Anda di halaman 1dari 6

Apa yang dimaksud dengan Kode Etik IKPI? Jelaskan jawaban Saudara!

2. Apa pula yang diatur dalam Kode Etik IKPI itu? Apa yang perlu dibentuk dalam rangka pelaksanaan
Kode Etik IKPI?

3. Apa saja syarat-syarat dalam Kode Etik IKPI mengenai Kepribadian Konsultan Pajak Indonesia
tentang kewajibannya?

4. Apa pula hal yang tercantum tidak diperkenankan untuk dilakukan oleh seorang Konsultan Pajak
Indonesia?

5. Bagaimana hubungan Konsultan Pajak Indonesia dengan rekan seprofesinya ? Apa saja yang tidak
diperkenankan dan apa kewajibannya ?

6. Apa y ang harus dilakukan oleh seorang Konsultan Pajak Indonesia bila terjadi sengketa antar sesama
anggota IKPI dalam masalah profesi ?

7. Apa-apa sajakah yang merupakan kewajiban dan larangan bagi seorang Konsultan Pajak Indonesia
dalam menjalankan hubungannya dengan klien ?
Sebutkan dengan terperinci !

8. Sanksi-sanksi apa sajakah yang dijatuhkan kepada seorang Konsultan Pajak Indonesia bila secara
nyata telah terbukti melanggara kode etik profesi IKPI?
Sebutkan dan jelaskan jawaban Saudara!

MASALAH NPWP/PENGUKUHAN PKP

1. NPWP itu dihapuskan antara lain karena ada WP orang pribadi meninggal duni dan tidak
meninggalkan warisan.
Apa syaratnya untuk menghapuskan NPWP tersebut ?

2. Dalam hal apa Pengukuhan sebagai PKP itu dicabut ?

II. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)

1. Sanksi administrasi yang dapat ditagih dengan STP itu berupa apa dan diatur dimana ?

2. Bunga apa saja yang dapat ditagih dengan STP dan diatur dimana ?

Soal 1
Batas waktu bagi pemotong PPh Pasal 21 untuk memberikan bukti pemotongan Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap adalah ...
Paling lama 1 (satu) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang bersangkutan berhenti
a.
bekerja

Paling lama 2 (dua) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang bersangkutan berhenti
b.
bekerja

Paling lama 3 (tiga) minggu setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang bersangkutan berhenti
c.
bekerja

Paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang bersangkutan berhenti
d.
bekerja

Pembahasan

Jawaban : D

Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 disebutkan bahwa Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender
berakhir. Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember, bukti pemotongan PPh
Pasal 21 harus diberikan paling lama 1 (satu) bulan setelah yang bersangkutan berhenti bekerja.

Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

Soal 2
Bagi pemberi kerja yang melakukan pembayaran kepada selain pegawai tetap harus memberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak pada saat …

a. Setiap kali melakukan pemotongan PPh Pasal 21

b. Setiap masa melakukan pemotongan PPh Pasal 21

c. Setiap bulan melakukan pemotongan PPh pasal 21

d. Setiap akhir bulan melakukan pemotongan PPh Pasal 21


Pembahasan

Jawaban : A

Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 23 ayat 3 disebutkan bahwa Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas pemotongan PPh Pasal 21 selain
Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, serta bukti pemotongan PPh Pasal 26 setiap kali
melakukan pemotongan PPh Pasal 26.

Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

Soal 3
Alex adalah bujangan yang bekerja sebagai tukang ojek di wilayah Kebon Jeruk. Pada bulan Februari
2013 mengalami kecelakaan dan terpaksa harus menjalani operasi patah tulang di rumah sakit.
Meskipun demikian, Alex masih beruntung karena seluruh biaya operasi yang besarnya Rp25.000.000,00
dibayar oleh perusahaan asuransi “Jasa Cidera” yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri
keuangan. Besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh asuransi “Jasa Cidera” atas santunan
asuransi yang diberikan kepada Alex adalah ...

a. Rp0 karena dikecualikan dan objek pemotongan PPh Pasal 21

b. Rp0 karena santunan asuransi bagi Alex bukan merupakan penghasilan

c. Rp1.250.000,00 karena bagi Alex santunan asuransi merupakan penghasilan

d. Rp2.500.000,00 karena merupakan penghasilan yang bersifat final

Pembahasan

Jawaban : A

Berdasarkan Per No. 31/PJ/2012 Pasal 8 ayat 1disebutkan salah satu yang tidak termasuk dalam
pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah pembayaran manfaat atau santunan asuransi
dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER - 31/PJ/2012 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan
Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

Soal 4
Usaha dagang Maju Tak Gentar (Hary) terdaftar di KPP Pratama Jakarta Pulogadung mempunyai usaha
dagang perdagangan aceran bahan bangunan. UD Maju Tak Gentar (09.888.777.0-073.000)
menggunakan pembukuan dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Transaksi yang dilakukan adalah :

 Tanggal 8 Januari 2013 membayar biaya sewa gudang sebesar Rp9.000.000,00 Penerima
pembayaran adalah Widodo (non NPWP)

 Tanggal 15 Januari 2013 membayar biaya sewa peralatan pesta sebesar Rp6.000.000,00.
Penerima pembayaran adalah Wajinah (non NPWP)

 Tanggal 27 Januari 2013 membayar biaya notaris sebesar Rp15.000.000,00. Penerima


pembayaran adalah Firma Waginah, SH (02.444.555.6-001.000)

Atas pembayaran sewa gudang sebesar Rp 9.000.000 tersebut ...

a. UD Maju Tak Gentar harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp900.000,00

b. UD Maju Tak Gentar harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp900.000,00 jika sudah
mendapatkan penetapan sebagai pemotong pajak dan Kepala KPP Pratama Jakarta Pulogadung

c. UD Maju Tak Gentar bukan pemotong pajak karena merupakan wajib pajak orang pribadi

d. Tidak ada jawaban yang benar

Pembahasan

Jawaban : B

Berdasarkan KEP No. 227/PJ/2002 pasal 4 disebutkan bahwa Tata Cara pelunasan Pajak Penghasilan dari
persewaan tanah dan atau bangunan dilakukan melalui Pemotongan oleh penyewa dalam hal penyewa
adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep - 227/Pj./2002 Tentang Tata Cara Pemotongan
Dan Pembayaran, Serta Pelaporan Pajak Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan Atau Bangunan

Soal 5
PT Keluarga (02.222.444.6-xxx.000) merupakan perusahaan keluarga mempunyai laba tahun 2012
sebesar Rp900.000.000,00. Rapat umum pemegang saham dilakukan tanggal 9 Maret 2013, rapat
memutuskan untuk membagi laba tahun 2012 sebesar Rp300.000,000,00 kepada 5 orang pemegang
saham masing-masing sebesar Rp60.000,000,00. Pembayaran dividen dilakukan pada tanggal 4 April
2013. SPT Tahunan PPh Badan dimasukkan ke KPP Pratama XXX pada tanggal 18 April 2013, atas
transaksi di atas ...

a. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013

b. PPh Pasal 23 atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013

c. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 April 2013

d. PPh Pasal 4(2) atas dividen harus disetorkan paling lambat tanggal 10 Mei 2013

Pembahasan

Jawaban : C

Berdasarkan PP No. 94 Tahun 2010 penjelasan pasal 15 ayat 3 dijelaskan bahwa saat terutangnya Pajak
Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah pada saat pembayaran, saat disediakan
untuk dibayarkan (seperti: dividen) dan jatuh tempo (seperti: bunga dan sewa), saat yang ditentukan
dalam kontrak atau perjanjian atau faktur (seperti: royalti, imbalan jasa teknik atau jasa manajemen
atau jasa lainnya).

Yang dimaksud dengan "saat disediakan untuk dibayarkan":

1. untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang dividen yang akan
dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan atau ditentukan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan. Demikian pula apabila perusahaan yang
bersangkutan dalam tahun berjalan membagikan dividen sementara (dividen interim), maka
Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan terutang pada saat diumumkan
atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham sesuai dengan Anggaran Dasar
perseroan yang bersangkutan.

2. untuk perusahaan yang go public, adalah pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang
saham yang berhak atas dividen (recording date). Dengan perkataan lain pemotongan Pajak
Penghasilan atas dividen sebagaimana diatur dalam Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan
baru dapat dilakukan setelah para pemegang saham yang berhak "menerima atau memperoleh"
dividen tersebut diketahui, meskipun dividen tersebut belum diterima secara tunai.

Berdasarkan kasus diatas, maka saat terutang adalah pada tanggal 9 Maret 2013 atau Masa Pajak Maret
2013. Berdasarkan PMK No. 80 tahun 2010, tanggal jatuh tempo pembayaran untuk PPh Pasal 4 ayat 2
adalah tanggal 10 bulan berikutnya, yaitu tanggal 10 April 2013.

Sedangkan jenis PPh yang dibayar adalah PPh Pasal 4 ayat 2. Hal ini dikarenakan perusahaan merupakan
perusahaan keluarga (dimiliki oleh individu / perorangan), sehingga dividen tersebut dibagikan ke
pemegang saham Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

Referensi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010 Tentang Penghitungan


Penghasilan Kena Pajak Dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Perubahan


atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata
Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak

Anda mungkin juga menyukai