Anda di halaman 1dari 4

1.1. PT.

Zawazi akan saya rekomendasikan sebagai PKP apabila pendapatan bruto


(omzet) dalam 1 tahun buku mencapai Rp4.800.000.000,00. Namun apabila omzet
dalan 1 tahun buku belum mencapai Rp4.800.000.000,00 Berdasarkan PMK Nomor
197/PMK.03/2013 ditetapkan bahwa perusahaan yang omzetnya tidak mencapai
Rp4,8 miliar, maka tidak diwajibkan sebagai PKP. Pengusaha dengan penghasilan
tersebut, akan masuk klasifikasi pengusaha kecil dan non PKP. Alasan mengapa PT.
Zawazi direkomendasikan menjadi PKP karena Tidak hanya memiliki kewajiban
sebagai PKP yang perlu dipenuhi, pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP
atau memilih untuk menjadi PKP, maka akan mendapatkan hak-hak sebagai berikut
ini:
 Pengusaha dapat melakukan pengkreditan pajak masukan atas perolehan BKP/JKP
 Pengusaha juga bisa melakukan restitusi atau kompensasi atas kelebihan PPN
yang PKP bayarkan.
Selain hak dan kewajiban tersebut, dengan menjadi PKP, maka Anda akan
mendapatkan berbagai keuntungan sebagai berikut:

1. Perusahaan akan dianggap memiliki sistem yang baik dan legal di mata hukum.
2. Pengusaha juga dianggap sebagai perusahaan yang taat dan tertib dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
3. Perusahaan akan dianggap sudah besar dengan begitu, status PKP ini juga dapat
memengaruhi dalam menjadi kerja sama dengan perusahaan lain yang tergolong
besar.
4. Dapat melakukan transaksi dengan bendaharawan pemerintah.
5. Pola produksi dan investasi pengusaha juga bisa lebih baik karena beban produksi
dan investasi BKP/JKP dibebankan ke konsumen akhir.
Sedangkan jika pengusaha masih berstatus non PKP, maka hak, kewajiban, dan
keuntungan di atas tidak akan non PKP rasakan.

1.2. Pengusaha yang memiliki pendapatan bruto atau omzet setahun mencapai Rp4,8
Milyar, wajib mengajukan dan mengurus dirinya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak (PKP) sebagaimana tertuang pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 20
PER- 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak. Secara ringkat terdapat 3 (tiga)
syarat PKP yang wajib dipenuhi antara lain:

1. Memenuhi Omzet Minimal


Tersedianya target pemasukan tahunan bagi Badan Usaha yang Anda kelola untuk
dapat mengajukan diri sebagai PKP. Dalam satu tahun, omzet yang harus dicapai
adalah minimal sebesar Rp4,8 Miliar. Pengusaha yang memiliki omzet kurang dari
nilai tersebut diberi kebebasan untuk mendaftarkan diri sebagai PKP atau tidak.
Namun demikian, apabila memang omzet usaha Anda sudah tidak lagi mencapai
target tersebut, Anda bisa saja mengajukan penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP).
2. Melengkapi Kebutuhan Dokumen
Dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-20/PJ/2013, Wajib Pajak Badan harus
menyediakan dokumen berupa:

 Fotokopi akta atau dokumen pendirian yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang.
 Fotokopi kartu NPWP milik salah satu pengurus. Untuk Warga Negara Asing,
syarat ini dapat diganti dengan fotokopi paspor serta surat keterangan tempat
tinggal yang dibuat oleh lurah atau kepala desa setempat.
 Fotokopi dokumen izin usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
 Surat keterangan tempat usaha yang dibuat oleh pejabat Pemerintah Daerah,
paling tidak dari lurah atau kepala desa.
Sedikit berbeda dengan Wajib Pajak Badan, kebutuhan dokumen untuk Wajib
Pajak Badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) berupa:
 Fotokopi perjanjian kerja sama/akta pendirian Joint Operation yang sudah
melalui proses legalisasi oleh pejabat berwenang.
 Fotokopi NPWP seluruh anggota Joint Operation yang diwajibkan memiliki NPWP.
 Fotokopi kartu NPWP milik salah satu pengurus perusahaan. Dapat juga
digantikan dengan paspor apabila yang bertanggung jawab merupakan Warga
Negara Asing.
 Fotokopi dokumen izin usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
 Surat keterangan tempat usaha yang diterbitkan oleh pejabat Pemerintah
Daerah, minimal dari lurah atau kepala desa bagi Wajib Badan dalam negeri
maupun wajib pajak badan asing.
Selain dokumen-dokumen di atas, dokumen-dokumen lain yang biasanya turut
disertakan berupa:
 Bukti kepemilikan atau bukti sewa tempat usaha.
 Foto tempat usaha.
 Denah serta peta lokasi usaha.
 Laporan keuangan berupa neraca laba rugi.
 SPT Tahunan terakhir.
 Spesimen penanda tangan faktur yang disertai fotokopi KTP
penandatangan faktur. Formulir untuk ini disediakan oleh Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
Saat ini, pengiriman dokumen tersebut dipermudah dengan adanya aplikasi e-
Registration. Caranya adalah dengan mengunggah versi digital dari dokumen-
dokumen yang disyaratkan. Anda dapat juga mengirimkan dokumen disertai Surat
Pengiriman Dokumen yang sudah ditandatangani. Namun demikian, apabila
dokumen tersebut tidak diterima oleh KPP dalam jangka waktu 14 hari kerja,
permohonan dianggap tidak diajukan.

3. Mengikuti Proses Verifikasi


Permohonan pengajuan PKP disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
sebagai instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak. Selain itu ada pula Kantor
Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang bertanggung
jawab secara langsung pada Kepala KPP Pratama. KPP dan KP2KP memiliki
kewenangan untuk menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sebagai
pemberitahuan bahwa Wajib Pajak sudah terdaftar di KPP tertentu.

1.3. Jika pengusaha yang memiliki omzet lebih dari Rp 4,8 Miliyar namun tidak
mengukuhkan diri untuk sebagai PKP maka pihak fiskus dapat melakukan
pengukuhan PKP secara jabatan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU KUP,
kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan
dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun
sebelum dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak. Sebagai contoh :
PT X telah memiliki omzet melebihi Rp 4,8 Miliyar sejak tahun 2014 namun tidak
mendaftarkan diri untuk menjadi PKP, kemudian fiskus mengetahui omzet PT X
melebihi Rp 4,8 Miliyar dari laporan keuangan dalam lampiran SPT yang dilaporkan.
Sehingga fiskus melakukan pemeriksaan pada tahun 2020 dan hasilnya pada 1
September 2020 PT X ditetapkan sebagai PKP secara jabatan. Maka PT X yang telah
menjadi PKP X memiliki kewajiban untuk menghitung, menyetor dan melapor PPN
yang terutang sejak 5 tahun kebelakang yaitu mulai 1 Agustus 2015. PKP X wajib
membayar PPN yang terutang selama 5 tahun ke belakang yang telah ditetapkan oleh
pihak fiskus. Kewajiban perpajakannya akan ditagih oleh fiskus atau Direktur Jenderal
Pajak sampai dengan lima tahun ke belakang sejak seharusnya dia memenuhi syarat
untuk memiliki NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP ditambah sanksi seperti yang
disebutkan dalam Pasal 13 ayat (2) UU KUP yaitu berupa bunga sebesar 2% per
bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
SKPKB. Tidak hanya itu, PPN ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sesuai Pasal 14 ayat (4) UU KUP sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
yang ditagih melalui Surat Tagihan Pajak (STP), sebagai konsekuensi dari penarikan
kewajiban perpajakan yang seharusnya dilaksanakan oleh WP atau PKP sampai
dengan lima tahun ke belakang.As

Fungsi Nomor Pengukuhan PKP (NPPKP)


Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan, selain tentunya NPWP.


2. Sebagai penanda bagi PKP yang memiliki untuk melaksanakan hak dan kewajiban
di bidang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).
3. Sebagai pengawasan administrasi perpajakan.

Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) ini tertera dalam surat pengukuhan PKP
bersama dengan identitas wajib pajak lainnya, seperti Nama, NPWP, Klasifikasi
Lapangan Usaha (KLU), status usaha hingga kewajiban pajak.

Manfaat Pengukuhan PKP

1. Pengusaha akan dinilai memiliki sistem yang lebih baik, serta legal secara
hukum karena sudah menjadi PKP dan tertib membayar pajak.
2. Pengusaha dianggap memiliki perusahaan yang besar, dan tentu akan
berpengaruh saat menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.
3. Dapat melakukan transaksi penjualan kepada Bendaharawan Pemerintah.
4. Pola produksi dan investasi menjadi lebih baik.

1.4. Objek PPN


 fasilitas kolam renang,
 salon,
 pusat kebugaran (gym),
 area bermain anak,
 restoran.
 ball room,
 jasa dekorasi,
 jasa penyewaan sound system
2.1. Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak
dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak paling
lambat 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal
pemotongan atau pemungutan kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
Karena tanggal kirim SKPKB tsb tanggal 15 Februari 2019 maka keberatan diajukan
paling lambat tanggal 15 Mei 2019. Atas keberatan tersebut Direktur Jenderal Pajak
akan memberikan keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan
sejak surat keberatan diterima.
2.2. Berdasarkan Pasal 25 ayat (3a) Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP), apabila wajib pajak ingin mengajukan keberatan atas
surat ketetapan pajak, wajib pajak diwajibkan untuk melunasi pajak yang masih harus
dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui oleh wajib pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan. diketahui bahwa jumlah pajak menurut
pembahasan akhir (disetujui) adalah Rp450.000.000,00
2.3. Lebih lanjut, dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib
Pajak akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen)
dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan (Pasal 27 ayat (5d) UU KUP).
Sanksi Administrasi = (Rp1.640.625.000,00 x 100%) – Rp.450.000.000,00
Sanksi Administrasi = Rp1.190.625.000,00
2.4. Dalam pasal 4 ayat (1) Per-49/PJ.2009 Tentang Tata Cara Pengajuan dan
Penyelesaian Keberatan disebtukan “Dalam hal surat keberatan tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, keberatan Wajib Pajak tidak
dipertimbangkan sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak menerbutkan Surat
Keputusan Keberatan.”
2.5. Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke
Badan Peradilan Pajak.
Syarat pengajuan banding adalah:
 Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam
waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan keberatan diterima dilampiri surat Keputusan
Keberatan tersebut.
 Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
Pengadilan Pajak harus menetapkan putusan paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Surat Banding diterima. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan
sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan
pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Anda mungkin juga menyukai