PENDAHULUAN
Syarat kelengkapan dokumen yang harus disiapkan oleh Wajib pajak yang hendak
mendaftarkan diri :
KPP tempat pendaftaran akak memroses pemohonan pendaftaran Wajib Pajak
setelah diterima secara lengkap dan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT)
dan kartu NPWP. Melalui program percepatan jangka Waktu Layanan Unggulan
Direktorat Jendral Pajak disebutkan bahwa apavila permohonan wajib pajak telah
lengkap, maka dalam 1 hari kerja SKT dan kartu NPWP dapat diterbitkan dan atas
Pelayanan ini tidak dipungut biaya/ gratis.
Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP akan dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan dalam pasal 39 undang-undang Nomor 6 tahun 1983,
yaitu :
“Barang siapa dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau mengunakan
tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya tiga tahun dan /denda setinggi-tingginya sebesar empat kali jumlah
pajak yang terhutang atau yang kurang atau yang tidak dibayar” (Munawir, 1992 : 71).
Pada dasarnya yang diwajibkan untuk mendaftarkan dan mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak adalah setiap wajib pajak, yang meliputi :
1) Setiap badan yang menjadi subjek pajak penghasilan, yaitu : PT, CV, Firma, Koperasi,
Yayasan/Lembaga dan bentuk usaha tetap
2) Setiap wajib pajak orang pribadi/perseorangan Pajak Penghasilan, yang mempunyai
penghasilan neto diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang besarnya adalah :
a. RP 960.000,00 untuk wajib pajak
b. RP 480.000,00 tambahan untuk diri wajib pajak yang kawin.
c. RP 960.000,00 tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan dari
usaha/pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota
keluarga lainnya.
d. RP 480.000,00 tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah, semenda dalam
garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimum
3 orang untuk setiap keluarga.
Batas penghasilan tidak kena pajak tersebut terhitung mulai tahun 1990 telah dinaikan
sebesar 50 %, sehingga menjadi :
Dengan demikian apabila wajib pajak tersebut merupakan wajib pajak perseorangan yang
mempunyai satu sumber penghasilan yang semata-mata diperoleh karena hubungan
jabatan/pekerjaan atau sebagai karyawan dari suatu pemberi kerja, maka karyawan tersebut tidak
wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak walaupun penghasilannya melebihi batas
penghasilan tidak kena pajak yang telah ditetapkan. Namun demikian kalau karyawan
mempunyai lebih dari satu sumber penghasilan atau mempunyai dua pemberi kerja maka
karyawan tersebut wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak. Dengan kata lain, atau
perseorangan yang tidak dikenakan kewajiban untuk mendaftarkan diri adalah orang yang :
Untuk semua badan serta eksportir maupun importir wajib untuk mendaftarkan dan
memperoleh NPWP tersebut. (Munawir, 1992 : 72).
Namun demikian, wajib pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri sebagaimana
diatur dalam undang-undang, apabila memerlukan NPWP dapat mendaftarkan diri dan
kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila wajib pajak pindah keluar wilayah
Kantor Pelayanan Pajak, yang bersangkutan meninggal dunia, wanita kawin tidak pisah harta,
warisan yang sudah dibagi, wajib pajak kehilangan stastus bentuk usaha tetap dan badan yang
dibubarkan.
Dengan perubahan system pemungutan pajak dari official/semi self assessment ke full
self assessment maka fungsi surat pemberitahuan juga mengalami perubahan, yang semula
berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan atau memberikan informasi mengenai objek pajak
atau penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak yang bersangkutan kepada fiskus, sekarang
berfungsi sebagai sarana wajib pajak untuk :
Dengan fungsi Surat Pemberitahuan atau SPT seperti tersebut diatas maka bentuk dan isi
SPT Tahunan Pajak Penghasilan disesuaikan, dibedakan untuk orang pribadi yang memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerja bebas, orang pribadi yang tidak memperoleh penghasilan
dari usaha dan/pekerja bebas serta wajib pajak badan baik yang menyelenggarakan pembukuan
maupun yang menggunakan norma perhitungan. Surat Pemberitahuan Tahunan terdiri dari induk
SPT dan lampiran-lampirannya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pada
dasarnya setiap orang yang mempunyai NPWP wajib untuk mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan. Secara terinci maka yang diwajibkan untuk mengisi dan menyampaikan surat
pemberitahuan (tahunan) adalah sebagai berikut : (Munawir, 1992 : 73).
1. Orang pribadi yang tidak menerima penghasilan dari usaha atau pekerja bebas yang
terdiri dari :
a. Setiap orang pribadi yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri, yaitu
orang yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut, atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat menetap di Indonesia selama-lamanya.
b. Pegawai/karyawan/karyawati yang menerima penghasilan lain di luar
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan (tetapi bukan dari usaha atau
pekerjaan bebas) atau apabila menerima penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan bebas lebih dari satu pemberi kerja.
c. Kuasa dari warisan yang belum terbagi, yang menerima penghasilan bukan dari
usaha atau pekerjaan bebas.
d. Setiap orang pribadi yang wajib menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P).
2. Orang pribadi yang menerima penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, yang
penghasilan netonya melebihi batas penghasilan tidak kena pajak, atau telah mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Wajib pajak badan, yang terdiri dari :
a. Setiap badan yang didirikan atau berkedudukan diindonesia yang terdiri dari
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer badan usaha milik negara dan daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan koperasi, yayasan ,
lembaga, atau
b. Badan Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha secara teratur diindonesia, oleh badan atau
perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan diindonesia.
Setiap wajib pajak wajib mengambil sendiri SPT yang telah disediakan oleh Direktorat
Jendral Pajak, mengisi, mengitung dan memperhitungkan sendiri pajak yang terhutang dalam
satu masa pajak, dan menyampaikan SPT yang telah diisi dan ditandatangani tersebut kepada
Direktorat Jendral Pajak/Kantor Pelayanan Pajak setempat dalam batas waktu yang ditentukan.
Batas waktu tersebut adalah sebagai berikut :
1. Untuk SPT tahunan, baik untuk pajak penghasilan maupun untuk pajak penghasilan pasal
21, selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya tahun pajak (31 Maret tahun
berikutnya).
2. Untuk SPT masa, batas penyampaiannya sesuai dengan macam SPT yang bersangkutan
yang diatur sebagai berikut : (Munawir, 1992 : 74).
a) SPT Masa pasal 21, selambat-lambatnya 20 hari setelah berakhirnya masa pajak.
b) SPT Masa pasal 22, baik oleh Bea Cukai maupun oleh Bendaharawan selambat-
lambatnya 7 hari setelah penyetoran.
c) SPT Masa Pasal 23 dan 26, selambat-lambatnya 20 hari setelah saat terhutangnya
pajak.
d) SPT Masa untuk angsuran sendiri atau SPT Masa pasal 25, selambat-lambatnya
20 hari setelah berakhirnya masa pajak.
e) SPT Masa untuk Pajak Pertambahan Nilai, Selambat-lambatnya 20 hari setelah
berakhirnya masa pajak
Apabila SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan, dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 10.000,00 (sepuluh ribu). Namun apabila
wajib pajak ternyata tidak dapat menyelesaikan laporan keuanangan wajib pajak tersebut berhak
untuk mengajukan permohonan untuk memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SPT
tahunan. Permohonan penundaan SPT Tahunan untuk pajak penghasilan harus dilampiri dengan
surat pernyataan mengenai perhitungan sementara pajak yang terhutang dalam satu tahun pajak
dan dilampiri pula bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terhutang.
Pengisian SPT harus dilakukan secara benar, jelas, lengkap sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak tepat pada waktunya. Apabila tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak jelas, lengkap, dan benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian negara, dikenakan sanksi pidana penjara selama-lamanya satu
tahun dan/ denda setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terhutang.
SPT setelah diisi dengan benar harus ditandatangani oleh wajib pajak yang
bersangkutan, dalam hal wajib pajak adalah badan maka SPT harus ditandatangani oleh pengurus
atau direksi. Tetapi kalua SPT tersebut diisi dan ditandatangani oleh oleh bukan wajib pajak
yang bersangkutan, maka harus dilampiri surat kuasa khusus. Apabila wajib pajak merupakan
wajib pajak yang wajib melakukan pembukuan, maka SPT tersebut harus dilengkapi dengan
laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba serta keterangan lain yang diperlukan
untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. (Munawir, 1992 : 75).
1. Yang diwajibkan menyampaikan Laporan Pajak-Pajak pribadi terdiri dari
a. Menteri, Jaksa Agung, Panglima ABRI, dan Gubernur Bank Indonesia.
b. Pimpinan Kesekretariatan Jendral pada Lembaga Tertinggi/tinggi negara dan
ketua atau kepala lembaga Pemerintahan Non Departemen.
c. Kepala Staff Angkatan/Kapolri.
d. Sekretaris Jendral, Direktur Jendral, Inspektur Jendral dan penjabat-penjabat yang
bertanggung jawab langsung dan berada di bawah Menteri, Jaksa Agung,
Panglima ABRI, dan Gubernur Bank Indonesia.
e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar negeri.
f. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
g. Penjabat yang memegang jabatan setingkat dibawah penjabat-penjabat
sebagaimana dimaksud pada huruf b, c, d, e, f diatas.
h. Bupati/Walikota Daerah Tingkat II.
i. Semua Perwira Tinggi dan Perwira Menengah di lingkunagan ABRI lainnya yang
tidak termasuk pada huruf a sampai dengan b.
j. Semua Pegawai Negeri Sipil Golongan III/a PGPS-1968 keatas dan anggota
ABRI yang setingkat dengan Pegawai Negeri Sipil Tingkat III/a PGPS-1968 ke
atas dan tidak termasuk dalam huruf h, termasuk lurah dan camat, Direktur
Utama, Direktur dan para pegawai lainnya dilingkungan BUMN, BUMD, Bank
Milik Negara dan Bank Milik Daerah, sepanjang jumlah penghasilan setahun
yang diterima atau diperoleh baik dari pekerjaan maupun diluar pekerjaan
melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
2. Yang dilaporkan dalam LP2P adalah :
a. Jumlah penghasilan, pajak penghasilan yang terhutang dan pajak penghasilan
yang telah dibayar, menurut surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
(Munawir, 1992 : 76).
b. Jumlah Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dan yang telah dibayar menurut
surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) dan/atau surat ketetapan pajak (SKP)
3. Dalam hal wanita sudah menikah wajib LP2P yang suaminya wajib menyampaikan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan, maka yang dilaporkan dalam LP2P adalah :
a. Jumlah penghasilan, pajak penghasilan yang terhutang dan yang telah dibayar
semata-mata sehubungan dengan pekerjaan atau jabatannya.
b. Pajak PBB yang terhutang dan yang telah dibayar menurut SPPT dan/atau SKP.
Dalam hal wanita sudah menikah dan suaminya tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan, maka yang harus dilaporkan adalah penghasilan neto, PPh yang
terhutang dan yang telah dibayar serta pajak PBB menurut SPPT dan/atau SKP
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat
yang oleh Wajib Pajak yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran
pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaturan SPT tersebut selanjutnya
dimuat dalam peraturan pemerintah nomor 80 tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan undang-
undang nomor 28 tahun 2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat di bawahnya seperti peraturan
menteri keuangan (Waluyo, 2008 : 31).
2. Fungsi SPT
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau
bagian tauhn pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak
c. Harta dan kewajiban dan/atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2008 : 31).
Bagi pengusaha kena pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
Pengertian mengisi SPT dimaksudkan yaitu mengisi SPT dalam bentuk kertas dan/atau dalam
bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2008 : 32).
Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir
SPT disediakan di kantor-kantor Direktorat Jendral Pajak dan tempat-tempat lain yang
ditentukan oleh Direktotat Jendral pajak yang diperkirakan mudah terjangkau Wajib Pajak.
Penegasan Pasal 3 Ayat (2) untuk setiap Wajib Pajak yang wajib mengisi SPT dan Wajib Pajak
yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, mengambil sendiri SPT atau
mengambil dengan cara lain yang tata caranya diatur oleh Menteri Keuangan.Sedangkan masalah
penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan tanda
tangan biasa (pengaturannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan) (Waluyo, 2008 : 32).
Jenis SPT sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 181/PMK 03/2007 meliputi:
1. SPT tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
2. SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu Masa Pajak yang terdiri dari :
a. SPT Masa Pajak Penghasilan
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Dari jenis SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa berbentuk:
SPT Tahunan
Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan lampirannya sebagai suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan, Untuk data dasar (formal) SPT paling sedikit memuat :
1. Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat Wajib Pajak
2. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan
3. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak
Di samping data dasar (data formal) juga terdapat/memuat data materiil mengenai:
1. Jumlah peredaran usaha
2. Jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
3. Jumlah penghasilan kena Pajak
4. Jumlah Pajak yang terutang
5. Jumlah kredit pajak
6. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
7. Jumlah harta dan kewajiban
8. Tanggal pembayaran pajak penghasilan Pasal 29
9. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 33).
SPT Masa
Dalam SPT Masa di samping data dasar berisi pula data materiil untuk SPT Masa Pajak
Penghasilan yaitu memuat:
a. Jumlah Objek Pajak, jumlah pajak yang terutang, dan atau jumlah pajak dibayar
b. Tanggal pembayaran atau penyetoran
c. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 33).
Sedangkan untuk SPT Masa Pajak Pertumbuhan Nilai dipisahkan dengan SPT Masa
Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:
1. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai memuat:
a. Jumlah penyerahan
b. Jumlah Pajak keluaran
c. Jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan
d. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
e. Tenggal penyetoran
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak
2. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut PPN memuat:
a. Jumlah Dasar Pengenaan Pajak
b. Jumlah pajak yang dipungut
c. Jumlah pajak yang disetor
d. Tanggal pemungutan
e. Tenggal penyetoran
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 34).
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Setiap SPT yang telah diisi selanjutnya Wajib Pajak menyampaikan SPT tersebut ke
Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak, dapat
dilakukan :
1. Secara langsung
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
3. Cara lain
Penyampaian SPT cara lain ini dilakukan:
1. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir (perusahaan yang berbentuk
badan hukum yang memberikan jasa pengiriman surat janis tertentu termasuk
pengiriman SPT ke Direktorat Jendral Pajak) dengan bukti pengiriman surat.
2. E-Filling melalui ASP (Application Service Provider)
ASP atau penyedia jasa aplikasi ini sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi
yang telah ditunjuk dengan keputusan Direktur Jendral Pajak sebagai perusahaan
yang dapat menyalurkan penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan
SPT Tahunan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak (Waluyo, 2008 : 34).
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan perlu diketahui batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sebagai berikut:
1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir tahun pajak (Waluyo, 2008 : 35).
Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memenuhi batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
Pajak Penghasilan, maka Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian
SPT Tahunan dengan cara menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan.Pemberitahuan dimaksud dibuat secara tertulis dan disampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir dengan
dilampiri beberapa lampiran sebagai berikut :
1. Penghitungan sementara Pajak Terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang
2. Laporan Keuangan sementara
3. Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang (Waluyo, 2008 : 35).
Wajib Pajak usaha kecil atau Wajib Pajak di daerah tertentu dalam satu SPT harus
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama
2 (dua) bulan sebelum dimulai masa pajak pertama .Di kecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Pajak Penghasilan . Wajib Pajak Penghasilan tertentu yang
memenuhi kriteria dan pengecualiannya yaitu sebagai berikut:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak ini dikecualikan dari
kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas.Wajib Pajak ini dikecualikan menyampaikan SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 25 (Waluyo, 2008 : 36).
Batas Waktu penyampaian SPT
Sesuai Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur:
1. Untuk SPT Masa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak
2. Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahub pajak (Waluyo,
2008 : 38).
Besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak menurut system self assessment
ditentukan sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Namun demikian apabila wajib pajak
tidak melaksanakan perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka besarnya pajak akan
ditentukan oleh fiskus dengan mengunakan surat ketetapan.