidak menjalankan


usaha atau tidak memiliki pekerjaan

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dibutuhkan dokumen berupa


fotokopi KTP bagi WNI, fotokopi paspor, Kartu Izin Tinggal
Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi
WNA.

6.1.1.2. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha


atau memiliki pekerjaan

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dibutuhkan dokumen berupa:

 Fotokopi KTP bagi WNI, fotokopi paspor, Kartu Izin Tinggal


Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi
WNA.

 Fotokopi Dokumen Izin Kegiatan Usaha yang diterbitkan oleh


instansi berwenang, atau surat Keterangan Tempat Kegiatan
Usaha atau Pekerjaan Bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah,
atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik, atau bukti
pembayaran listrik, atau fotokopi e-KTP bagi WNI dan Surat
Pernyataan di atas materai dari Wajib Pajak, menyatakan bahwa
yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas.

6.1.1.3. Wajib Pajak orang pribadi yang merupakan wanita menikah


dan ingin dikenai pajak secara terpisah

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dibutuhkan dokumen berupa


fotokopi Kartu NPWP suami, Kartu Keluarga, dan Surat Perjanjian
Pemisahan Penghasilan dan Harta, atau Surat Pernyataan
Menghendaki Pelaksanaan Hak dan Memenuhi Kewajiban
Terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suami.

6.1.2. Wajib Pajak Badan

6.1.2.1. Wajib Pajak badan yang memiliki kewajiban sebagai


pembayar pajak, pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk usaha
tetap dan kontraktor dan/atau operator di bidang usaha
minyak dan gas bumi yang berorientasi pada profit

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dokumen yang


dipersyaratkan adalah:

 Fotokopi Akta Pendirian atau Surat Keterangan Penunjukkan


dari Kantor Pusat bagi bentuk usaha tetap.

 Fotokopi kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi paspor


dan surat keterangan tempat tinggal apabila penanggung
jawabnya adalah WNA

 Fotokopi dokumen izin usaha

6.1.2.2. Wajib Pajak badan yang tidak berorientasi pada profit


Untuk kategori Wajib Pajak ini, dokumen yang dipersyaratkan
adalah fotokopi e-KTP salah satu pengurus badan atau organisasi
dan surat keterangan domisili dari RT/RW.

6.1.2.3. Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban sebagai


pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk bentuk kerja
sama operasi

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dokumen yang


dipersyaratkan adalah:

 Fotokopi Perjanjian Kerjasama/Alte Pendirian sebagai bentuk


kerja sama operasi

 Fotokopi NPWP masing-masing anggota bentuk kerja sama


operasi

 Fotokopi Dokumen Izin Usaha yang diterbitkan oleh instansi


berwenang atau Surat Keterangan Tempat Kegiatan Usaha dari
Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau
Kepala Desa.

6.1.3. Wajib Pajak Bendahara

Dokumen yang dilampirkan Wajib Pajak bendahara yang ditunjuk


sebagai pemotong dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan berupa fotokopi KTP dan surat
penunjukkan sebagai bendahara.

6.1.4. Wajib Pajak Dengan Status Cabang dan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pengusaha Tertentu

Untuk kategori Wajib Pajak ini, dokumen yang dipersyaratkan


adalah:
 Fotokopi Kartu NPWP pusat

 Surat keterangan sebagai cabang untuk Wajib Pajak Cabang

 Fotokopi Dokumen Izin Kegiatan Usaha yang diterbitkan oleh instansi


berwenang, atau surat Keterangan Tempat Kegiatan Usaha atau
Pekerjaan Bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah, atau lembar tagihan
listrik dari Perusahaan Listrik, atau bukti pembayaran listrik, atau
Surat Pernyataan di atas materai dari Wajib Pajak, menyatakan bahwa
yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas.

6.2. Tata Cara Mendapatkan NPPKP

Wajib Pajak yang ingin dikukuhkan sebagai PKP dan mendapatkan NPPKP
wajib melampirkan dokumen yang dibutuhkan. Kelengkapan dokumen tersebut
disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).
6.2.1. Wajib Pajak Pribadi
a. Fotokopi atau pindaian Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi WNI.
b. Fotokopi paspor, Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau kartu
Izin Tinggal Tetap (KITAP) bagi WNA yang dilegalisasi oleh
pejabat berwenang.
c. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.
d. Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
pejabat Pemerintahan Daerah sekurang-kurangnya setingkat Lurah
atau Kepala Desa.

6.2.2. Wajib Pajak Badan


a. Fotokopi akta pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan
dalam negeri atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat
bagi bentuk usaha tetap yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang.
b. Fotokopi kartu NPWP salah satu pengurus atau fotokopi paspor dan
surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah
setingkat Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab
adalah Warga Negara Asing.
c. Dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.
d. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah setingkat Lurah atau Kepala Desa.

6.2.3. Wajib Pajak Badan Berbentuk Kerja Sama Operasional (KSO)


a. Fotokopi Perjanjian Kerja sama atau Akta pendirian sebagai bentuk
Kerja Sama Operasional yang dilegalisir pejabat berwenang.
b. Fotokopi Kartu NPWP masing-masing anggota Kerja Sama
Operasional.
c. Fotokopi Kartu NPWP orang Pribadi salah satu pengurus perusahaan
anggota Kerja Sama Operasional atau fotokopi paspor dalam hal
penanggung jawab Warga Negara Asing.
d. Dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang.
e. Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah
Daerah sekurang-kurangnya setingkat Lurah atau Kepala Desa.

Di samping persyaratan-persyaratan tersebut, petugas biasanya juga


meminta dokumen persyaratan tambahan berupa:
1. Bukti sewa atau kepemilikan tempat usaha.
2. Foto ruangan atau tempat usaha.
3. Denah tempat usaha
4. Peta lokasi
5. Spesimen penandatanganan faktur yang disediakan formulirnya oleh KPP
6. Daftar harta atau inventaris kantor
7. Laporan keuangan.

7. Simulasi Pendaftaran NPWP secara langsung dan online

Menurut www.kemenkeu.go.id, terdapat 2 metode untuk mendaftarkan NPWP,


yaitu secara langsung mendatangi KKP atau KP2KP dan secara online melalui website
resmi https://ereg.pajak.go.id.
7.1. Pendaftaran NPWP Secara Langsung

1. Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran


secara elektronik, permohonan pendaftaran dilakukan dengan menyampaikan
permohonan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani Formulir
Pendaftaran Wajib Pajak.
2. Permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen yang disyaratkan.
3. Permohonan secara tertulis disampaikan ke KPP atau KP2KP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak.
4. Penyampaian permohonan secara tertulis dapat dilakukan:
a. Secara langsung;
b. Melalui pos; atau
c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
5. Setelah seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran diterima KPP atau
KP2KP secara lengkap, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Bukti Penerimaan
Surat.
6. KPP atau KP2KP menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar
(SKT) paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti Penerimaan Surat
diterbitkan.
7. NPWP dan SKT akan dikirimkan melalui Pos Tercatat.

7.2. Pendaftaran NPWP Secara Online

1. Untuk panduan penggunaan Aplikasi e-Registration dapat dilihat pada halaman


situs Aplikasi e-Registration pada tautan berikut: https://ereg.pajak.go.id/help/
2. Wajib Pajak yang telah menyampaikan Formulir Pendaftaran Wajib Pajak
melalui https://ereg.pajak.go.id harus mengirimkan dokumen yang disyaratkan
di atas, ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
3. Pengiriman dokumen yang disyaratkan dapat dilakukan dengan cara
mengunggah (upload) salinan digital (softcopy) dokumen melalui
https://ereg.pajak.go.id atau mengirimkan dengan menggunakan Surat
Pengiriman Dokumen yang telah ditandatangani.
4. Dokumen-dokumen tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sudah
diterima oleh KPP.
5. Apabila dokumen yang disyaratkan belum diterima KPP dalam jangka waktu
14 (empat belas) hari kerja setelah penyampaian permohonan pendaftaran
secara elektronik, maka permohonan tersebut dianggap tidak diajukan. Jadi,
pastikan dokumen yang disyaratkan telah diterima KPP sebelum jangka waktu
14 (empat belas) hari kerja.
6. Apabila dokumen yang disyaratkan ini telah diterima secara lengkap, KPP
menerbitkan Bukti Penerimaan Surat secara elektronik.
7. Terhadap permohonan pendaftaran NPWP yang telah diberikan Bukti
Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat
Keterangan Terdaftar paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti
Penerimaan Surat diterbitkan.
8. Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar disampaikan kepada Wajib Pajak
melalui pos tercatat. Jadi, pastikan alamat yang Anda cantumkan pada Formulir
Pendaftaran Wajib Pajak adalah benar dan lengkap.
 

Sumber :

Bizlaw. (2021). “Apa Itu Pengusaha Kena Pajak (PKP), Bagaimana Syarat
Permohonannya.” (Diunggah di https://bizlaw.co.id/apa-itu-pengusaha-kena-
pajak/ dan diunduh pada tanggal 31 Agustus 2021).

Dolly, Talipar. (2014). “Sekilas Tentang Pilihan PKP atau Non PKP.” (Diunggah di
https://nusahati.com/2014/02/sekilas-tentang-pilihan-pkp-atau-non-pkp/
#:~:text=Pengusaha%20dianggap%20memiliki%20sistem%20yang%20sudah
%20baik%20dianggap,besar.%20Dapat%20melakukan%20transaksi
%20penjualan%20kepada%20Bendaharawan%20Pemerintah dan diunduh pada
tanggal 31 Agustus 2021).

Imamudin, Khroirul. (2014). “Pencatatan Akuntansi untuk Transaksi Penjualan dengan


Bendahara.” (Diunggah di https://notbuku.blogspot.com/2013/01/pencatatan-
akuntansi-untuk-transaksi.html dan diunduh pada tanggal 31 Agustus 2021).

Kemenkeu.go.id. (t.t). “Tata Cara Pendaftaran NPWP.” (Diunggah di


https://kemenkeu.go.id/page/tata-cara-pendaftaran-npwp/ dan diunduh pada
tanggal 31 Agustus 2021).
Pajak.go.id. (t.t). “Pengusaha Kena Pajak.” (Diunggah di
https://www.pajak.go.id/id/pengusaha-kena-pajak dan diunduh pada tanggal 31
Agustus 2021).

Pajak.go.id. (t.t). “Restitusi.” (Diunggah di https://www.pajak.go.id/id/restitusi dan diunduh


pada tanggal 31 Agustus 2021).

Rusdiono Consulting. (2021). “Tentang Nomor Pengukuhan PKP (NPPKP) yang Wajib
Diketahui.” (Diunggah di https://www.rusdionoconsulting.com/nppkp/ dan
diunduh pada tanggal 31 Agustus 2021).

Sarjanaekonomi.co.id. (2021). “Pengusaha Kena Pajak (PKP).” (Diunggah di


https://sarjanaekonomi.co.id/pengusaha-kena-pajak/#Hak_Pengusaha_Kena_Paj
ak_PKP dan diunduh pada tanggal 31 Agustus 2021).

Sigit. (2019). “Mengenal Pajak Pertambahan Nilai, Daftar Barang dan Jasa Kena Pajak.”
(Diunggah di
https://www.pajakku.com/read/5d5115c8b5a5a42af9eda9ab/Mengenal-Pajak-
Pertambahan-Nilai-Daftar-Barang-dan-Jasa-Kena-Pajak dan diunduh pada
tanggal 31 Agustus 2021).

Anda mungkin juga menyukai