Anda di halaman 1dari 11

PERMOHONAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

Dosen Pengampu :

Dra. Marjani AT, MM, Ak, CA

Disusun Oleh:

Oktavia Silvi - 181622019151393

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG


10 April 2021
1. RUANG LINGKUP NPWP
A. Pengertian NPWP
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

B. Fungsi dari NPWP


 Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak
 Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan

C. Wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran
pajak, pemotongan pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

D. Landasan hukum pemberian NPWP


Setidaknya ada 8 (delapan) dasar hukum NPWP yang pernah dibuat oleh
pemerintah. Berikut ini dasar hukum NPWP yang dimaksud:
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-27/PJ/1995 yang
berlaku pada 23 Maret 1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha Serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-150/PJ/1999 tentang
Perubahan KEP-27/PJ/1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan
Pelaporan Kegiatan Usaha Serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-515/PJ/2000 tentang
Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat
Pelaporan Usaha Bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu.
 KEP-516/PJ/2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan
Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan penghapusan NPWP,
serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak.
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan.
 Keputusan Ditjen Pajak Nomor KEP-535/PJ/2000 tentang Tempat
Lain Sebagai Tempat Terutangnya Pajak Bagi Pengusaha Kena
Pajak.
 Keputusan Ditjen Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka
Waktu Pendaftaran dan pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
 Keputusan Ditjen pajak Nomor KEP-167/PJ/2003 tentang Perubahan
Ketiga atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
515/PJ/2000 tentang Tempat Pendaftaran Bagi Wajib Pajak Tertentu
dan Tempat Pelaporan Usaha Bagi Pengusaha Kena Pajak tertentu.
Sekarang, dasar hukum NPWP yang berlaku adalah Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-02/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata
Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan
Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

E. Wajib pajak yang berkewajiban mempunyai NPWP


Sesuai dengan adanya peraturan dari Direktur Jenderal Pajak Nomor:
Per-20/PJ/2013 dan dilansir dari DJP, pengelompokan wajib pajak dapat
dibagi menjadi berikut:
1. Wajib pajak orang pribadi
 Orang Pribadi (Induk): wajib pajak belum menikah, dan suami
sebagai kepala keluarga
 Hidup Berpisah (HB): wanita yang sudah menikah dan dikenai
pajak secara terpisah karena hidup berpisah berdasarkan putusan
hakim.
 Pisah Harta (PH): suami-istri yang dikenai pajak secara terpisah
karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis.
 Memilih Terpisah (MT): wanita yang sudah menikah selain
kategori Hidup Berpisah dan Pisah Harta. Dikenai pajak secara
terpisah karena memilih melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya.
 Warisan Belum Terbagi (WBT): sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu
ahli waris.

2. Wajib pajak badan


Tak hanya pribadi, ada juga wajib pajak yang tergolong ke dalam siapa
yang wajib memiliki NPWP, di antaranya:
 Badan: sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan.
Baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha.
 Joint Operation: bentuk kerja sama operasi yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak atas nama
bentuk kerja sama operasi.
 Kantor Perwakilan Perusahaan Asing: Wajib Pajak perwakilan
dagang asing atau kantor perwakilan perusahaan asing
(representative office/liaison office) di Indonesia yang bukan
Bentuk Usaha Tetap (BUT).
 Bendahara: bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain serta diwajibkan
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak.
 Penyelenggara Kegiatan: pihak selain empat Wajib Pajak badan
sebelumnya yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama
dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan.

F. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan NPWP atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali
sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun terhitung sejak selesainya
menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP dalam
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi
pajak atau pengkreditan pajak dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan.
2. PENDAFTARAN UNTUK MENDAPATKAN NPWP
Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan suubjektif dan
objektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
berdasarkan system self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus
untuk mendapatkan NPWP.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam undang-undang pajak penghasilan 1984 dan
perubahannya. Menurut Per-20/PJ/2013 orang pribadi atau badan, wajib
memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) apabila dia telah dinyatakan
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perpajakan yang berlaku. Adapun persyaratan subjektif yaitu:
 Orang pribadi yang bertempat tinggal dan berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, serta orang pribadi yang
dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
 Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia;
 Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketetntuan undang-undang pajak
penghasilan 1984 dan perubahannya.
Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal dan kantor Direktorat Jendral Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan bagi wajib
pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin
yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan
keputusan hukum atau dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta.
Wanita kawin selain tersebut diatas dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiriagar wanita kawin tersebut dapat
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari hak
dan kewajiban perpajakan suaminya.
Direktur Jendral Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan apabila wajib
pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif tidak mendaftarkan
diri untuk mendapatkan NPWP kewajiban perpajakan bagi wajib pajak yang
diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak saat wajib pajak memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturaqn
perundang-undangan perpajakan selambatnya 5 (lima) tahun sebelum
diterbitkannya NPWP.
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka
waktunya. Karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban
mengenakan pajak terutang jangka waktu pendaftaran NPWP adalah
 Bagi wajip pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri
paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
 Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan suatu usaha atau
tidak melakukan pekerjaan bebas apabilajumlah penghasilannya
sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi
penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat
pada akhir bulan berikutnya.
Terhadap wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan
NPWP akan dikenakan sanksi perpajakan.

3. TATA CARA PENDAFTARAN NPWP


Syarat membuat NPWP pribadi untuk karyawan/pekerja kantoran
 Warga Negara Indonesia (WNI): fotokopi KTP.
 Warga Negara Asing (WNA): membawa fotokopi paspor/kartu izin
tinggal (KITAP/KITAS).
 Surat keterangan kerja dari perusahaan tempat Anda bekerja.
 Bagi pegawai negeri bisa membawa surat keputusan (SK).
 Mengisi formulir pengajuan NPWP.

Syarat membuat NPWP pribadi bagi wirausaha


 Warga Negara Indonesia (WNI): fotokopi KTP.
 Warga Negara Asing (WNA): membawa fotokopi paspor/kartu izin
tinggal (KITAP/KITAS).
 Surat Keterangan Usaha (SKU) minimal dikeluarkan oleh lurah/bukti
tagihan listrik.
 Surat pernyataan yang sudah ditandatangani di atas materai Rp6000.
Surat ini menjelaskan bahwa Wajib Pajak benar-benar memiliki usaha
atau pekerja bebas.

Syarat membuat NPWP untuk wanita yang sudah menikah


Ada kalanya penghasilan istri lebih besar dari suaminya. Oleh sebab itu, istri
bisa mengajukan NPWP secara terpisah dari suami dengan membawa
persyaratan:
 Fotokopi NPWP suami, KTP, dan KK.
 Surat keterangan kerja dari perusahaan.
 Surat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan yang dikehendaki
oleh kedua belah pihak.
 Mengisi formulir pengajuan NPWP.

Cara Membuat NPWP Pribadi Melalui KPP


 Siapkan dokumen persyaratan yang telah difotokopi.
 Datang ke KPP terdekat dari alamat pada KTP Anda. Bila alamat
domisili sekarang berbeda dengan KTP, Anda diharuskan
melampirkan surat keterangan tinggal dari Kelurahan.
 Isi formulir pengajuan NPWP.
 Serahkan berkas ke petugas pendaftaran.
 Menerima tanda terima pendaftaran Wajib Pajak.

Langkah Membuat NPWP Pribadi Secara Online


 Buka halaman ereg.pajak.go.id.
 Pilih menu daftar yang ada di bagian bawah.
 Masukkan alamat e-mail yang masih aktif agar verifikasi bisa
dilakukan.
 Buka link verifikasi yang telah dikirim melalui e-mail.
 Lakukan pengisian data diri secara lengkap agar bisa melangkah ke
proses selanjutnya. Pastikan data diri yang diisikan adalah benar.
 Setelah pengisian data diri selesai, buka e-mail dan klik link verifikasi.
 Masuk ke sistem e-registrasi dan pilih menu pengajuan NPWP.
 Ikuti langkah-langkah pengisian dengan teliti dan pastikan data yang
dilampirkan adalah benar supaya pengajuan ini tidak ditolak.
 Setelah pengisian formulir selesai, sistem akan merekomendasikan
KPP untuk mengurus pengajuan yang telah Anda buat.
 Klik menu token untuk mendapatkan kode unik sebagai syarat
pengajuan.
 Klik kirim pengajuan dan tunggu beberapa hari untuk mendapat
konfirmasi apakah pengajuan Anda ditolak atau diterima. Konfirmasi
akan dikirim melalui e-mail.
 Bila status pengajuan sukses, NPWP akan dikirim melalui pos ke
alamat yang telah terlampir.

4. PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila :
a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak dan/atau
ahli warisnya apabila Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b. Wajib Pajak badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha
c. Wanita yng sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami
dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia
e. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk menghapuskan
NPWP dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Direktur Jendral Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan
keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6
(enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (duabelas) bulan untuk
Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud telah lewat dan Direktur
Jendral Pajak tidak memberi keputusan, permohonan penghapusan NPWP
dianggap dikabulkan.

5. PENERBITAN NPWP SECARA JABATAN


Penerbitan NPWP secara jabatan dilakukan Direktur Jenderal Pajak
berdasarkan hasil pemeriksaan atau data milik Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) terhadap Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajibannya
mendaftarkan diri. Dasar hukum penerbitan NPWP secara jabatan ini diatur
dalam Pasal 2 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) yang menyatakan bahwa
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan NPWP secara jabatan apabila
Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajibannya. Kewajiban yang dimaksud
adalah yang diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang mengharuskan setiap Wajib
Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif untuk
mendaftarkan diri.
Persyaratan subjektif yang dimaksud adalah persyaratan yang sesuai
dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Pasal 2, Pasal 2A dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pada
Pasal 2 mengatur mengenai pihak yang menjadi subjek pajak. Pasal 2A
mengatur waktu dimulainya kewajiban subjektif. Kemudian, Pasal 3
mengatur pihak-pihak yang tidak termasuk ke dalam subjek pajak. Sedangkan
untuk persyaratan objektif diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur bahwa bagi subjek
pajak yang menerima/ memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk
melakukan pemotongan/ pemungutan sesuai dengan ketentuan.
Lebih lanjut, penerbitan NPWP secara jabatan diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 147/PMK.03/2017. Pada Pasal 3 ayat 2
PMK ini mengatur bahwa terdapat dua Wajib Pajak Orang Pribadi yang
diharuskan mendaftarkan diri pada KPP atau KP2KP, yaitu Wajib Pajak yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh
penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan Wajib Pajak
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Jangka waktu pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas paling lama dilakukan
pada akhir bulan berikutnya, yaitu setelah penghasilan yang disetahunkan
pada suatu bulan sama atau melebihi PTKP. Sedangkan, Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib
mendaftarkan diri paling lama 1 bulan setelah kegiatan usaha atau pekerjaan
bebasnya mulai dilakukan.
Apabila terdapat Wajib Pajak yang diwajibkan mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP tetapi tidak melakukannya, maka Kepala KPP atau
KP2KP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan.

Anda mungkin juga menyukai