Anda di halaman 1dari 3

Nama : Reni Sandika

NPM : CA191120055 / 19-01F

Kebijakan dan Administrasi Pajak Penghasilan II

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU
DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU pada
tanggal 8 Juni 2018. PP ini mengganti peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
46 Tahun 2013.

Point penting dalam PP no 23 tahun 2018


 Pasal 2 ayat 2 ( perubahan tarif PPh final dari 1% menjadi 0,5% )
Tarif pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5% atas penghasilan dari usaha yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri yang peredaran bruto tertentu.
Sebelumnya tarifnya adalah sebesar 1% dari peredaran bruto atau omset sesuai PP No. 46
tahun 2013.
 Pasal 3 ayat 2 ( PPh Final 0,5% bersifat pilihan )
Dalam PP No 23 tahun 2018, Tarif PPh final ditentukan sebesar 0,5 dari peredaran bruto
atau pmset. Dalam peraturan ini diberikan pilihan atau opsional yaitu wajib pajak dapat
memilih apakah ingin dikenakan PPh final tarif 0,5% dari omset ataukah dikenakan PPh
dengan tarif sesuai pasal 17 ayat 1 huruf a, pasal 17 ayat 2a atau pasal 31E uu no.36 tahun
2008.

 Pasal 5 ayat 1 ( pengenaan tarif PPh final 0,5 % berbatas waktu )


Bagi wajib pajak yang memilih dikenakan pajak final dengan tarif 0,5% ini tetapkam batas
waktu dalam pengenaan pajaknya. Adapun jangka wantu yang diberikan yaitu :
a. 7 tahun pajak bagi wajib pajak orang pribadi.
b. 4 tahun pajak bagi wajib pajak badan berbentuk kperasi, persekutuan komanditer atau
firma.
c. 3 tahun pajak bagi wajib pajak badan berbentuk perseroaan terbatas.

Apabila batas waktu tersebut telah berakhir, maka wajib pajak dalam menghitung pajaknya
harus menggunakan tarif sesuai dengan pasal 17 dan/atau pasal 31E UU no. 36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan.
 Pasal 3 ayat 1 ( Wqajib pajak yang dapat memanfaatkan PPh final 0,5% )
Wajib pajak yang dapat memanfaatkan tarif PPh final 0,5% ini aalah wajib pajak yang
memiliki peredaraan bruto tidak lebih Rp. 4.800.000.000 dalam 1 tahun pajak.
a. Wajib pajak pribadi
b. Wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan
terbatas.

 Pasal 2 ayat 3 ( wajib pajak yang tidak dapat memanfaatkan PPh final 0,5% )
a. Wqajib pajak yang penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, baik wajib pajak orang pribadi maupun
wajib pajak badan.
b. Wajib pajak yang penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negri yang pajaknya
terutang atau telah dibayar di luar negri.
c. Wajib pajak yang penghasilan yang telah dikenai pajak penghasilan yang bersifat final
dengan ketentuan peratiran perundang-undangan perpajakn tersendiri
d. Wajib pajak yang penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

 Pasal 4 ayat 2
Wajib pajak suami istri yang pelaporan SPT nya terpisah, omsetnya wajib digabung
terlebih dahulu untuk mementukan apakah dapat memanfaatkan PPh final 0,5% atau tidak.

 Pasal 4 ayat 1
Omset yang dilaporkan berdasarkan keseluruhan omset dari usaha termasuk omset dari
cabang-cabang.

 Pasal 6 ayat 2
Dasar pengenaan pajak adalah dari omset sebelum dikurangi potongan penjualan, potongan
tunai, dan/atau potongan sejenis.

- Apakah WP harus menggunakan PP nomor 23 tahun 2018 untuk usaha UMKM yang baru
dimulai dan beromzet belum mencapai Rp 4,8 milyar?

Jawab : WP tersebut harus menggunakan PP no 23 tahun 2018 karena penghasilah kurang dari Rp.
4,8 Milyar sesuain peraturan pemerintah, ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh
final dalam PP no 23 tahun 2018 tidak berubah yakni senilai 4,8 miliar, batasan nilai tersebut
menargetkan UMKM sebagai target pajak tujuannya agar pemerintah dapat merangkul sebanyak
mungkin UMKM untuk teribat dalam sistem perpajakan.
- Bagaimana bila jangka waktu menggunakan PP nomor 23 tahun 2018 sudah terpenuhi dalam hal
kewajiban pembayaran pajak penghasilan atas usaha dan pelaporannya?

Jawab : 4 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma.
3 tahun pajak bagi Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas.
Setelah batas waktu tersebut berakhir, Wajib Pajak akan kembali menggunakan skema tarif
normal sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Hal ini
bertujuan untuk mendorong Wajib Pajak agar menyelenggarakan pembukuan dan pengembangan
usaha.

- Apakah ada strategi perencanaan pajak untuk WP Badan tetap dapat menggunakan PP nomor 23
tahun 2018 apabila jangka waktu sudah terpenuhi?

Bila ada, seperti apa perencanaan pajaknya?


Jawab : Strategi perencanaan pajak untuk WP Badan tetap dapat menggunakan PP nomor 23 tahun
2018 menjadi 2 (dua) yaitu :

a.Wajib Pajak yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%


•Wajib Pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah
dibayarkan di luar negeri.

•Wajib Pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan khusus.
•Wajib Pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak

B. Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri Jika Ingin Menggunakan Skema Tarif Normal
Apabila tidak ingin berstatus sebagai Wajib Pajak PPh Final 0,5%, Anda harus terlebih dahulu
mengajukan permohonan tertulis kepada Ditjen Pajak. Selanjutnya Ditjen Pajak akan memberikan
surat keterangan yang menyatakan bahwa Anda merupakan Wajib Pajak yang dikenai skema tarif
normal sesuai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Bagi Wajib Pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema tarif normal tidak dapat
memilih untuk dikenai skema PPh Final 0,5%.

Anda mungkin juga menyukai