Anda di halaman 1dari 10

PPh Pasal 4 ayat 2

Pengertian

PPh Pasal 4 ayat 2 atau disebut juga PPh final adalah pajak
yang dikenakan pada wajib pajak badan maupun wajib pajak
pribadi atas beberapa jenis penghasilan yang mereka dapatkan
dan pemotongan pajaknya bersifat final.
Arti final disini adalah pajak harus diselesaikan atau dilunasi
dalam masa pajak yang sama.
Tarif & Objek Pajak Pasal 4 ayat 2

1. Bunga deposito serta jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan diskon jasa giro
dikenakan tarif sebesar 20% sebagaimana telah diatur PP No. 131 Tahun 2000 serta turunannya
Keputusan Menteri Keuangan No. 51/KMK.04/2001.

2. Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada para anggotanya masing-masing dikenakan
tarif 10% sebagaimana telah diatur pada Pasal 17 Ayat 7 serta turunannya PP No. 15 Tahun 2009.

3. Bunga dari kewajiban dengan berbagai jenis tarif dari 0-20%. Penjelasan lebih lanjutnya bisa
dicari dalam PP No. 16 Tahun 2009.

4. Dividen yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan tarif 10% sebagaimana
telah diatur dalam Pasal 17 Ayat 2C.
Tarif & Objek Pajak Pasal 4 ayat 2

5. Hadiah undian dikenakan tarif 25% sebagaimana telah diatur PP No. 132 Tahun 2000.

6. Transaksi derivatif berjangka panjang yang telah diperdagangkan di bursa dikenakan tarif 2,5%
sebagaimana telah diatur PP No. 17 Tahun 2009.

7. Transaksi penjualan saham pendiri dan saham bukan pendiri (non-founder), tarifnya masing-
masing adalah 0,5% dan 0,1%, seperti yang tercantum dalam PP No. 14 Tahun 1997 serta
turunannya Keputusan Menteri Keuangan No. 282/KMK.04/1997, yang SE-15/PJ.42/1997 dan SE-
06/PJ.4/1997.
Tarif & Objek Pajak Pasal 4 ayat 2

8. Jasa konstruksi dikenakan tarif 2-6%. Penjelasan lebih lanjutnya bisa ditemukan pada PP No. 51
Tahun 2008 serta turunannya PP No. 40 Tahun 2009.

a. 2% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi
usaha kecil.
b. 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
c. 3% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain penyedia jasa
sebagaimana dimaksud dalam poin a dan b.
d. 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia
jasa yang memiliki kualifikasi usaha.
e. 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia
jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Tarif & Objek Pajak Pasal 4 ayat 2

9. Sewa atas tanah dan/atau bangunan, tarifnya adalah 10% seperti yang telah diatur PP No. 29 Tahun
1996 dan juga turunannya PP No. 5 Tahun 2002.

10. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (dalam hal ini termasuk usaha real estate), tarifnya
adalah 2,5% seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 34 tahun 2016
tentang PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan dan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli atas Tanah dan/atau Bangunan

11. Transaksi dari penjualan saham atau pengalihan ibu kota mitra perusahaan yang telah diterima oleh
modal usaha, tarifnya adalah 0,1% sebagaimana telah diatur di dalam PP No. 4 Tahun 1995.
Tarif & Objek Pajak Pasal 4 ayat 2

12. PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG


DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO
TERTENTU

Selain itu PPh Pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang
diterima/diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Ketentuan pengenaan PPh ini
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, PMK Nomor 107/PMK.011/2013, dan Surat
Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-42/PJ/2013. Ketentuan ini biasanya disebut PPh Final 1%.

Namun pada 1 Juli 2018, pemerintah telah menerbitkan kebijakan baru terkait perpajakan. Kebijakan
tersebut adalah Peraturan Pemerintah atau PP Nomor 23 Tahun 2018. Dengan tarif 0,5%.

Ambang batas penghasilan Wajib Pajak yang dikenai PPh Final dalam PP Nomor 23 Tahun 2018 yakni
senilai 4,8 Miliar. Batasan nilai tersebut menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai
target pajak. Tujuannya agar pemerintah dapat merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk terlibat dalam
sistem perpajakan.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG
DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU

Kebijakan tentang PPh Final 0,5% memiliki grace period atau batas waktu.
Ini merupakan salah satu hal yang membedakan dengan peraturan
sebelumnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
• 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma.
• 3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas.
• 7 tahun pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Setelah batas waktu tersebut berakhir, Wajib Pajak akan kembali
menggunakan skema tarif normal sebagaimana diatur dalam Pasal 17
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Hal ini bertujuan untuk mendorong
Wajib Pajak agar menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan usaha.
Contoh Perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2

1. Amelia memenangkan hadiah undian sabun colek dari PT Sabun Colek Indonesia sebesar Rp
1.000.000,-. Berapakah PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT Sabun Colek Indonesia ?

PPh Pasal 4 ayat 2 = Rp 1.000.000 X 25% = Rp 250.000

2. CV Permadani memiliki usaha dagang karpet. Pada 2018, CV Permadani memiliki


peredaran bruto sebesar Rp 4.000.000.000. Pada bulan Januari 2019, CV Permadani
memiliki peredaran bruto sebesar Rp 300.000.000. Berapakah PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus
dibayar CV Permadani?

PPh Pasal 4 ayat 2 = Rp 300.000.000 X 0,5% = Rp 1.500.000


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai