1. Perusahaan akan dianggap memiliki sistem yang baik dan legal di mata hukum.
2. Pengusaha juga dianggap sebagai perusahaan yang taat dan tertib dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
3. Perusahaan akan dianggap sudah besar dengan begitu, status PKP ini juga dapat
memengaruhi dalam menjadi kerja sama dengan perusahaan lain yang tergolong
besar.
4. Dapat melakukan transaksi dengan bendaharawan pemerintah.
5. Pola produksi dan investasi pengusaha juga bisa lebih baik karena beban produksi
dan investasi BKP/JKP dibebankan ke konsumen akhir.
Sedangkan jika pengusaha masih berstatus non PKP, maka hak, kewajiban, dan
keuntungan di atas tidak akan non PKP rasakan.
1.2. Pengusaha yang memiliki pendapatan bruto atau omzet setahun mencapai Rp4,8
Milyar, wajib mengajukan dan mengurus dirinya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak (PKP) sebagaimana tertuang pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 20
PER- 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib
Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak. Secara ringkat terdapat 3 (tiga)
syarat PKP yang wajib dipenuhi antara lain:
Fotokopi akta atau dokumen pendirian yang dilegalisasi oleh pejabat berwenang.
Fotokopi kartu NPWP milik salah satu pengurus. Untuk Warga Negara Asing,
syarat ini dapat diganti dengan fotokopi paspor serta surat keterangan tempat
tinggal yang dibuat oleh lurah atau kepala desa setempat.
Fotokopi dokumen izin usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
Surat keterangan tempat usaha yang dibuat oleh pejabat Pemerintah Daerah,
paling tidak dari lurah atau kepala desa.
Sedikit berbeda dengan Wajib Pajak Badan, kebutuhan dokumen untuk Wajib
Pajak Badan bentuk kerja sama operasi (Joint Operation) berupa:
Fotokopi perjanjian kerja sama/akta pendirian Joint Operation yang sudah
melalui proses legalisasi oleh pejabat berwenang.
Fotokopi NPWP seluruh anggota Joint Operation yang diwajibkan memiliki NPWP.
Fotokopi kartu NPWP milik salah satu pengurus perusahaan. Dapat juga
digantikan dengan paspor apabila yang bertanggung jawab merupakan Warga
Negara Asing.
Fotokopi dokumen izin usaha yang diterbitkan oleh instansi berwenang.
Surat keterangan tempat usaha yang diterbitkan oleh pejabat Pemerintah
Daerah, minimal dari lurah atau kepala desa bagi Wajib Badan dalam negeri
maupun wajib pajak badan asing.
Selain dokumen-dokumen di atas, dokumen-dokumen lain yang biasanya turut
disertakan berupa:
Bukti kepemilikan atau bukti sewa tempat usaha.
Foto tempat usaha.
Denah serta peta lokasi usaha.
Laporan keuangan berupa neraca laba rugi.
SPT Tahunan terakhir.
Spesimen penanda tangan faktur yang disertai fotokopi KTP
penandatangan faktur. Formulir untuk ini disediakan oleh Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
Saat ini, pengiriman dokumen tersebut dipermudah dengan adanya aplikasi e-
Registration. Caranya adalah dengan mengunggah versi digital dari dokumen-
dokumen yang disyaratkan. Anda dapat juga mengirimkan dokumen disertai Surat
Pengiriman Dokumen yang sudah ditandatangani. Namun demikian, apabila
dokumen tersebut tidak diterima oleh KPP dalam jangka waktu 14 hari kerja,
permohonan dianggap tidak diajukan.
1.3. Jika pengusaha yang memiliki omzet lebih dari Rp 4,8 Miliyar namun tidak
mengukuhkan diri untuk sebagai PKP maka pihak fiskus dapat melakukan
pengukuhan PKP secara jabatan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU KUP,
kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan
dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun
sebelum dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak. Sebagai contoh :
PT X telah memiliki omzet melebihi Rp 4,8 Miliyar sejak tahun 2014 namun tidak
mendaftarkan diri untuk menjadi PKP, kemudian fiskus mengetahui omzet PT X
melebihi Rp 4,8 Miliyar dari laporan keuangan dalam lampiran SPT yang dilaporkan.
Sehingga fiskus melakukan pemeriksaan pada tahun 2020 dan hasilnya pada 1
September 2020 PT X ditetapkan sebagai PKP secara jabatan. Maka PT X yang telah
menjadi PKP X memiliki kewajiban untuk menghitung, menyetor dan melapor PPN
yang terutang sejak 5 tahun kebelakang yaitu mulai 1 Agustus 2015. PKP X wajib
membayar PPN yang terutang selama 5 tahun ke belakang yang telah ditetapkan oleh
pihak fiskus. Kewajiban perpajakannya akan ditagih oleh fiskus atau Direktur Jenderal
Pajak sampai dengan lima tahun ke belakang sejak seharusnya dia memenuhi syarat
untuk memiliki NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP ditambah sanksi seperti yang
disebutkan dalam Pasal 13 ayat (2) UU KUP yaitu berupa bunga sebesar 2% per
bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
SKPKB. Tidak hanya itu, PPN ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sesuai Pasal 14 ayat (4) UU KUP sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
yang ditagih melalui Surat Tagihan Pajak (STP), sebagai konsekuensi dari penarikan
kewajiban perpajakan yang seharusnya dilaksanakan oleh WP atau PKP sampai
dengan lima tahun ke belakang.As
Nomor pengukuhan PKP (NPPKP) ini tertera dalam surat pengukuhan PKP
bersama dengan identitas wajib pajak lainnya, seperti Nama, NPWP, Klasifikasi
Lapangan Usaha (KLU), status usaha hingga kewajiban pajak.
1. Pengusaha akan dinilai memiliki sistem yang lebih baik, serta legal secara
hukum karena sudah menjadi PKP dan tertib membayar pajak.
2. Pengusaha dianggap memiliki perusahaan yang besar, dan tentu akan
berpengaruh saat menjalin kerja sama dengan perusahaan lain.
3. Dapat melakukan transaksi penjualan kepada Bendaharawan Pemerintah.
4. Pola produksi dan investasi menjadi lebih baik.