v Jenis-Jenis SPT
Jenis-jenis SPT diantaranya yaitu :
1. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26;
2. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 22;
3. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26;
4. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25;
5. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2);
6. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15;
7. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai;
8. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut;
9. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang
menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak;
10. SPT Masa Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
v Biaya Keterlambatan SPT
Biaya keterlambatan SPT sesuai dengan keterlambatan pelaporan untuk masa SPT tersebut,
diantaranya yaitu, Keterlambatan pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), sedangkan keterlambatan pelaporan SPT Masa lainnya
dikenakan denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah). Selanjutnya untuk keterlambatan
pelaporan SPT Tahunan PPh WP OP khususnya mulai Tahun Pajak 2008 dikenakan denda sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah), dan keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh WP Badan
dikenakan denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
v Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP)
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan. Adapun pengertian ini dapat kita
temukan pada UU no 28 tahun 2007 ketentuan umum dan tata caraperpajakan. UU ini merupakan
perubahan kesekian dari uu nomor 6 tahun 1983 pasal 1 poin 14. Contoh surat setoran pajak :
v Kejahatan Perpajakan
Kejahatan di bidang perpajakan dapat berupa melakukan perbuatan atau tidak melakukan
perbuatan yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.Pada hakikatnya,
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dikategorikan sebagai kaidah hukum pajak
yang menjadi koridor untuk berbuat atau tidak berbuat. Dengan demikian, melakukan perbuatan
atau tidak melakukan perbuatan dibidang perpajakan tergolong sebagai kejahatan dibidang
perpajakan ketika memenuhi kaidah rumusan hukum pajak
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,pemain drama,
penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial, serta pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan;
g. agen iklan;
h. pengawas atau pengelola proyek;
i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
j. petugas penjaja barang dagangan;
k. petugas dinas luar asuransi;
l. distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan sejenisnya.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaanya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
b. peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja;
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu;
d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
e. peserta kegiatan lainnya.
Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama
mereka, dengan syarat :
Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas Rp.4.800.000.000,- s/d
Rp.50.000.000.000,-
Contoh Perhitungan PPh Badan untuk Peredaran Bruto Diatas Rp. 4.800.000.000,- sampai
dengan Rp. 50.000.000.000,- untuk Tahun Pajak 2016 :
Sejak Tanggal 1 Juli 2013 perhitungan Pajak Penghasilan PPh Badan bagi Wajib Pajak Badan yang
mempunyai penghasilan yang termasuk kriteria objek pajak non final berdasarkan Pasal 4 ayat 1
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dihitung dengan memperhatikan
besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya.
Apabila sudah diketahui berapa besarnya Peredaran Usaha Bruto Tahun Pajak sebelumnya baru
Rp.50.000.000.000,00 apabila :
1. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnyasampai dengan
Rp. 4.800.000.000,00.
2. Peredaran Bruto PadaTahun Pajak sebelumnya jumlahnya lebih dari
Rp. 4.800.000.000,00.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas
Rp.4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2016 apabila
Peredaran Bruto PadaTahun Pajak 2015 jumlahnya sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 :
CV.Manis Makmur adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan Alat
dan Mesin Pertanian.
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp 4.750.000.000,00 .
Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp 5.455.532.000,00 dengan
perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2016 adalah sebesar 435.652.000.
2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2016 adalah sebesar 468.560.000.
3. Penjualan Kotor bulan Maret 2016 adalah sebesar 449.870.000.
4. Penjualan Kotor bulan April 2016 adalah sebesar 435.800.000.
5. Penjualan Kotor bulan Mei 2016 adalah sebesar 475.600.000.
6. Penjualan Kotor bulan Juni 2016 adalah sebesar 468.750.000.
7. Penjualan Kotor bulan Juli 2016 adalah sebesar 495.000.000.
8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2016 adalah sebesar 436.520.000.
9. Penjualan Kotor bulan September 2016 adalah sebesar 435.200.000.
10. Penjualan Kotor bulan Oktober 2016 adalah sebesar 463.500.000.
11. Penjualan Kotor bulan Nopember 2016 adalah sebesar 412.560.000.
12. Penjualan Kotor bulan Desember 2016 adalah sebesar 478.520.000.
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :
1. Karena Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp
4.750.000.000.000,00 atau tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan
untuk tahun pajak 2016 adalah berdasarkanPeraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
2. Meskipun Peredaran Bruto CV.Manis Makmur dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp
5.455.532.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, akan tetapi Perhitungan PPh Badan
dihitung dengan cara Peredaran Usaha Bruto setiap bulan dikenai tarif sebesar 1 % (satu
persen). Hal ini terjadi karena Peredaran Bruto pada Tahun Pajak sebelumnya (Tahun 2013)
tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 atau hanya sebesar Rp 4.750.000.000,00 .
Sehingga Pajak Penghasilan yang harus disetor CV.Manis Makmur untuk Tahun Pajak 2016 sebagai
berikut :
PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dengan Kode Jenis Setoran Pajak 411128-420.
Cara dan Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas
Rp.4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2016 apabila
Peredaran Bruto PadaTahun Pajak 2015 jumlahnya lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 :
PT Asia Baja Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan
Besi dan Baja.
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp 6.245.753.000,00 .
Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp 7.256.458.000,00 dengan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Catatan :
Untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan Penghasilan Kena Pajak dibulatkan dalam ribuan
kebawah.