A. Pajak UMKM Terbaru Tarif PPh Final UMKM dan Cara Menghitung
Ada banyak jenis pajak yang peruntukannya bagi setiap wajib pajak berbeda-beda, tak
terkecuali pajak usaha kecil atau pajak UMKM. Perlu dipahami, regulasi pajak selalu berubah
setiap saat termasuk pajak UMKM atau pajak usaha kecil menengah. Peraturan pajak UMKM
terbaru diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan atau UU HPP. Kepatuhan pajak itu dapat memengaruhi kelancaran berbisnis. Karena
berbagai aktivitas usaha tidak lepas dari adanya lembar bukti bahwa perusahaan atau sebuah
usaha telah memenuhi kewajiban pajaknya.
Sebelum membahas terkait terbaru dalam UU HPP dan tarif pajak UMKM terbaru berapa
persen, terlebih dahulu akan diulas apa saja kategori bahwa suatu usaha itu tergolong dalam
UMKM. Sebab hal ini akan memengaruhi bagaimana kewajiban pajaknya. Antara UMKM dan
Non-UMKM, kewajiban pajaknya berbeda. Tidak semua usaha dapat dikategorikan UMKM.
Ada kriteria tertentu jenis usaha itu termasuk tergolong sebagai UMKM. Golongan UMKM ini
pun harus dilihat dari berbagai aspek, mulai dari jumlah pendapatan usahanya, hingga bagaimana
operasional dari bisnis tersebut. Kategori usaha yang tergolong sebagai UMKM adalah:
Seperti yang sempat disinggung di atas, bahwa status usaha yang dijalankan memiliki
kewajiban pajak yang berbeda. Tentu saja, di sini tidak membicarakan untuk kategori
jenis usaha mikro, karena usaha mikro jelas-jelas bukan merupakan objek/subjek pajak.
Sehingga tidak memiliki kewajiban perpajakan atau tidak dikenakan pajak. Tapi,yang
menjadi target pajak adalah jenis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan ketentuan
jumlah omzet yang sudah diharuskan membayar pajak. Sebagai pengusaha UKM, inilah
kewajiban perpajakannya yang dibayarkan perusahaan, yang terdiri dari dua jenis pajak
yakni pajak yang dibayarkan ataupun dilaporkan setiap bulannya dan pajak yang
dibayarkan serta dilaporkan setiap tahun atau pajak tahunan
Pajak UMKM atau PPh Final UMKM adalah jenis pajak penghasilan yang dikenakan
terhadap penghasilan di luar pekerjaan formal. PPh pajak usaha kecil menengah ini juga
merupakan pajak penghasilan yang bersifat final sehingga disebut PPh Final UMKM. Karena
pengenaan pajak UMKM ini bersifat final, maka pajak penghasilan yang harus dibayarkan
sudah final, tidak dapat diikutsertakan dalam penghitungan PPh Terutang tahunan. Pajak final
UMKM ini dikenakan atas penghasilan atau peredaran bruto setiap bulannya dan harus
dibayarkan atau disetorkan ke kas negara tiap bulan pula.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pajak UMKM, ada dua jenis
pajak UMKM, namun peraturan terbaru statusnya menggantinya peraturan yang lama.
Apa saja dua jenis PP yang mengatur pajak UMKM ini?
Awalnya, pajak UMKM ini diatur dalam PP 46 Tahun 2018 tentang PPh atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh WP yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu. Tarif PPh Final UMKM sesuai PP 46 Tahun 2013 adalah 1% dari
omzet atau peredaran bruto. Dengan munculnya jenis pajak UMKM yang diatur
dalam PP 23/2018, maka mencabut PP 46/2013.
Ada paradigma baru dalam pengenaan PPh Final Pajak UMKM sesuai PP 23 Tahun 2018 ini,
yaitu:
Guna mengetahui berapa besar PPh yang harus dipotong perusahaan dari gaji karyawan dan
lainnya, dengan terlebih dahulu mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif PPh Pasal 17.
Ini disebut sebagai tarif PPh progresif.
Jadi, besar tarif PPh 21 yang terutang ditentukan dengan mengalikan Penghasilan Kena Pajak
dengan tarif PPh 17, yang diatur kembali dalam UU HPP No. 7 Tahun 2021 yakni:
Dalam peraturan terbaru mengenai PPh Final UMKM yang tertuang dalam Undang-Undang
No. 7 Tahun 2021, UKM dengan kriteria tertentu tidak dikenakan PPh Final. UMKM kriteria
tertentu artinya UMKM WP Pribadi yang memiliki peredaran bruto tidak mencapai
Rp500.000.000 atau di bawah Rp500 juta tidak dikenakan PPh Final UMKM atau PPh Final
PP 23 tahun 2018. Lalu untuk pajak UMKM yang peredaran bruto lebih dari Rp500 juta berapa
persen besarnya? Melalui UU HPP ini, maka artinya pemerintah meningkatkan jumlah
peredaran bruto kena pajak. Sehingga WP Pribadi pelaku usaha kelas menengah yang
menggunakan tarif PPh Final PP 23 tahun 2018 akan membayar pajak penghasilan lebih kecil.
Karena nilai penghasilan bruto yang dikenakan pajak berkurang Rp500 juta sebagaimana
ketentuan omzet bruto kurang dari Rp500 juta bebas PPh Final UMKM atau PPh Final PP 23
Tahun 2018. Jadi, poin-poin syarat pengenaan pajak usaha kecil menengah tidak dikenai PPh
Final UMKM sesuai UU HPP adalah:
Jumlah peredaran bruto atau omzet bruto tidak sampai Rp500 juta
Menghitung pajak penghasilan dengan menggunakan tarif PPh Final PP 23/2018
Agar lebih mudah memahami perhitungan PPh Pribadi Pengusaha atau UMKM yang bebas
PPh, berikut ilustrasi perhitungannya:
Pak Kelik punya bisnis Katering. Katakanlah jumlah omzet Katering Pak Kelik setiap bulannya
sama, yakni Rp40.000.000 per bulan. Sehingga total omzet setahun adalah Rp480.000.000.
Dan memilih menghitung pajak penghasilan usahanya menggunakan tarif PPh Final 0,5%
berdasarkan PP No. 23 tahun 2018. Maka, perhitungan PPh Final 0,5% PP 23/2018 atas usaha
catering Pak Kelik adalah:
= 0,5% x Rp400.000.000
= Rp2.000.000 setahun
atau
= Rp2.000.000 : 12 bulan
= Rp166.666 sebulan
Karena dalam UU HPP ditetapkan peredaran bruto Tidak Kena Pajak sebesar Rp500.000.000,
maka Pak Kelik tidak perlu membayar PPh Final sebesar Rp166.666 tersebut.