Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG


Pajak adalah istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Pajak merupakan pungutan wajib bagi
semua wajib pajak yang telah diatur oleh Undang-Undang tetang perpajakan. Peranannya
sangatlah penting dalam pengembangan suatu Negara khususnya Indonesia. Karena itu di
Indonesia banyak Undang-Undang maupun peraturan perundang-undangan yang menjelaskan
tentang pajak. Dari periode ke periode peraturan tentang pajak selalu mengalami perubahan,
begitupun di Indonesia. Sehingga muncullah istilah-istilah baru tentang perpajakan yang harus
diketahui oleh orang banyak. Selain itu perlu diketahui pula bahwa sebagian besar penduduk
Indonesia yang belum mempunyai NPWP, padahal NPWP tersebut sangat penting bagi
pembangunan Negara. Maka dari itu kami kelompok 2 akan membahas tentan Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan di Indonesia.

B.   RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu kewajiban mendaftarkan pajak?
2. Bagaimana mengisi surat pemberitahuan pajak?
3. Apa kewajiban membayar pajak Itu?
C.   TUJUAN
1.   Untuk mengetahui kewajiban mendaftarkan pajak
2. Untuk mengetahui kewajiban mengisi surat pemberitahuan pajak
3. Untuk mengetahui kewajiban membayar pajak
A. Nomor pokok wajib pajak
1. Kewajiban Mendaftarkan Diri
Setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan subjektif atau objektif dalam
bidang perpajakan diwajibkan untuk memperoleh NPWP. Persyaratan subjektif adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketetntuan mengenai subjek pajak dalam undang-undang
pajak penghasilan 1984 dan perubahannya. Sedangkan persyaratan objektif adalah
persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk pemotongan sesuai dengan ketentuan undang-undang pajak
penghasilan 1984 dan perubahannya.(Purwono, 2010 : 24).
Undang-undang tidak memberikan pengecualian atas kewajiban mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP, selain kepada orang pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan dibawah penghasilan tidak kena pajak.
Wajib pajak dapat menaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di KPP domisil atau
KPP lokasi. KPP domisili adalah KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal.
KPP lokasi adalah yang wilayah jerjanya meliputi tempat kegiatan usaha pemberi kerja /
bendaharawan pemerintah terdaftar.

2. Kewajiban Melaporkan Kegiatan usaha


Seperti halnya dengan NPWP,kepada wajib pajak baik yang berupa orang pribadi
yang menjalankan pekerjaan bebas maupun wajib pajak badan yang telah memenuhi
syarat dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), sehingga harus segera
melaporkan diri ke kantor pelayanan pajak untuk dikukuhkan menjadi PKP.

3. Pengertian Dan Fungsi NPWP


Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajin
pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya (Pasal 1 angka (6) UU KUP).
Fungsi NPWP :
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
b. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.(Purwono, 2010 : 25).
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan surat
pemeritahuan (SPT) Masa dan tahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan
e. Mendapatkan pelayanan dari instansi tertentu yang mewajibkan pencantuman NPWP
dalam dokumen yang diwajibkan, seperti pengajuan kredit usaha di bank. .(Purwono,
2010 : 26).
4. Tempat Pendaftaran Dan Pelaporan Usaha
Tempat pendaftran NPWP dan pelopran kegiatan usaha adalah dikantor direktorat
jendral pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
wajib pajak atau dapat melalui kantor pelayanan pajak (KPP) atau kantor pelayanan,
penyuluhan, dan konsultasi perpajakan (KP2KP) yang sebelumnya dikenal dengan nama
Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4). .(Purwono, 2010 : 26).

5. Prosedur Administrasi Pendaftran Dan Syarat Kelengkapan


Cara mendaftarkan diri dan melaporkan usaha :
a. Datang langsung ke kantor direktorat jendral pajak melalui kantor pelayan pajak dan
kantor pekayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan serta mengisi formulir
pendaftran yang telah disediakan atau melalui pos secara tercatat, atau
b. Registrasi online melalui jaringan jaringan internet dengan fasilitas e-registration
yang disediakan oleh direktorat jendral pajak di situs resmi www.pajak.go.id petunjuk
dan langkah-langkah dalam registrasi online telah disediakan situs tersebut. .
(Purwono, 2010 : 28).

Syarat kelengkapan dokumen yang harus disiapkan oleh Wajib pajak yang hendak
mendaftarkan diri :
KPP tempat pendaftaran akak memroses pemohonan pendaftaran Wajib Pajak
setelah diterima secara lengkap dan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT)
dan kartu NPWP. Melalui program percepatan jangka Waktu Layanan Unggulan
Direktorat Jendral Pajak disebutkan bahwa apavila permohonan wajib pajak telah
lengkap, maka dalam 1 hari kerja SKT dan kartu NPWP dapat diterbitkan dan atas
Pelayanan ini tidak dipungut biaya/ gratis.

Lampiran yang diperlukan pada formulir pendaftaran :


a. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas:
 Fotokopi KTP bagi penduduk indonesia
 Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak orang asing.
b. Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas :
 Fotokopi KTP
 Paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang
sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa bagi wajib pajak orang asing.
 Surat keterangan tempat kegiatan usaha atu pekerjaan bebas dari instansi
yang berwenang sekurang-kurangnya lurah atau kepala desa
c. Bendaharawan sebagai wajib pajak pemungut/pemotong :
 Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan
 Fotokopi KTP bendaharawan
d. Wajib pajak badan :
 Fotokopi akta pendiri
 Fotokopi KTP salah satu pengurus
 Fotokopi SUP/SITU dari instansi yang berwenang
 Surat kuasa apabila dikuasakan (Devano, 2006 : 146)

Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP akan dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan dalam pasal 39 undang-undang Nomor 6 tahun 1983,
yaitu :

“Barang siapa dengan sengaja tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau mengunakan
tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya tiga tahun dan /denda setinggi-tingginya sebesar empat kali jumlah
pajak yang terhutang atau yang kurang atau yang tidak dibayar” (Munawir, 1992 : 71).

Pada dasarnya yang diwajibkan untuk mendaftarkan dan mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak adalah setiap wajib pajak, yang meliputi :

1) Setiap badan yang menjadi subjek pajak penghasilan, yaitu : PT, CV, Firma, Koperasi,
Yayasan/Lembaga dan bentuk usaha tetap
2) Setiap wajib pajak orang pribadi/perseorangan Pajak Penghasilan, yang mempunyai
penghasilan neto diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang besarnya adalah :
a. RP 960.000,00 untuk wajib pajak
b. RP 480.000,00 tambahan untuk diri wajib pajak yang kawin.
c. RP 960.000,00 tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan dari
usaha/pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau anggota
keluarga lainnya.
d. RP 480.000,00 tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah, semenda dalam
garis lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimum
3 orang untuk setiap keluarga.

Batas penghasilan tidak kena pajak tersebut terhitung mulai tahun 1990 telah dinaikan
sebesar 50 %, sehingga menjadi :

a. Untuk diri wajib pajak Rp 1.440.000,00/tahun


b. Untuk status kawin Rp 720.000,00/tahun
c. Setiap orang keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus dan anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 orang anak setiap keluarga, Rp
720.000,00/tahun.

Dengan demikian apabila wajib pajak tersebut merupakan wajib pajak perseorangan yang
mempunyai satu sumber penghasilan yang semata-mata diperoleh karena hubungan
jabatan/pekerjaan atau sebagai karyawan dari suatu pemberi kerja, maka karyawan tersebut tidak
wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak walaupun penghasilannya melebihi batas
penghasilan tidak kena pajak yang telah ditetapkan. Namun demikian kalau karyawan
mempunyai lebih dari satu sumber penghasilan atau mempunyai dua pemberi kerja maka
karyawan tersebut wajib mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak. Dengan kata lain, atau
perseorangan yang tidak dikenakan kewajiban untuk mendaftarkan diri adalah orang yang :

a. Tidak mempunyai penghasilan lain selain penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan atau jabatan dari suatu pemberi kerja.
b. Memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)

Untuk semua badan serta eksportir maupun importir wajib untuk mendaftarkan dan
memperoleh NPWP tersebut. (Munawir, 1992 : 72).

Namun demikian, wajib pajak yang tidak diwajibkan mendaftarkan diri sebagaimana
diatur dalam undang-undang, apabila memerlukan NPWP dapat mendaftarkan diri dan
kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan apabila wajib pajak pindah keluar wilayah
Kantor Pelayanan Pajak, yang bersangkutan meninggal dunia, wanita kawin tidak pisah harta,
warisan yang sudah dibagi, wajib pajak kehilangan stastus bentuk usaha tetap dan badan yang
dibubarkan.

B. Kewajiban Mengisi Surat Pemberitahuan

Dengan perubahan system pemungutan pajak dari official/semi self assessment ke full
self assessment maka fungsi surat pemberitahuan juga mengalami perubahan, yang semula
berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan atau memberikan informasi mengenai objek pajak
atau penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak yang bersangkutan kepada fiskus, sekarang
berfungsi sebagai sarana wajib pajak untuk :

1) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang


sebenarnya terhutang, dan
2) Merupakan laporan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak tertentu,
3) Melaporkan pembayara dari pemotong atau pemunggut tentang
pemotongan/pemunggutan dan pembayaran yang telah dilakukan kepada orang
atau badan lain dalam satu masa pajak.

Dengan fungsi Surat Pemberitahuan atau SPT seperti tersebut diatas maka bentuk dan isi
SPT Tahunan Pajak Penghasilan disesuaikan, dibedakan untuk orang pribadi yang memperoleh
penghasilan dari usaha atau pekerja bebas, orang pribadi yang tidak memperoleh penghasilan
dari usaha dan/pekerja bebas serta wajib pajak badan baik yang menyelenggarakan pembukuan
maupun yang menggunakan norma perhitungan. Surat Pemberitahuan Tahunan terdiri dari induk
SPT dan lampiran-lampirannya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pada
dasarnya setiap orang yang mempunyai NPWP wajib untuk mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan. Secara terinci maka yang diwajibkan untuk mengisi dan menyampaikan surat
pemberitahuan (tahunan) adalah sebagai berikut : (Munawir, 1992 : 73).

1. Orang pribadi yang tidak menerima penghasilan dari usaha atau pekerja bebas yang
terdiri dari :
a. Setiap orang pribadi yang telah terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri, yaitu
orang yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut, atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat menetap di Indonesia selama-lamanya.
b. Pegawai/karyawan/karyawati yang menerima penghasilan lain di luar
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan (tetapi bukan dari usaha atau
pekerjaan bebas) atau apabila menerima penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan bebas lebih dari satu pemberi kerja.
c. Kuasa dari warisan yang belum terbagi, yang menerima penghasilan bukan dari
usaha atau pekerjaan bebas.
d. Setiap orang pribadi yang wajib menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi
(LP2P).
2. Orang pribadi yang menerima penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, yang
penghasilan netonya melebihi batas penghasilan tidak kena pajak, atau telah mempunyai
Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Wajib pajak badan, yang terdiri dari :
a. Setiap badan yang didirikan atau berkedudukan diindonesia yang terdiri dari
Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer badan usaha milik negara dan daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan koperasi, yayasan ,
lembaga, atau
b. Badan Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha secara teratur diindonesia, oleh badan atau
perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan diindonesia.
Setiap wajib pajak wajib mengambil sendiri SPT yang telah disediakan oleh Direktorat
Jendral Pajak, mengisi, mengitung dan memperhitungkan sendiri pajak yang terhutang dalam
satu masa pajak, dan menyampaikan SPT yang telah diisi dan ditandatangani tersebut kepada
Direktorat Jendral Pajak/Kantor Pelayanan Pajak setempat dalam batas waktu yang ditentukan.
Batas waktu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk SPT tahunan, baik untuk pajak penghasilan maupun untuk pajak penghasilan pasal
21, selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya tahun pajak (31 Maret tahun
berikutnya).
2. Untuk SPT masa, batas penyampaiannya sesuai dengan macam SPT yang bersangkutan
yang diatur sebagai berikut : (Munawir, 1992 : 74).
a) SPT Masa pasal 21, selambat-lambatnya 20 hari setelah berakhirnya masa pajak.
b) SPT Masa pasal 22, baik oleh Bea Cukai maupun oleh Bendaharawan selambat-
lambatnya 7 hari setelah penyetoran.
c) SPT Masa Pasal 23 dan 26, selambat-lambatnya 20 hari setelah saat terhutangnya
pajak.
d) SPT Masa untuk angsuran sendiri atau SPT Masa pasal 25, selambat-lambatnya
20 hari setelah berakhirnya masa pajak.
e) SPT Masa untuk Pajak Pertambahan Nilai, Selambat-lambatnya 20 hari setelah
berakhirnya masa pajak

Apabila SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan, dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 10.000,00 (sepuluh ribu). Namun apabila
wajib pajak ternyata tidak dapat menyelesaikan laporan keuanangan wajib pajak tersebut berhak
untuk mengajukan permohonan untuk memperoleh perpanjangan waktu penyampaian SPT
tahunan. Permohonan penundaan SPT Tahunan untuk pajak penghasilan harus dilampiri dengan
surat pernyataan mengenai perhitungan sementara pajak yang terhutang dalam satu tahun pajak
dan dilampiri pula bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terhutang.

Pengisian SPT harus dilakukan secara benar, jelas, lengkap sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak tepat pada waktunya. Apabila tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak jelas, lengkap, dan benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian negara, dikenakan sanksi pidana penjara selama-lamanya satu
tahun dan/ denda setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terhutang.

SPT setelah diisi dengan benar harus ditandatangani oleh wajib pajak yang
bersangkutan, dalam hal wajib pajak adalah badan maka SPT harus ditandatangani oleh pengurus
atau direksi. Tetapi kalua SPT tersebut diisi dan ditandatangani oleh oleh bukan wajib pajak
yang bersangkutan, maka harus dilampiri surat kuasa khusus. Apabila wajib pajak merupakan
wajib pajak yang wajib melakukan pembukuan, maka SPT tersebut harus dilengkapi dengan
laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba serta keterangan lain yang diperlukan
untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. (Munawir, 1992 : 75).
1. Yang diwajibkan menyampaikan Laporan Pajak-Pajak pribadi terdiri dari
a. Menteri, Jaksa Agung, Panglima ABRI, dan Gubernur Bank Indonesia.
b. Pimpinan Kesekretariatan Jendral pada Lembaga Tertinggi/tinggi negara dan
ketua atau kepala lembaga Pemerintahan Non Departemen.
c. Kepala Staff Angkatan/Kapolri.
d. Sekretaris Jendral, Direktur Jendral, Inspektur Jendral dan penjabat-penjabat yang
bertanggung jawab langsung dan berada di bawah Menteri, Jaksa Agung,
Panglima ABRI, dan Gubernur Bank Indonesia.
e. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar negeri.
f. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
g. Penjabat yang memegang jabatan setingkat dibawah penjabat-penjabat
sebagaimana dimaksud pada huruf b, c, d, e, f diatas.
h. Bupati/Walikota Daerah Tingkat II.
i. Semua Perwira Tinggi dan Perwira Menengah di lingkunagan ABRI lainnya yang
tidak termasuk pada huruf a sampai dengan b.
j. Semua Pegawai Negeri Sipil Golongan III/a PGPS-1968 keatas dan anggota
ABRI yang setingkat dengan Pegawai Negeri Sipil Tingkat III/a PGPS-1968 ke
atas dan tidak termasuk dalam huruf h, termasuk lurah dan camat, Direktur
Utama, Direktur dan para pegawai lainnya dilingkungan BUMN, BUMD, Bank
Milik Negara dan Bank Milik Daerah, sepanjang jumlah penghasilan setahun
yang diterima atau diperoleh baik dari pekerjaan maupun diluar pekerjaan
melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
2. Yang dilaporkan dalam LP2P adalah :
a. Jumlah penghasilan, pajak penghasilan yang terhutang dan pajak penghasilan
yang telah dibayar, menurut surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
(Munawir, 1992 : 76).
b. Jumlah Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dan yang telah dibayar menurut
surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) dan/atau surat ketetapan pajak (SKP)
3. Dalam hal wanita sudah menikah wajib LP2P yang suaminya wajib menyampaikan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan, maka yang dilaporkan dalam LP2P adalah :
a. Jumlah penghasilan, pajak penghasilan yang terhutang dan yang telah dibayar
semata-mata sehubungan dengan pekerjaan atau jabatannya.
b. Pajak PBB yang terhutang dan yang telah dibayar menurut SPPT dan/atau SKP.

Dalam hal wanita sudah menikah dan suaminya tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan, maka yang harus dilaporkan adalah penghasilan neto, PPh yang
terhutang dan yang telah dibayar serta pajak PBB menurut SPPT dan/atau SKP

4. LP2P harus disampaikan tiap tahun selambat-lambatnya tanggal 30 september setelah


tahun pajak berakhir.
C. Surat Pemberitahuan Pajak
1. Pengertian Surat Pemberitauhan (SPT)

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat
yang oleh Wajib Pajak yang digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran
pajak, Objek Pajak dan atau bukan Objek Pajak dan atau harta dan kewajiban, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pengaturan SPT tersebut selanjutnya
dimuat dalam peraturan pemerintah nomor 80 tahun 2007 tentang tata cara pelaksanaan hak dan
kewajiban perpajakan berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum
dan tata cara perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan undang-
undang nomor 28 tahun 2007 dan aturan pelaksanaan pada tingkat di bawahnya seperti peraturan
menteri keuangan (Waluyo, 2008 : 31).

2. Fungsi SPT

Surat pemberitahuan Pajak berfungsi untuk melaporkan perhitungan pajaknya dan


pembayaran pajaknya, Pasal 3 Undang-Undang KUP menegaskan bagi setiap wajib pajak untuk
mengisi SPT dengan benar,lengkap,dan jelas,dalam bahasa Indonesia menggunakan huruf latin,
Angka arab, satuan mata uang rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor
Direktorat Jendral Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak. Dengan ini lebih menegaskan fungsi SPT bagi Wajib
Pajak.

Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan


perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau
bagian tauhn pajak.
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak
c. Harta dan kewajiban dan/atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2008 : 31).
Bagi pengusaha kena pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran dan


2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha kena
Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkannya (Waluyo, 2008 : 32).

Pengertian mengisi SPT dimaksudkan yaitu mengisi SPT dalam bentuk kertas dan/atau dalam
bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, jelas sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Waluyo, 2008 : 32).

Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan kepada Wajib Pajak, formulir
SPT disediakan di kantor-kantor Direktorat Jendral Pajak dan tempat-tempat lain yang
ditentukan oleh Direktotat Jendral pajak yang diperkirakan mudah terjangkau Wajib Pajak.
Penegasan Pasal 3 Ayat (2) untuk setiap Wajib Pajak yang wajib mengisi SPT dan Wajib Pajak
yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, mengambil sendiri SPT atau
mengambil dengan cara lain yang tata caranya diatur oleh Menteri Keuangan.Sedangkan masalah
penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan tanda
tangan biasa (pengaturannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan) (Waluyo, 2008 : 32).

3. Jenis dan Bentuk Surat Pemberitahuan (SPT)

Jenis SPT sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 181/PMK 03/2007 meliputi:

1. SPT tahunan Pajak Penghasilan, yaitu SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak.
2. SPT Masa, yaitu SPT untuk suatu Masa Pajak yang terdiri dari :
a. SPT Masa Pajak Penghasilan
b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Dari jenis SPT baik SPT Tahunan maupun SPT Masa berbentuk:

1. Formulir kertas (handcopy)


2. E-SPT yaitu data SPT wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak
dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan Direktorat Jendral Pajak (Waluyo,
2008 : 33).
3. Isi Surat Pemberitahuan

SPT Tahunan

Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan lampirannya sebagai suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan, Untuk data dasar (formal) SPT paling sedikit memuat :

1. Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat Wajib Pajak
2. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang bersangkutan
3. Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak

Di samping data dasar (data formal) juga terdapat/memuat data materiil mengenai:
1. Jumlah peredaran usaha
2. Jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
3. Jumlah penghasilan kena Pajak
4. Jumlah Pajak yang terutang
5. Jumlah kredit pajak
6. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
7. Jumlah harta dan kewajiban
8. Tanggal pembayaran pajak penghasilan Pasal 29
9. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 33).
SPT Masa

Dalam SPT Masa di samping data dasar berisi pula data materiil untuk SPT Masa Pajak
Penghasilan yaitu memuat:

a. Jumlah Objek Pajak, jumlah pajak yang terutang, dan atau jumlah pajak dibayar
b. Tanggal pembayaran atau penyetoran
c. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 33).

Sedangkan untuk SPT Masa Pajak Pertumbuhan Nilai dipisahkan dengan SPT Masa
Pajak Pertambahan Nilai bagi pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagai berikut:
1. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai memuat:
a. Jumlah penyerahan
b. Jumlah Pajak keluaran
c. Jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan
d. Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak
e. Tenggal penyetoran
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak
2. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut PPN memuat:
a. Jumlah Dasar Pengenaan Pajak
b. Jumlah pajak yang dipungut
c. Jumlah pajak yang disetor
d. Tanggal pemungutan
e. Tenggal penyetoran
f. Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak (Waluyo, 2008 : 34).
PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

Setiap SPT yang telah diisi selanjutnya Wajib Pajak menyampaikan SPT tersebut ke
Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak, dapat
dilakukan :

1. Secara langsung
2. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
3. Cara lain
Penyampaian SPT cara lain ini dilakukan:
1. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir (perusahaan yang berbentuk
badan hukum yang memberikan jasa pengiriman surat janis tertentu termasuk
pengiriman SPT ke Direktorat Jendral Pajak) dengan bukti pengiriman surat.
2. E-Filling melalui ASP (Application Service Provider)
ASP atau penyedia jasa aplikasi ini sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi
yang telah ditunjuk dengan keputusan Direktur Jendral Pajak sebagai perusahaan
yang dapat menyalurkan penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan
SPT Tahunan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak (Waluyo, 2008 : 34).

Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan perlu diketahui batas waktu
penyampaian SPT Tahunan sebagai berikut:

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak
2. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir tahun pajak (Waluyo, 2008 : 35).

Dalam hal Wajib Pajak tidak dapat memenuhi batas waktu penyampaian SPT Tahunan.
Pajak Penghasilan, maka Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian
SPT Tahunan dengan cara menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan.Pemberitahuan dimaksud dibuat secara tertulis dan disampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir dengan
dilampiri beberapa lampiran sebagai berikut :
1. Penghitungan sementara Pajak Terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang
2. Laporan Keuangan sementara
3. Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang (Waluyo, 2008 : 35).

PENYAMPAIAN SPT MASA WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU

Pasal 3 Ayat (3b) Undang-Undang KUP memberikan kewenangan kepada Menteri


Keuangan untuk mengatur tentang Tata Cara Pelaporan SPT Masa bagi Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu yang dapat melaporkan beberrapa masa pajak dalam satu SPT
Masa.
Wajib Pajak kriteria tertentu tersebut meliputi:
1. Wajib Pajak usaha kecil, yang terdiri dari
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan kegiatan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas atau Wajib Pajak Badan.
Wajib Pajak Orang Pribadi tersebut harus memenuhi kriteria, yaitu:
a) Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
b) Menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau penerimaan
bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya tidak lebih dari RP
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)
Sedangkan untuk Wajib Pajak badan harus memenuhi kriteria, yaitu:
a) Modal Wajib Pajak 100% (seratus persen) dimiliki oleh Warga Negara Indonesia
b) Menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak sebelumnya
tidak lebih dari Rp 900.000.000,00 (sembilan ratus juta rupiah)
2. Wajib Pajak di daerah tertentu Wajib Pajak yang tempat tinggal, tempat kedudukan atau
tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Direktur
Jendral Pajak (Waluyo, 2008 : 36).

Wajib Pajak usaha kecil atau Wajib Pajak di daerah tertentu dalam satu SPT harus
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama
2 (dua) bulan sebelum dimulai masa pajak pertama .Di kecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Pajak Penghasilan . Wajib Pajak Penghasilan tertentu yang
memenuhi kriteria dan pengecualiannya yaitu sebagai berikut:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh
penghasilan neto tidak melebihi penghasilan tidak kena pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Wajib Pajak ini dikecualikan dari
kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan
pekerjaan bebas.Wajib Pajak ini dikecualikan menyampaikan SPT Masa Pajak
Penghasilan Pasal 25 (Waluyo, 2008 : 36).
Batas Waktu penyampaian SPT

Sesuai Pasal 3 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT diatur:

1. Untuk SPT Masa paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak
2. Untuk SPT Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahub pajak (Waluyo,
2008 : 38).

Kewajiban Membayar Pajak


Ada dua system atau tata cara pelunasan atau pembayaran pajak penghasilan yaitu
pembayaran yang dilakukan setelah tahun pajak berakhir dan pembayaran pajak selama tahun
berjalan. Pembayaran pajak setelah tahun pajak berakhir adalah pelunasan atas hutang pajak
yang sebenarnya terhutang. Karena perhitungan pajaknya didasarkan atas objek atau penghasilan
yang sebenarnya diperoleh. Pembayaran pajak pada tahun berjalan (current payment) merupakan
angsuran atas pajak yang diperkirakan akan terhutang pada akhir tahun. Setelah tahun pajak
berakhir, dihitunglah pajak penghasilan yang sebenarnya terhutang dan pembayaran yang telah
dilakukan selama tahun berjalan diperhitungkan atau dikreditkan pada pajak penghasilan yang
sebenarnya terhutang tersebut. (Munawir, 1992 : 77).

Besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak menurut system self assessment
ditentukan sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan. Namun demikian apabila wajib pajak
tidak melaksanakan perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka besarnya pajak akan
ditentukan oleh fiskus dengan mengunakan surat ketetapan.

Ketentuan mengenai tatacara pembayaran diatur dalam Surat Keputusan Menteri


Keuangan Nomor : 948/KMK-04/1983, yang pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu Pajak Penghasilan pegawai/karyawan/karyawati yang


dipotong oleh pemberi kerja, bendaharawan, badan dana pension, perusahaan dan badan
badan yang membayar gaji, upah, honorarium, sokongan dan pembayaran lainnya
sebagaimana diatur dalam pasal 21 undang-undang Nomor 7 tahun 1983, harus
disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal sepuluh bulan berikutnya.
2. Pajak Penghasilan Pasal 22 Bea Cukai, yaitu Pajak Penghasilan atau kegiatan usaha
dibidang impor yang pemungutannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea Cukai Harus
disetorkan dalam jangka waktu satu hari sebelum pemungutan pajak.
3. Pajak Penghasilan Pasal 22 Bendahawan yaitu pajak penghasilan atas kegiatan usaha
impor atau kegiatan usaha bidang lain yang memperoleh pembayaran untuk barang dan
jasa dari belanja negara, yang pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan di tingkat
Pemerintahan Pusat atau daerah serta badan lain yang melakukan pembayaran untuk
barang dan jasa belanja negara, harus disetorkan selambat-lambatnya pada 7 bulan takwin
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
4. Pajak Penghasilan Pasal 23, yaitu pajak atas penghasilan berupa bunga deviden, royalty,
sewa, imbalan jasa teknik dan jasa manajemen yang dibayarkan oleh badan
pemerintahan, badan usaha milik negara dan daerah serta oleh wajib pajak badan lainnya
kepada wajib pajak dalam negeri, selain bank atau lembaga keuangan kainnya, harus
disetorkan selambat-lambatnya 10 hari setelah saat terhutang pajak.
5. Pajak Penghasilan Pasal 25, yaitu pajak penghasilan yang dibayar sendiri oleh wajib
pajak untuk setiap Masa Pajak, atau pembayaran angsuran pajak oleh wajib pajak sendiri
harus disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan takwim berikutnya setelah
masa pajak berakhir (Munawir, 1992 : 78).
6. Pajak Penghasilan Pasal 26, yaitu pajak penghasilan berupa bunga, deviden, royalty,
sewa, imbalan jasa teknik dan jasa manajemen yang dibayarkan oleh badan pemerintah,
badan usaha miklik negara dan daerah serta wajib pajak lainya kepada wajib pajak luar
negeri, harus disetorkan selambat-lambatnya 10 hari setelah saat terhutang pajak.
7. Pajak pertambahan nilai atas kegiatan impor yang pajaknnya dipungut olej Direktorat
Jendral Bea dan Cukai, harus disetorkan selambat-lambatnya 1 hari setelah pemungutan
tersebut.
8. Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetorkan sendiri oleh wajib pajak yang
bersangkutan harus dilakukan selambat-lambatnya 15 hari setelah masa pajak berakhir.
9. Pajak atas suatu ketetapan yang dikeluarkan oleh fiskus yang berupa Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan, atau bila wajib pajak
ditagih pajak, dikenakan denda kenaikan/bunga dengan suatu surat ketetapan maka harus
dilunasi selambat-lambatnya satu bulan sejak diterimanya surat ketetapan tersebut.
10. Pembayaran kekurangan pajak padaSurat Pemberitahuan Tahunan pasal 29 harus
dilunasi selambat-lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya tahun pajak. (Munawir,
1992 : 79).

Wajib Pajak Patuh


Wajib Pajak patuh adalah wajib pajak yang ditetapkan oleh direktur jendral pajak sebagai wajib pajak
yang memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria tertentu adalah :
1. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan meliputi :
a) Penyampaian surat pemberitahuan tahunan tepat waktu dalam (tiga) tahun terakhir
b) Penyampaian surat pemberitahuan masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk masa
pajak januari sampai November tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak
dan tidak berturut-turut
c) Surat pemberitahuan masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada butir b) telah
disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian surat pemberitahuan masa-masa pajak
berikutnya. (Fidel 2010 : 53)
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak,meliputi keadaan pada 31
desember tahun sebelum penetapan sebagai wajib pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak
yang belum melewati batas akhir pelunasan.
3. Laporan keuangan diaudit oleh akutan public atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama tiga tahun berturut turut, dengan ketentuan:
a) Laporan keuangan yang diaudit harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan
menyajikan rekonsiliasi laba rui komersil dan fiscal bagi wajib pajak yang wajib
menyampaikan surat pemberitahuan tahunan
b) Pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diaudit ditandatangani oleh akutan public
yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pemerintah pengawasan akutan public.
4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap dalam jangka waktu (lima) tahun
terakhir.
Wajib pajak patuh tidak dapat diberikan surat keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,
apabila dalam masa berlakunya jangka waktu sebagai wajib pajak patuh:
1. Terhadap wajib pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
2. Wajib pajak terlambat menyampaikan surat pemberitahuan masa untuk suatu jenis pajak tertentu
(dua) masa pajak berturut-turut.
3. Wajib pajak terlambat menyampaikan surat pemberitahuan masa untuk suatu jenis pajak tertentu
(tiga) masa pajak tidak berturut-turut dalam (satu) tahun kalender.
4. Wajib pajak terlambat menyampaikan surat pemberitahuan masa tidak lebih (tiga) masa pajak
secara berturut-turut dan terdapat penyampaian surat pemberitahuan ,asa yang lewat dari batas
waktu penyampaian surat pemberitahuan masa masa pajak berikutnya
5. Wajib pajak terlambat menyampaikan surat pemberitahuan tahunan.(fidel 2010 : 54)

HAK – HAK WAJIB PAJAK

1. Hak atas kelebihan pembayaran pajak


dalam hal pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit
pajak, atau dengan kata lain pembayaran pajak yang dibayar atau dipotong atau dipungut lebih
besar dari yang seharusnya terutang, maka wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan
kembali kelebihan tersebut.
2. Hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan
direktorat jendral pajak dapat melakukan pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan wajib
pajak dan tujuan lain yang diteteapkan oleh direktorat jenderal pajak. Dalam hal dilakukan
pemeriksaan, wajib pajak berhak :
 Meminta surat perintah pemeriksaan
 Melihat tanda pengenal pemeriksa
 Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan
 Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT untuk hadir dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.
(Pohan 2017 : 193).
3. Hak untuk mengajukan keberatan, banding dan peninjauan kembali
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh direktorat jenderal pajak, maka akan
diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang menjadi kurang
bayar,lebih bayar, atau nihil. Jika wajib pajak tidak sependapat maka dapat mengajukan keberatan
atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas dengan keputusan keberatan
tersebut maka wajib pajak dapat mengajukan banding langkah terakhir yang dapat dilakukan oleh
wajib pajak dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali kemahkama agung.
4. Hak kerahasiaan bagi wajib pajak
wajib pajak mempunyai hak untuk mendapat perlindungan kerahasiaan atas segala sesuatu
informasi yang telah disampaikannya kepada direktorat jendral pajak dalam rangka menjalankan
ketentuan perpajakan.
 Kerahasiaan wajib pajak antara lain :
1) Surat pemberitahuan, laporan keuangan, dokumen lainnya yang dilaporkan oleh
wajib pajak
2) Daa dari pihak ketiga yang bersifat rahasia
3) Dokumen atau rahasai wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku .

5. Hak untuk pengangsuran atau penunda pembayaran


Dalam hal-hal kondisi tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan memenihi
pembayaran pajak.
6. Hak untuk penunda pelaporan SPT tahunan
dengan alas an-alasan tertentu, wajib pajak dapat menyampaikan perpanjang penyampaian SPT
tahunan baik pph badan maupun pph orang pribadi
7. Hak untuk pengangguran PPh pasal 25
dengan alasan-alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan pengurangan besarnya angsuran
PPh pasal 25
8. Hak untuk pengurangan PBB (pajak bumi dan bangunan)
wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang hubungannya
dengan subjek pajak atau karna sebab – sebab tertentu lainnya (Pohan 2017 : 194).
9. Hak untuk pembebasan pajak
dengan alasan alasan tertentu, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan atas
pemotongan/pemungutan pajak penghasilan
10. Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
wajib pajak yang telak memenuhi kriteria tertentu sebagai wajib pajak patuh dapat diberikan
pengembalian (retitusi) pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam janggka waktu paling
lambat 1 bulan untk PPN dan 3 bulan untuk PPh sejak tanggal permohonan
11. Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah
dalam pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah atau dana pinjaman luar negeri
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh kontraktor konsultan dan supplier utama
ditanggung oleh pemerintah.
12. Hak untuk mendapatkan insentif perpajakan
dibidang PPN, untuk barang kena pajak tertentu atau kegiatan tertentu diberikan fasilitas
pembebasan PPN atau PPN tidak dipungut. BKP tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
antara lain kereta api, pesawat udara, kapal laut, buku-buku, perlengkapan TNI/POLRI yang
diimpor maupun yang penyerahannya didalam daerah pabean oleh wajib pajak tertentu. (Pohan
2017 : 195).

Anda mungkin juga menyukai